scholarly journals Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Wasting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 237
Author(s):  
Antasya Muslimah Soedarsono ◽  
Sri Sumarmi

ABSTRAKLatar Belakang: Wasting adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang mengakibatkan balita berisiko mengalami ketertinggalan tumbuh kembang secara jangka panjang. Angka wasting di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 sebesar 10,2%, sehingga wasting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius untuk ditangani menurut standar WHO. Kejadian wasting masih ditemukan di Kota Surabaya, salah satunya di Puskesmas Simomulyo yang memiliki angka balita gizi buruk terbanyak se-Kota Surabaya. Kejadian wasting pada balita dapat dicegah dengan mengubah faktor risiko yang dapat dikendalikan.Tujuan: Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko kejadian wasting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Simomulyo Surabaya. Total sampel 42 balita berusia 12-60 bulan, terdiri dari 21 balita wasting dan 21 balita non-wasting. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Asupan zat gizi makro diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner food recall 3x24 jam; karakteristik balita dan keluarga balita diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner; pengukuran berat badan balita menggunakan timbangan digital dan tinggi badan balita menggunakan mikrotoa. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara asupan energi (p=<0,001; OR=13,6 dengan CI 95%=3,09-59,8), asupan karbohidrat (p=0,014; OR=7,1 dengan CI 95%=1,31-38,8), pendidikan ibu (p=0,031; OR=4,0 dengan CI 95%=1,11-14,4), pendapatan keluarga (p=0,002; OR=8,5 dengan CI 95%=2,06- 35,08), dan pengeluaran pangan (p=0,024; OR=4,6 dengan CI 95%=1,17-18,68) dengan kejadian wasting. Sedangkan, asupan protein (p=1,000; OR=1,0 dengan CI 95%=0,06-17,12), asupan lemak (p=0,259; OR=2,4 dengan CI 95%=0,51-11,26), status pekerjaan ibu (p=0,747; OR=0,8 dengan CI 95%=0,34-4,64) dan jumlah anggota keluarga (p=0,757; OR=0,8 dengan CI 95%=0,24-2,79) tidak berhubungan dengan kejadian wasting.Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini asupan energi dan karbohidrat, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan pengeluaran pangan merupakan faktor risiko kejadian wasting pada balita di wilayah Puskesmas Simomulyo Surabaya.Kata kunci: balita, status gizi, gizi kurang, wasting, faktor risiko

2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Hasanah Nurbawena ◽  
Martono Tri Utomo ◽  
Esti Yunitasari

AbstrakLatar belakang : Kejadian stunting merupakan salah satu  masalah gizi pada anak yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia. Cut off point  kejadian stunting tidak boleh lebih dari 20%, sedangkan jumlah kejadian stunting di Surabaya sebanyak 22,8%. Salah satu penyebab tingginya kejadian stunting yaitu penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat sakit dengan kejadian stunting pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan rancang penelitian case control. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40 balita dengan usai 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Sampel penelitian balita stunting merupakan kelompok kasus dan balita non-stunting merupakan kelompok kontrol. Pengambilan data untuk kelompok kasus menggunakan purposive sampling dan pada kelompok kasus menggunakan matching sampling dengan menyesuaikan usia bayi dan jenis kelamin pada kelompok kasus. Pengumpulan data mengguanakan instrumen kuisioner. Uji statistik menggunakan chi square Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan balita stunting memiliki riwayat sakit sebanyak 90%, sedangkan pada balita non-stunting sebanyak 45%. Uji statistik menggunakan mengenai hubungan riwayat sakit dengan kejadain stunting pada balita dengan uji Chi square didapatkan hasil yang signifikan yaitu p=0,002 (<0,05) dan OR 4,889. Kesimpulan : Balita stunting memiliki riwayat sakit lebih sering daripada balita non-stunting.AbstractBackground: . The incidence of stunting is one of the nutritional problems in children who have a high prevalence in Indonesia. The cut off point for stunting events should not be more than 20%, while the number of stunting events in Surabaya is 22.8%. One of the causes of the high incidence of stunting is an infectious disease. This study aimed to determine the relationship of a history of illnes with the incidence of stunting in infants. Method: This research was an observational analytic study using a case control research design. The number of samples were 40 toddlers (20 toodlers with stunting and 20 toodlers with non-stunting) aged 24-36 months in the working area of the Simomulyo Primary Health Care in Surabaya. The stunting toddlers belonged to a case group and non-stunting toddlers belonged to a control group. Data collection of case group had used purposive sampling and that control group used matching sampling by adjusting the baby's age and gender in the case group. Data was obtained by questionnaire instrument.Data was analysis by Chi square Results: The persentage of stunting toddlers who had a history of illness was 90%, while the non-stunting toddlers had a history of illness was 45%. There was relationship between the history of infectious diseases and the occurrence of stunting in toodler p=0,022 (<0,05) and OR=4,338. Conclusion: Stunting toddlers have a history of pain more often than non-stunting toddlers 


Author(s):  
Alfi Tri ◽  
Untung S. Widodo ◽  
Toto Sudargo

ABSTRACT<br /><br />Background: Iodine Defi ciency Disorder (IDD) is a health problem that affects quality of human resources. IDD happens not only due to iodine defi ciency but also other disorders such as goitrogenic substance (thiocyanate), pollutants of heavy metals (Pb) and micronutrient defi ciency (Fe) that inhibit thyroid hormone biosynthesis which cause the sweling of goitre glands.<br /><br />Objective: To identify the association between consumption of iodine, thiocyanate, Fe consumption, status of anemia and Pb and status of IDD in pregnant mothers at Subdistrict of Tabunganen, District of Barito Kuala, Province of Kalimantan Selatan.<br /><br />Method: The study was observational using case control design and quantitative method. Data were obtained through the palpation of goitre glands, measurement of thyroid stimulating hormone (TSH) level using ELISA method, iodine and thiocyanate consumption using food recall 2x24 hours and food frequency questionnaire (FFQ), Fe consumption using FFQ, Hb level using photometric method and Pb level using AAS method. Data were analysed by using chi-square and logistic regression.<br /><br />Result: There was signifi cant association (p&lt;0.05) between consumption of iodine (fi sh) based on FFQ and IDD status (goitre) with OR=3.44 and IDD status (TSH) with OR=8.00. There was no association between consumption of thiocyanate and Fe measured with food recall, FFQ and IDD status (goitre and TSH). There was signifi cant association (p&lt;0.05) between Pb status and IDD status (TSH) with OR=9.35.<br /><br />Conclusion: There was association between iodine consumption based on FFQ (fi sh) and IDD status (goitre) after the control of iodine consumption status (food recall). There was association between iodine consumption status (FFQ) in fi sh together with anemia status and the prevalence of IDD disorder (TSH) after the control of Pb status. <br /><br />KEYWORDS: iodine defi ciency disorder, pregnant mothers, iodine, thiocyanate, Fe, anemia, Pb<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Latar Belakang: Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. GAKY tidak hanya disebabkan oleh kekurangan yodium, tetapi juga dipengaruhi oleh zat goitrogen(tiosianat), logam berat Pb, dan kekurangan Fe yang menghambat biosintesis hormon dan berakibat pada pembesaran kelenjar gondok.<br /><br />Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi yodium, goitrogen (golongan tiosianat), Fe, serta status anemia dan status Pb dalam darah dengan status GAKY pada ibu hamil di  Kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan.<br /><br />Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control. Data pembesaran kelenjar tiroid diperiksa denganpalpasi di daerah kelenjar tiroid, kadar TSH dengan metode ELISA, tingkat konsumsi yodium dan tingkat konsumsi tiosianat dengan metode food recall 2 x 24 jam dan food frequency questionnaire  (FFQ), tingkat konsumsi Fe dengan FFQ, kadar Hb dalam darah dengan metode fotometrik, kadar Pb darah dengan metode AAS.Data dianalisis menggunakan chi-square dan logistic regression.<br /><br />Hasil: Ada hubungan signifi kan (p&lt;0,05) antara tingkat konsumsi yodium (ikan laut) berdasarkan FFQ dan status terhadap status GAKY (gondok) dengan OR=3,44 dan status GAKY (TSH) dengan OR=8,00.Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi tiosianat dan Fe yang diukur dengan food recall, FFQ, dan status GAKY (gondok dan TSH). Antara status Pb dan status GAKY (TSH) juga tidak ditemukan adanya hubungan dengan OR=9,35.<br /><br />Kesimpulan: Ada hubungan antara konsumsi yodium berdasarkan FFQ (ikan laut) dan status GAKY (gondok) dan antara konsumsi yodium (FFQ) dengan status anemia dan prevalensi GAKY (TSH).<br /><br />KATA KUNCI: gangguan akibat kekurangan yodium, wanita hamil, yodium, tiosianat, Fe, anemia, Pb


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Eni Yuliawati

<p>Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. <em>Stunting</em> di Asia Tenggara tahun 2015 sebanyak 59 juta anak, sedangkan di Afrika 60 juta anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan dan jaminan kesehatan dengan kejadian stunting di Kabupaten Mentawai. Jenis penelitian  ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Populasi penelitian berjumlah 2955 anak sampel dalam penelitian ini anak usia 24-59 bulan di kabupaten kepulauan Mentawai. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu inisiasi menyusu dini dengan P value 0.004 (OR: 11.11), keanekaragaman makanan P value 0.004 (OR:11.11) dan jaminan kesehatan P value 0.79 kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan sedangkan jaminan kesehatan tidak berhubungan dengan kejadian stunting.</p><p> </p>


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 128
Author(s):  
Asyaul Wasiah

ABSTRAKKanker serviks adalah kondisi suatu penyakit dengan ciri pertumbuhan sel dan penyebaran sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Faktor risiko terjadinya kanker serviks salah satunya paritas > 3. Paritas adalah banyaknya bayi hidup yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan paritas terhadap kejadian kanker serviks di RSUD dr.Soegiri Kabupaten Lamongan. Jenis  penelitian merupakan observasional analitik dengan desain penelitian case control. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr.Soegiri Lamongan pada bulan Oktober 2019. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 data rekam medis dengan teknik purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis univariat diketahui jumlah paritas < 3 sebanyak 47 sampel dengan persentase 69,1% dan paritas > 3 sebanyak 21 sampel dengan persentase 30,9%. Hasil analisis bivariat antara paritas dengan kejadian kanker serviks didapatkan hasil (p = 0,115). Paritas tidak berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Kata Kunci : kanker serviks, paritas  


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Wandira Wandira ◽  
Uti Rusdian Hidayat ◽  
Aryanto Purnomo

Latar Belakang: Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat akibat dari penderita tidak menyadari bahwa dia menderita hipertensi karena tidak mendapat gejala, pengontrolan yang kurang dan tidak rutin serta tidak minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.Tujuan: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap.Metode: penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik korelatif dengan desain penelitian case control. Besar sampel yaitu 68 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, dengan nilai P 0,05.Hasil: hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dengan terjadinya hipertensi (p value=0,000) dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan dengan terjadinya hipertensi (p value=0,002).Kesimpulan: Terdapat Hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2017 ◽  
Vol 36 (4) ◽  
pp. 331-339
Author(s):  
Umi Mukarromah ◽  
Lagiono Lagiono

Tuberkulosis (TB) Paru sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, terutama di negara-negaraberkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan praktik pencegahandan kondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh KabupatenBanyumas Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh KabupatenBanyumas pada bulan Maret – April tahun 2016 menggunakan rancangan penelitian case control denganpendekatan retrospektif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 orang diambil dengan teknik totalsampling dan sampel kontrol 46 orang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis datamenggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa praktek pencegahan TB paru sebagianbesar baik = 51 orang (73,9%), jenis lantai rumah memenuhi syarat = 43 rumah (62,3%), kondisi dindingrumah memenuhi syarat = 55 rumah (79,7%), ventilasi rumah memenuhi syarat = 46 rumah (66,7%),kondisi dapur rumah memenuhi syarat = 55 rumah (79,7%) dan kepadatan hunian memenuhi syarat = 61rumah (88,4%). Ada hubungan antara praktik pencegahan TB paru (p value = 0,020; OR = 3,654), jenislantai (p value = 0,022; OR = 3,300), dinding rumah (p value = 0,001; OR = 6,395), ventilasi rumah (pvalue = 0,019; OR = 3,471), kondisi fisik dapur (p value = 0,006; OR = 5,271) dan kepadatan hunian rumah(p value = 0,001; OR = 19,688). dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II SumpiuhKabupaten Banyumas. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan hubungan praktik pencegahan dankondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh Kabupaten BanyumasTahun 2016. Hasil penelitian ini perlu dipublikasikan sebagai bahan referensi ilmiah dan kepustakaansekaligus sebagai bahan pengembangan ilmu kesehatan khususnya


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 296
Author(s):  
Atun Wigati ◽  
Ana Zumrotun Nisak ◽  
Noor Azizah

Di Kabupaten Kudus angka cakupan IVA masih rendah  yaitu 2,2%. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku wanita yang  enggan untuk melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan primer. Banyak wanita yang datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi stadium lanjut, dikarenakan kesadaran untuk skrining masih rendah. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi  pengambilan keputusan wanita dalam melakukan pemeriksaan  IVA. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain case control, sampel terdiri dari 47 responden pada kelompok kasus dan 47 responden pada kelompok kontrol, yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada semua wanita di wilayah Kabupaten Kudus. Tehnik analisa data bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dalam pengambilan keputusan melakukan pemeriksaan IVA. Manfaat penelitian untuk mengetahui bahwa faktor pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi wanita dalam melakukan deteksi dini kanker serviks, kemudian mendekatkan pelayanan IVA di Posyandu dan memberikan informasi tentang IVA secara menyeluruh sehingga kanker serviks dapat dicegah sedini mungkin Kata Kunci : pengetahuan, sikap, pengambilan keputusan


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 76-81
Author(s):  
Oriza Aditiya Aditiya

Penyakit TBC merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya.Kepatuhanberobat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam penyembuhan TB paru. Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan berobat adalah adanya Pengawas Menelan Obat (PMO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan PMO tentang TB paru dengan kejadian putus berobat pada penderita TB paru di Poliklinik ParuPuskesmas Sirampog. Penelitian ini termasuk jenis retrospektif dengan rancangan case control. Responden penelitian berjumlah 48 orang yang dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu 24 orang kelompok kasus (PMO penderita TB paru pada kasus default) dan 24 orang kelompok kontrol (PMO penderita TB paru yang teratur minum obat) yang diambil secara purposive sampling. Data penelitian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (62,5%) Pengawas Menelan Obat (PMO) yang mendampingi penderita TB paru untuk berobat di Poliklinik Paru Puskesmas Sirampog memiliki pengetahuan tentang TB paru dalam katagori kurang. Pada kelompok penderita TB paru yang putus berobat, 79,2% PMOnya memiliki pengetahuan yang kurang tentang TB paru. Pada kelompok TB paru yang berobat teratur , 54,2%, PMOnya memiliki pengetahuanyang baik tentang TB paru. Terdapat hubungan yangsignifikan (nilai p=0,017)


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Fatimah Chandra Murti ◽  
Suryati Suryati ◽  
Eka Oktavianto

Latar belakang: Stunting masih menjadi permasalahan kehidupan balita saat ini, stunting yang dialami oleh balita dapat berdampak buruk saat balita besar dan dewasa kelak. Dampak balita stunting dapat menurunkan kecerdasan sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan. BBLR diduga sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahu di Desa Umbulrejo, Ponjong, Gunungkidul.Metode: Desain penelitian menggunakan rancangan case control dengan metode analitik korelasional dan pendekatan retrospektif. sampel 32 kasus dan 32 kontrol dengan teknik purposive sampling, analisis data menggunakan chi square.Hasil: Hasi penelitian diperoleh sebanyak 27 (42,2 %) balita memiliki riwayat BBLR, dan balita yang mengalami stunting sebanyak 32 (100 %). Hasil uji Chi Square menunjukan  nilai p vallue <0,000 dan nilai OR 0,056. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Desa Umbulrejo.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document