scholarly journals PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN SENSORI TEPUNG TEMPE"BOSOK"

2013 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Martina Andriani ◽  
Baskara Katri Anandito ◽  
Edhi Nurhartadi

<p>Tempe “bosok”,sering kali disebut tempe “over ripe” atau “over fermented”, sangat digemari oleh masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah karena memiliki rasa dan aroma yang khas dan dipakai sebagai bahan pembangkit cita rasa alami dalam masakan. Mengingat manfaat yang begitu besar dari tempe “bosok” sebagai bumbu penyedap masakan dan ketersediaannya masih dalam bentuk segar, maka diperlukan suatu teknologi untuk memperpanjang umur simpan dan mempermudah penggunaannya yaitu dengan teknik pengeringan dan penepungan.<br />Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu suhu pengeringan (55°C, 60°C, dan 65°C). Anallisis data menggunakan uji analisis varian (ANOVA), jika ada perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada tingkat signifikansi α = 0,05.<br />Karakteristik fisik tepung tempe “bosok” pada berbagai suhu pengeringan adalah: Rendemen berkisar 26,46-29,40%, bulk density 0,52-0,59 g/cm3, kelarutan tepung 99,9956-99,9972%, dan daya serap air 1,39-2,35 ml/g. Berdasarkan karakteristik fisik dan sensoris, tepung tempe “bosok” yang disukai panelis adalah tempe “bosok” yang dikeringkan pada suhu 60°C. Tepung tempe “bosok” dengan suhu pengeringan 60°C menghasilkan rendemen 28,10%, bulk density 0,53 g/cm3, kelarutan tepung 99,9972%, daya serap air 1,96 ml/g, kadar air 8,45%. Karakteristik sensoris tepung tempe “bosok” dengan suhu pengeringan 60°C yang disukai panelis adalah tepung tempe “bosok” yang memiliki warna coklat, aroma khas tempe “bosok” yang tidak terlalu menyengat, dan tekstur yang halus dan kering atau tidak lembab.</p>

BUANA SAINS ◽  
2020 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 29-40
Author(s):  
Nadhifa Hasna Fauziyah ◽  
Susilo Budiyanto ◽  
Adriani Darmawati Sudarman

The aim of the study was to know the influence of the rice straw compost doses as fertilizer and the frequence microorganism local of banana weevil on the growth and yield of the strawberry. The experimental design of this research was Completely Randomize Design (CRD) factorial with three factors of rice straw compost doses (15, 20, 25 tons/ha) and three factors of frequence microorganism local of banana weevil (1 time, 3 times, and 5 times) with 3 replications. The parameter observed were bulk density of soil, porosity of soil, organic ingredients of soil, number of leaves, number of fruit, and weight of fruit. Data obtained was processed by analysis of variance and if there is an effect of yield treatment continued with Duncan multiple range test. The result showed that there are interaction between two treatment on bulk density and soil porosity. The compost doses and frequence microorganism local of banana weevil had significan effect on soil characteristic (bulk density, porosity, and organic ingredients of soil), improvement of best soil characteristic happen on compost doses 20 tons/ha and frequency microorganism local of banana weevil 2 times. Treatment of compost doses application 25 tons/ha will improve the parameters of number of leaves and number of fruit, while the best weight of fruit happen on compost doses 20 tons/ha with frequency microorganism local of banana weevil 1 time.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 120-128
Author(s):  
Evan Yonda Pratama ◽  
Riski Hasputri ◽  
Rudi Tejo Setiyono

Jagung merupakan salah satu sumber komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah penggunaan varietas unggul baru, pemupukan dan pengaturan populasi tanam. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah diadopsi oleh petani adalah Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki daya hasil yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan calon varietas jagung hibrida yang memiliki hasil yang lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan PT Mulya Agro Sarana, Desa Wonokerto, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada April sampai Agustus 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan meliputi 4 calon varietas jagung hibrida MASB1, MASB2, MASB3, MASB4, dan satu varietas jagung hibrida sebagai standar yaitu varietas Bima 20 Uri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida yang prospektif dikembangkan lebih lanjut yaitu MASB3 dan MASB4, hal ini terlihat pada bobot 1000 butir dan produktivitas ton/ha. Data produktivitas adalah MASB3 sebesar 12.16 ton/ha dan MASB4 sebesar 14.18 ton/ha.


Author(s):  
Sukarman Hadi Jaya Putra ◽  
Maria Stefina Asriyani

Cabai merah besar memiliki nilai ekonomi tinggi, namun cabai merah besar termasuk dalam jenis buah yang mudah rusak. Perlakuanpascapanen yang tepat dibutuhkan, salah satunya melalui proses pengeringan yang sering digunakan secara mekanis dengan waktu pengeringan dan suhu yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berapa lama pengeringan dengan suhu yang berbeda melalui perubahan karakteristik cabai merah besar (Capsicum annum L.). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Temperatur pengeringan yang digunakan adalah S1 (50 °C), S2 (55 °C), S3 (60 °C) dan S4 (65 °C). Waktu pengeringan yang digunakan L1 (20 jam), L2 (23 jam), dan L3 (26 jam). Pengamatan parametrik terdiri dari warna, tekstur, dan rasa. Analisis data yang digunakan adalah analisis varians (ANOVA) 95% (α=0,95) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)5%. Observasi digunakan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan suhu yang berbeda berpengaruh terhadap perubahan warna dan rasa cabai merah besar.


Author(s):  
Laili Munawaroh ◽  
Ummu Kalsum ◽  
Purwanti Budi Laksono ◽  
Irwan Siallagan

Tanaman yang ternaungi mengakibatkan ketersediaan cahaya menjadi berkurang terutama pada intensitas cahaya. Perbedaan karakteristik tanaman yang diatur oleh gennya menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi ternaungi menjadi berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati respon tanaman kedelai varietas Ceneng pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang berbeda. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan 1 faktor, yaitu naungan. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan naungan ± 59% menggunakan pohon pada 0 minggu setelah tanam (MST), naungan paranet pada 8 MST dan tanpa naungan sebagai kontrol. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, lebar dan panjang daun, waktu berbunga, jumlah bunga, jumlah polong total, jumlah polong hampa dan polong isi, kandungan klorofil serta gula pada daun. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of varians (anova) dengan taraf α = 5%. Hasil uji anova yang signifikan berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan pada tanaman kedelai varietas Ceneng meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b dan karotenoid daun, namun kadar antosianin menjadi menurun. Perlakuan naungan 59% dan 8 MST memberikan rata-rata kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan tanpa naungan. Perlakuan naungan pada kedelai varietas Ceneng yang cocok adalah naungan 8 MST.


Pastura ◽  
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 40
Author(s):  
R. Sriagtula ◽  
I. Martaguri ◽  
J. Hellyward ◽  
S. Sowmen

Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi pengaruh penambahan inokulasi bakteri asam laktat (BAL) dan aditif terhadap kualitas dan karakterietik silase whole crop sorgum mutan brown midrib (Sorghum bicolor L. Moench) galur Patir 3.7 yang dipanen pada fase soft dough. Penelitian dilaksanakan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 4 ulangan. Faktor A yaitu A1 = tanpa BAL, A2= penambahan BAL. Faktor B terdiri dari B1= tanpa aditif, B2= dedak, B3= jagung. Sumber BAL yang digunakan berasal dari inokulan komersil dari minuman fermentasi merk Yakult dengan dosis 1 ml (v/w) atau 11×109 CFU/ml/berat segar. Aditif terdiri dari dedak padi dan jagung halus digunakan sebanyak 3% (g/g)/berat segar. Parameter yang diamati adalah karakteristik dan kualitas silase meliputi nilai pH, nilai fleigh (NF), kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan Abu. Data dianalisis berdasarkan analisis keragaman menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara penambahan BAL dan aditif terhadap pH, NF, BK, PK, SK, LK dan abu, sedangkan faktor tunggal adititif memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi terhadap kandungan BK silase whole crop sorgum mutan BMR. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum penambahan inokulan BAL dan aditif menghasilkan karakteristik dan kualitas silase yang sama, namun demikian penambahan dedak padi dan jagung halus menghasilkan BK silase yang lebih tinggi dibanding tanpa BAL dan aditif. Kata kunci: aditif, BAL, brown midrib, silase, sorgum


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Diyana Lestari ◽  
Luqman Qurata Aini

Penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora merupakan dua penyakit penting yang menjadi kendala dalam budidaya cabai merah besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsorsium bakteri antagonis Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus dalam mengendalikan penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora pada cabai merah besar serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah besar sendiri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 - Desember 2020 di lahan tumpangsari bawang merah dan cabai, Desa Ubalan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Persiapan penelitian meliputi survei lokasi, persiapan alat dan bahan, pengacakan perlakuan, dan penentuan tanaman sampel. Pelaksanaan penelitian meliputi pengaplikasian larutan isolat bakteri antagonis di lapang, pengamatan mingguan, dan pengolahan data. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA dan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% menggunakan software DSAASTAT. Konsorsium P7 (Pseudomonas aeruginosa + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit virus kuning, sedangkan perlakuan konsorsium P8 (Bacillus cereus 12 + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit bercak daun Cercospora. Perlakuan konsorsium tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun. Namun, konsorsium P7 mampu meningkatkan bobot tanaman cabai meskipun secara statistik tidak berbeda dengan perlakuan lainnya.


2021 ◽  
Vol 888 (1) ◽  
pp. 012028
Author(s):  
S S C Maulid ◽  
A Susilo ◽  
D Purwanto ◽  
Kuswati

Abstract This research was conducted to examine the effect of slaughter age and sex class to carcass characteristic from Red Brahman Crossbred Cattle. The research materials were 126 heads (grouped by slaughter age (<1,5 years, 2-2,5 years, and 3 years) and sex class (bull and steer)) with taken from KASA Company, rested for 12-24 hours, and slaughtered in AM FARM abattoir with halal MUI slaughter methods. The research method was used field experiment. The data of research were analysis by using Complete Randomized Factorial Design (2X3) and Duncan Multiple Range Test if there were differences. Parameters of carcass characteristic were slaughter weight, hot carcass weight, dressing percentage, carcass components percentage (meat, bone, fat), MBR, MFR, rib eyes area, and 12th fat thickness of ribs. The results of this research showed that slaughter age and sex class has significantly (P<0,05) affect to slaughter weight and hot carcass weight. Interactions of slaughter age and sex class has significantly (P<0,05) affect dressing percentage, bone and meat percentage, MBR and MFR, and has not significant (P>0,05) rib eyes area and fat thickness. From these results, it can be concluded that slaughter age and sex class affect carcass characteristics of Red Brahman Crossbred Cattle.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 79-86
Author(s):  
Siti Zamilatul Azkiyah ◽  
Delvi Noer Kholida Rahmaniyah ◽  
Istiana Istiana ◽  
Ismatun Wafiyah

Vitamin C is one component that can increase iron absorption in patients with iron deficiency anemia. This study aims to determine the effect of vitamin C supplementation on iron absorption as measured by hemoglobin levels in anemic mice. This type of research is an experimental laboratory design. Experimental animals (Mus. Musculus) male mice were made anemia induced with sodium nitrite and then divided into three treatment groups. Group I, was given distilled water, Group II, was given ferrous sulfate, Group III, was given ascorbic acid + ferrous sulfate at a dose of 4.5 mg. The treatment was given for 14 days after experiencing anemia. Data analysis was used ANOVA test. If it has an effect, it continued with the Duncan Multiple Range Test (DMRT). Changes in the average hemoglobin level of mice ranged from 12-15 grams/dL after 14 days of treatment, which means that the hemoglobin level returned to normal. Thus, the administration of vitamin C can increase iron levels in mice (Mus musculus) Anemia by induction of sodium nitrite. ABSTRAK   Vitamin C merupakan salah satu komponen yang dapat menengkatkan absorpsi besi pada penderita anemia defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian suplementasi vitamin C terhadap absorpsi besi yang diukur dari kadar hemoglobin hewan coba mencit anemia. Jenis penelitian berupa  desain laboratory eksperimental. Hewan coba mencit (Mus. Musculus) jantan dibuat anemia dengan diinduksi dengan natrium nitrit kemudian dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok I diberi akuades, Kelompok II diberi ferro sulfat, Kelompok III diberi asam askorbat + fero sulfat dengan dosis 4,5 mg. Perlakuan diberikan selama 14 hari setelah mengalami anemia. Analisis data menggunakan ANOVA. Bila memiliki pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Perubahan kadar hemoglobin rata-rata mencit berkisar 12-15 gram/dL setelah perlakuan selama 14 hari yang artinya kadar hemoglobin kembali ke keadaaan normal. Dengan demikian, pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar zat besi pada mencit (Mus musculus) Anemia dengan induksi natrium nitrit.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 122-129
Author(s):  
Enda Sabda Gentri Sembiring ◽  
Julaili Irni ◽  
Rama Riana Sitinjak ◽  
Bayu Pratomo

Introduction: This study aims to determine the growth response of Mucuna bracteata cuttings to the concentration and duration of soaking shallot extract. Materials and Methods: This study used a factorial Randomized Block Design (RBD) with two factors, namely: shallot extract concentration (P) consists of 4 levels, include P0= untreated, P1= 10 ml, P2= 20 ml, P3= 30 ml, meanwhile the soaking time (Q) consists of 4 levels, such as Q0= momentarily dipping, Q1= 15 minutes, Q2= 30 minutes, Q3= 45 minutes. The data was processed by ANOVA and if significant, then further tested with Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the rate of 5%. Results: The concentration of shallot extract, soaking time and their interaction had a very significant effect on the survival percentage of Mucuna bracteata D.C. cuttings. The highest survival percentage of cuttings of Mucuna bracteata on the effect of shallot extract concentration and soaking time was obtained in the P0Q0, P0Q1, and P3Q2 treatments after the lid was opened at 4 weeks after planting. In the number of leaves also had significant effect in the interaction of two factors


Kultivasi ◽  
2015 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Fiky Yulianto Wicaksono ◽  
Aep Wawan Irwan ◽  
Agus Wahyudin ◽  
Linda Wahyu Setianingrum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil tanaman gandum yang maksimum di dataran medium melalui pemberian kalsium klorida dan asam salisilat dengan interval waktu yang terbaik. Percobaan dilakukan sejak Maret hingga Juli 2015 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Univer-sitas Padjadjaran, Jatinangor, dengan ketinggian tempat yaitu ± 750 m di atas permukaan laut. Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari lima perlakuan dan diulang empat kali sehingga terdapat 20 plot percobaan. Ukuran petak percobaan yang digunakan adalah 3 m x 4 m. Adapun perlakuan yang diberikan adalah A = Aplikasi CaCl2 dan Asam Salisilat dengan interval waktu 3 hari, B = Aplikasi CaCl2 dan Asam Salisilat dengan interval waktu 6 hari, C = Aplikasi CaCl2 dan Asam Salisilat dengan interval waktu 9 hari, D = Aplikasi CaCl2 dan Asam Salisilat dengan interval waktu 12 hari, dan E = Aplikasi CaCl2 dan Asam Salisilat dengan interval waktu 15 hari.Perbedaan nilai rata-rata perlakuan diuji dengan Duncan Multiple Range Test pada taraf nyata 5 %. Grafik antar perlakuan dibandingkan dengan uji kesejajaran dan keberimpitan garis regresi (uji Chow pada taraf nyata 5 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbe-daan yang nyata yang diberikan salah satu perlakuan terhadap komponen pertumbuhan (jumlah anakan, kandungan klorofil, dan indeks luas daun), komponen hasil (jumlah malai, panjang malai, gabah isi, bobot biji per malai, dan bobot biji per tanaman). Pemberian asam salisilat dan kalsium klorida memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman gandum terbaik pada interval 9 hari. Kata kunci : Gandum ∙ Asam salisilat ∙ Kalsium klorida 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document