scholarly journals Pengelolaan Dan Pemanfaatan Data Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) Di Puskesmas

2020 ◽  
Vol 23 (4) ◽  
pp. 256-266
Author(s):  
Eva Sulistiowati ◽  
Andre Yunianto ◽  
Sri Idaiani

The Healthy Indonesia Program with a Family Approach (PISPK) is conducted by the health center (puskesmas), which addressed to closer the public access to health services with a family target. Puskesmas would accept data and information from family health profiles (Prokesga) based on evidence, that needs to manage adequately so can be utilized as a document of drafting the action plan. Evaluation of the PISPK implementation in 2019 shows that the majority of puskesmas do not conduct and utilize PISPK Data. This study aims to describe how to manage, analyze, and utilization PISPK Data at puskesmas. The analysis is part of the PISPK implementation research conducted by the Center for Research and Development of Health Resources and Services through Participatory Action Research (PAR) approach in 8 puskesmas in Indonesia (2017-2018) using mixed methods. We had performed a Focus Group Discussion for the surveyor and an in-depth interview with the Head of Health Centers. PISPK Data analysed using Excel and SPSS. Results showed that still not proficient in data management and utilization at puskesmas sites. It is caused by several obstacles involve an administrative change of city or district; update of the healthy family application; restricted access of raw data, internet connection, and Prokesga storage, including limitations of data analysis skill also. Barriers can be minimalized use manual analysis and special training for management and data analysis. Results of data analysis for PISPK can also be used to determine program targets, to make a map of the individual problem, family, and area, which is utilized to arrange a draft of the Action Plan. Abstrak Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) dilaksanakan oleh puskesmas untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan dengan target keluarga. Puskesmas akan mendapatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (Prokesga) berdasar evidence yang perlu dikelola dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan rencana usulan kegiatan. Evaluasi pelaksanaan PISPK 2019 menunjukkan mayoritas puskesmas belum melakukan analisis dan pemanfaatan data PISPK. Untuk itu, tulisan ini bertujuan menggambarkan bagaimana pengelolaan, analisis, dan pemanfaatan data PISPK di puskesmas. Analisis merupakan bagian dari riset implementasi PISPK yang dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan melalui pendekatan Parcipatory Action Research (PAR) di 8 puskesmas di Indonesia pada tahun 2017-2018 dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Dilakukan Focus Group Discussion (FGD) terhadap petugas puskesmas dan wawancara mendalam kepada kepala puskesmas. Data PISPK diolah dengan menggunakan excel dan SPSS. Hasil menunjukkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan data PISPK di puskesmas lokus belum optimal. Hal ini terkendala, antara lain: perubahan administratif kota/kabupaten, perubahan versi aplikasi KS; tidak ada akses terhadap raw data; terbatasnya sinyal internet dan tempat penyimpanan Prokesga, termasuk juga keterbatasan kemampuan analisis data. Kendala dapat diminimalisir dengan analisis manual, dan pelatihan khusus manajemen dan analisis data. Hasil analisis data PISPK dapat digunakan dalam menentukan sasaran program, membuat peta masalah individu, keluarga dan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk penyusunan rencana usulan kegiatan.

Author(s):  
Anggaunita Kiranantika ◽  
Rina Natalia ◽  
Mei Rita Kumala

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orangtua. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga sangat bervariasi. Karakter anak akan ditentukan oleh lingkungan melalui pengalaman yang dibentuk dalam dunia sosialnya, sebagaimana diatur dalam UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan Kebijakan 3-Ends pada 3 isu nasional yang memfokuskan penghapusan kekerasan, Traffiking, dan Rentan Ekonomi yang. Melalui fokus proiritas ini diharapkan semua kekuatan elemen, pemerhati persoalan ini bersinergi untuk mewujudkan dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, perlulah sekali diadakan sosialisasi 3 Ends di kalangan anak dan remaja dalam masyarakat untuk bisa memaksimalkan hak anak dan partisipasi anak dalam pembangunan yang berkelanjutan. Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan dilakukan dengan Action Research menggunakan Focus Group Discussion kepada anak-anak, remaja dan pendamping yang hadir. Kegiatan ini merupakan pengetahuan baru bagi masyarakat sebagai upaya pemenuhan hak anak yang masih belum dipenuhi secara maksimal. Kegiatan ini diharapkan dapat dilakukan secara terjadwal untuk dapat menanggulangi masalah kekerasan dan human trafficking yang semakin rentan terjadi pada anak dan remaja di Kabupaten Banyuwangi.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um032v1i12018p001


Author(s):  
Andi Surahman Batara ◽  
Muhammad Syafar ◽  
Sukri Palutturi ◽  
Stang Stang

Healthy cities merupakan isu yang sangat kompleks, melibatkan banyak sektor dan berbagai disiplin ilmu, olehnya itu healthy cities hanya bisa dicapai kalau semua sektor yang terlibat dapat berkolaborasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dinilai efektif untuk mewujudkan terminal sehat. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan participation action research (PAR). Pengumpulan data dilakukan melalui focus group discussion (FGD), wawancara mendalam. Informan penelitian yaitu ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Sulawesi Selatan, Ketua Organisasi Angkutan Darat, perwakilan Solidaritas Perempuan Sulawesi Selatan, pengguna terminal, koordinator kebersihan Terminal, Humas Terminal, Direktur Operasional Terminal, ahli kesehatan masyarakat,  pedagang dan Direktur Utama Terminal. Hasil FGD berkesimpulan bahwa kolaborasi stakeholder adalah kunci sukses dalam mewujudkan konsep terminal sehat.Kata Kunci : Stakeholder, indikator terminal sehat 


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 567-586
Author(s):  
Afifi Lateh ◽  
◽  
Mahdee Waedramae ◽  
Weahason Weahama ◽  
Supansa Suvanchatree ◽  
...  

This participatory action research aims to (1) construct a classroom research development model for Thai tertiary lecturers in the three southern border provinces and (2) evaluate their classroom research performance. Through voluntary participation, the target group comprises 40 lecturers in Thailand, specifically from Prince of Songkla University, Pattani Campus; Yala Rajabhat University; Princess of Naradhiwas University; Fatoni University; and Boromarajonani College of Nursing Yala. In-depth interviews were conducted with two university administrators, and a focus group discussion was held for 12 participants, including lecturer representatives and the researchers. Initial data on suggestions were collected to construct a draft classroom research development model which was subsequently assessed for quality by three purposively sampled experts. The selection criteria for these experts included having a research background in Education or having conducted at least three research titles on classroom research. The instruments were an in-depth interview form, a focus group discussion form, a model quality assessment, a self-assessment form, and a learning log. The data were analysed with content analysis and descriptive statistics.


AdBispreneur ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Sam'un Jaja Raharja ◽  
Ria Arifianti ◽  
Rivani

The ceramic industry in Purwakarta is one of the industry icons that continuously decreases competitiveness. To improve the competitiveness of the industry, collaboration between actors or institutions that have roles and functions in the development of the industry is needed. The purpose of study is to analyze the relations among actors or institutions, the factors that influence collaboration among actors and to build collaboration models in the development of ceramic industry in Purwakarta, Indonesia.  This research uses descriptive qualitative method. Data collection techniques used interviews and focus group discussion. Data analysis uses interactive model using mactor analysis  The results of study show that relations between actors show that the development of the ceramics industry in Purwakarta is managed independently, not collaboratively. This research suggests that the development of the Purwakarta ceramics industry needs to be done by using a collaboration model with one institution acting as a leading sectorIndustri keramik di Purwakarta adalah salah satu ikon industri yang terus menurunkan daya saing. Untuk meningkatkan daya saing industri, diperlukan kolaborasi antara aktor atau institusi yang memiliki peran dan fungsi dalam pengembangan industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara aktor atau institusi, faktor-faktor yang mempengaruhi kolaborasi antar aktor dan untuk membangun model kolaborasi dalam pengembangan industri keramik di Purwakarta, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan diskusi kelompok terfokus. Analisis data menggunakan model interaktif menggunakan analisis mactor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar aktor dalam pengembangan industri keramik di Purwakarta dikelola secara parsial-mandiri, bukan secara kolaboratif. Penelitian ini menyarankan dalam pengembangan industri keramik Purwakarta perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan model kolaborasi dengan satu lembaga yang bertindak sebagai leading sector.


2021 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 1037
Author(s):  
Bakri Melpi

This research was motivated by the learning process which was still dominated by the teacher as a source of knowledge through conventional methods in the form of lecturing; as a result, students became passive during the learning process. Ideally, learning should be able to increase students' understanding about the material and their understanding about the relationship between the material and the student's environment. Referring to these problems, it was necessary to apply a method that helped teachers to improve the learning quality. It was hoped that focus group discussions improved the teachers’ ability to apply contextual learning. This research was a classroom action research. The research was carried out on teachers at SDN 019 Sungai Gantang from February to March 2020. The research subjects were 17 teachers and the instrument was an observation sheet. The results showed that the teachers’ ability to implement contextual learning through focus group discussions increased from 80.25% (with Good category) in cycle I to 84.45% (with Very Good category) in cycle increased II. Based on the results of this research, it was concluded that focus group discussions improved teachers’ ability in implementing contextual learning.


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Anggun Dabella Ningrum

Abstrak Pusat Layanan Terpadu Anak Penyandang Disabilitas (PLTAPD) adalah Model PLTAPD diwujudkan bertujuan memberikan pelayanan sosial yang terarah, terintegrasi dan berkelanjutan bagi Anak Penyandang Disabilitas (APD) dan keluarga, serta masyarakat atau Lembaga Rujukan APD dalam penanganan APD. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji model pelayanan aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas melalui pusat layanan terpadu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan (design action research). Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif (participant observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu dengan uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji kepastian (confirmability). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model PLTAPD sangat diperlukan oleh APD dan keluarga. PLTAPD didirikan untuk memberikan kemudahan bagi APD, sehingga pelayanan sosial yang dibutuhkan APD (pendidikan, kesehatan, terapi, sarana prasarana serta pengembangan potensi dan bakat) secara komprehensif, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dapat dijangkau. Model Pelayanan Aksesibilitas bagi APD melalui PLTAPD di Kota Pangkalpinang merupakan bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang terhadap pemenuhan hak dan kepedulian terhadap APD.Kata kunci: aksesibilitas bagi APD, Pelayanan bagi APD, Pusat Layanan Terpadu


Author(s):  
I Made Netra

Efforts in documenting variations and clusterrs of Balinese lexicons, particularly in the fields of custom and religion, have been gradually made. The patterns of NSM syntax of prototypes of semantic primitives were thoroughly examined. Thus, an example of the use of the lexicon that represents each prototype of semantic primitives was made to complete the list of the lexicon previously studied.Therefore, NSM dictionary on prototypes of semantic primitives can be easily come into being.Data were obtained by the methods of participative observation, during which the techniques of Focus Group Discussion, recording, and note-taking were employed (Bungin, 2001:57; Moleong, 2000).In-depth interviews to several informants in the two regencies were carried out. The results of the interview were then cross-referenced to such key informants as tradition and community leaders. Data were comprehensively studied by the methods of padan of which relevant theories were used to study data and agih of which supporting equipment was sourced from the language itself (Sudaryanto, 2003). The results of data analysis showed that the patterns of NSM syntax were novelties by combination of several prototypes of semantic primitives accordingly. The patterns comprise of simple patterns, complex patterns, and the related specific patterns.


Jurnal PEPADU ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 235-244
Author(s):  
Mahrup Mahrup ◽  
IGM. Kusnartha ◽  
Padusung Padusung ◽  
Nyoman Soemenaboedy ◽  
Fahrudin Fahrudin

Bertani di lahan tegalan adalah suatu ikhtiar menantang alam. Pernyataan ini dapat diterima sebagai sebuah fakta, karena kendala yang dihadapai sangatlah kompleks. Ada tiga kendala utama pertanian lahan tegalan, yaitu: faktor biofisik lahan, iklim kering dan sumberdaya manusia. Biofisik lahan dicirikan oleh tipologi lahan sub-optimal secara fisika, kimia dan biologi. Iklim pada umumnya tergolong semi ringkai tropis (semi-arid tropic) dengan sifat hujan tidak menentu (erratic rainfall), dan sumberdaya manusia tergolong dalam klaster di bawah garis kemiskinan.  Kegiatan pengabdian terhadap petani lahan tegalan telah dilakukan terhadap salah satu kelompok tanai tegalan di dusun Rambitan-3, desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Kegiatan dilaksanakan secara berkala dan telah memasuki tahun ke-3 pada tahun 2019.Kelompok sasaran ditetapkan secara purposive sampling dan kegiatan dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion, FGD). Eksekusi kegiatan masih pada level demonstrasi terbatas, melalui metode kaji tindak (action research), seperti: bertanam di pekarangan (home gardening), bertenak unggas disertai penetasan dan bertanam kelapa genjah sebagai penguat teras pekarangan.  Hasil kegiatan menujukkan beberapa hal spesifik sebagai berikut: (1) secara kultural kesetaraan gender dalam kelompok sasaran belum terwujud, sehingga anggota FGD harus dipisahkan berdasar jenis kelamin, (2) aktivitas pertanian masih bersifat subsisten (untuk mencukupi kebutuhan dasar pangan semata), dan (3) beraktivitas di lahan sendiri di tegalan adalah prioritas kedua, sedang aktivitas utama adalah sebagai buruh tani di lahan sawah. Kesimpulan  yang dapat dikemukakan adalah: (1) inovasi bidang pertanian bagi petani tegalan harus murah dan secara instan (waktu singkat) menjawab kebutuhan dasar, (2) harus ada dukungan para pihak,  dan Pemeritah Daerah untuk menginisiasi aktivitas dan (3) harus ada perubahan paradigma petani dalam  usahatani lahan tegalan.


2019 ◽  
Vol 21 (4) ◽  
Author(s):  
Hario Megatsari ◽  
Agung Dwi Laksono ◽  
Ilham Akhsanu Ridlo ◽  
Mohammad Yoto ◽  
Arsya Nur Azizah

Access to health services is often seen only from the provider perspective, while from the community side as a user is less noticed. Improving the quality of health services access requires a complete perspective on two diff erent sides. This research is designed descriptively qualitative. Data were collected by Focus Group Discussion (FGD), in-depth interview and observation. The research was conducted in Malang Regency in June-August 2018. The study results showed health services access generally the community believes that there are still perceived defi ciencies. Especially on the aspect of physical access, due to poor facilities and infrastructure. In addition, social access was also considered inadequate, because there were still health workers who served with less friendly. This study concludes that people still feel access to physical and social aspects is still diffi cult. It should be recommended to the local government for eff orts to improve physical access, and the Health Offi ce to disseminate health information about the rights of patients to the community. Abstrak Akses pelayanan kesehatan seringkali dilihat hanya dari perspektif pemberi pelayanan saja, sementara akses dari sisi masyarakat sebagai pengguna kurang terperhatikan. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dari sisi akses memerlukan perspektif yang lengkap dari dua sisi yang berbeda. Penelitian ini didesain secara deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dan pengamatan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang pada bulan Juni–Agustus 2018. Hasil penelitian menunjukkan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang ada, secara umum masyarakat berpendapat bahwa masih ada kekurangan yang dirasakan. Terutama pada aspek akses secara fisik, dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang baik. Selain itu akses secara sosial juga dirasa kurang, karena masih ada tenaga kesehatan yang melayani dengan kurang ramah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat masih merasa akses dari aspek fisik dan sosial masih sulit. Perlu direkomendasikan pada pemerintah daerah setempat untuk upayaperbaikan akses secara fi sik, dan Dinkes untuk mendiseminasikan informasi kesehatan mengenai hak pasien kepada masyarakat.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 85-100
Author(s):  
Yayuk Hidayahl ◽  
Lisa Retnasari ◽  
Risti Aulia Ulfah

The purpose of this research is to describe the efforts to build the defense of PGSD students through Pancasila Education in Higher Education. The study was carried out in the Department of PGSD Ahmad Dahlan University, Yogyakarta. This research is qualitative research with data collection in the form of interviews, observations, documentation, and Focus Group Discussion (FGD). Data analysis through data reduction, data presentation, and concluding. The results of the study revealed that students of the Department of PGSD Ahmad Dahlan University, Yogyakarta have the conception that the defense of the country is no longer through taking up arms, but can be through their professionalism. Besides, there are some characteristics of students in defending the country, namely, maximizing time as a student with useful activities, loving Indonesia, having morals, excellent skills, and having a national insight. The findings of this study also revealed that Pancasila education in Higher Education became an addendum in providing a basis for students' understanding of Pancasila as the basis of the state.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document