scholarly journals Vitamin A Ikan Sidat (Anguilla Marmorata) Asal Sungai Palu Dan Danau Poso

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 24-30
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Agustinus Widodo ◽  
Nurul Mufliha

Pendahuluan & Tujuan: Ikan sidat (Anguilla marmorata) memiliki keunggulan gizi atau nutrisi yang tinggi seperti protein, mineral, asam lemak dan salah satunya yaitu vitamin A. Penelitian ini  bertujuan untuk membandingkan jumlah kadar vitamin A ikan sidat (Anguilla marmorata) fase glass eel, yellow eel , silver eel  asal Sungai Palu dan Danau Poso. Bahan dan Metode: Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu Ikan sidat (Anguilla marmorata) berukuran Glass eel, Yellow eel, Silver eel yang berasal dari Sungai Palu dan Danau Poso, Ethanol, KOH, n-Hexane, BHT (Butil Hidroksil Toluen), Methanol. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling melihat berdasarkan jenis berat, ukuran dan lokasi pengambilan. Metode yang digunakan yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dimana sebelumnya dilakukan uji saponifikasi (penyabunan) pada sampel ikan sidat. Hasil: Vitamin A pada ikan sidat asal Sungai Palu fase glass eel sebesar 4,01 mg/kg (1336,67 IU/100 gram), yellow eel sebesar 7,26 mg/kg (2420 IU/100 gram), silver eel sebesar 9,73 mg/kg (3243,34 IU/100 gram). Vitamin A pada ikan sidat asal Danau Poso fase glass eel sebesar 0,22 mg/kg (73,34 IU/100 gram), yellow eel 7,16 mg/kg (2386,67 IU/100 gram), silver eel sebesar 11,3 mg/kg (3766,67 IU/100 gram). Kesimpulan: Kadar vitamin A ikan sidat fase glass eel asal Sungai Palu dan Danau Poso berbeda signifikan.

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 60-68
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Gugun Gunawan ◽  
Siti Nurhafsah ◽  
Padhlun A Jerni ◽  
Dytha Okvhyanitha ◽  
...  

Ikan sidat termasuk ikan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin A, vitamin B, DHA(Docosahexaenoic acid), EPA(Eicosapentaeonic acid), dan protein albumin. Albumin memiliki peranan penting sebagai sarana pada proses transportasi dalam darah, pembentukan jaringan tubuh yang baru pada masa pertumbuhan, senyawa proteksi hati dan juga bermanfaat dalam proses penyembuhan luka pada pasien pasca operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar albumin ikan sidat Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor pada fase glass eel, elver, yellow eel dan silver eel asal Sungai Palu dan Danau Poso. Sampel diambil menggunakan metode purposive sampling berdasarkan pada jenis, berat, ukuran, dan lokasi pengambilan. Pengujian kadar albumin ditentukan dengan menggunakan metode Bromocresol green dengan alat fotometer dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar albumin tertinggi terdapat pada fase silver eel, yakni sebanyak 1,62 gram / 100 gram pada Anguilla marmorata asal Danau Poso dan kadar paling rendah terdapat pada fase elver sebanyak 0,24 gram / 100 gram pada Anguilla bicolor asal Danau Poso. Hal ini menunjukkan bahwa spesies Anguilla marmorata memiliki kadar albumin yang lebih tingi dari Anguilla bicolor.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Agustinus Widodo ◽  
Nurul Mufliha

Background & Objective: Eel fish (Anguilla marmorata) has high nutritional or nutrition advantages such as protein, minerals, fatty acids and one of them is vitamin A. This study aims to compare the amount vitamin A of eel fish (Anguilla marmorata) phase glass eel, yellow eel, silver eel from Palu River and Lake Poso.  Materials and Methods: The materials used in this research are eel fish (Anguilla marmorata) Glass eel, Yellow eel, Silver eel size from Palu River and Lake Poso, Ethanol, KOH, n-Hexane, BHT (Butyl Hydroxyl Toluene), Methanol. The sampling technique uses purposive sampling based on the type of weight, size and location of the taking. The method used is High Performance Liquid Chromatography (HPLC) where previously conducted saponification test (saponification) on sample of eel fish. Results: The result of vitamin A test on eel fish from Palu River phase of glass eel is 4.01 mg / kg (1336,67 IU / 100 gram), yellow eel 7,26 mg / kg (2420 IU / 100 gram), silver eel equal to 9.73 mg / kg (3243,34 IU / 100 gram). Vitamin A in eels from Lake Poso phase of glass eel of 0.22 mg / kg (73.34 IU / 100 gram), yellow eel 7.16 mg / kg (2386.67 IU / 100 gram), silver eel of 11 , 3 mg / kg (3766.67 IU / 100 gram). Conclusion: vitamin A of eel fish content from Palu River and Lake Poso were significantly different, which was based on p <0,05


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 63-66
Author(s):  
Nur Pita Sari ◽  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Agustinus Widodo

Ikan sidat (Anguilla bicolor) memiliki nilai gizi yang sangat tinggi antara lain vitamin larut air (B dan C) dan larut lemak A, D, E, dan K. Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh untuk membantu pembentukan jaringan tubuh, tulang, meningkatkan penglihatan dan ketajaman mata, memelihara kesehatan kulit dan rambut, meningkatkan kekebalan tubuh, anti kanker dan katarak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kandungan vitamin A pada fase glass eel, yellow eel dan silver eel asal Danau Poso Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling berdasarkan kriteria seperti jenis (Anguilla bicolor) umur (4,5 – 10 tahun) dan panjang (55 mm – 30 cm ) asal Danau Poso Sulawesi Tengah. Pengujian vitamin A dilakukan dengan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Kadar vitamin A ikan sidat fase Glass eel sebanyak 24,36 mcg/100g, Yellow eel 204,53 mcg/100g, dan Silver eel 59,92 mcg/100g. Hasil statistik uji anova menunjukkan bahwa kadar vitamin A ikan sidat Anguilla bicolor fase Glass eel, Yellow eel, dan Silver eel berbeda signifikan (P=0,000). Ikan sidat (Anguilla bicolor) fase Glass eel, Yellow eel dan Silver eel asal Danau Poso Sulawesi Tengah dapat dijadikan sumber vitamin A baik dalam bentuk olahan makanan maupun produk


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 120-130
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Agustinus Widodo ◽  
Natasha Setiawan

Ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) memiliki keunggulan gizi atau nutrisi yang tinggi seperti protein, asam lemak, dan vitamin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar vitamin B (B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, dan B12) pada ikan sidat fase yellow eel dan silver eel asal Sungai Palu Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling berdasarkan pada tempat, ukuran, dan fase ikan. Hasil pengujian vitamin B (B1, B2, B3, B5, B6, dan B9) menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra menunjukkan bahwa vitamin B2 fase yellow eel sebesar 0,07 mg/100 g; silver eel sebesar 0,05 mg/100 g; vitamin B3 fase yellow eel sebesar 0,3 mg/100 g; silver eel sebesar 1,16 mg/100 g; dan untuk vitamin B1, B5, B6, dan B9 tidak terdeteksi kadarnya. Sedangkan pengujian vitamin B7 dan B12 menggunakan Kromatografi Cair-Spektrometri Massa menunjukkan bahwa vitamin B7 fase yellow eel sebesar 58,35 µg/100 g; silver eel sebesar 10,61 µg/100 g; vitamin B12 fase yellow eel sebesar 0,52 µg/100 g; dan silver eel sebesar 0,27 µg/100 g. Kesimpulan yaitu vitamin B7 dengan menggunakan Kromatografi Cair-Spektrometri Massa memiliki kadar vitamin tertinggi sebesar 58,35 µg/100 g pada fase yellow eel dan untuk vitamin B3 (Nicotinamide) menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra memiliki kadar vitamin terendah sebesar 0,3 mg/100 g pada fase yellow eel.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Anita Tri Damayanti ◽  
Agustinus Widodo

Background & Objective: Sidat Fish (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) has high nutrition or nutritional advantages such as vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, protein, minerals, and fatty acids that are good for health. This research was purposed decide the difference of the vitamin c level of Sidat Fish (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard), Glass eel fase, Yellow eel and Silver eel from poso lake and estuary of Palu River.  Materials and Methods: The testing of vitamin c using substance the meet of Sidat Fish (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) Glass eel fase, Yellow eel and Silver eel, vitamin C, metaphospat acid and aquadest with the HPLC method (High Perfomance Liquid Chromatography) with Purposive Sampling technique seen based on the size, place, and fish fase as the requirement for the sample taking. Results: The result showed that Sidat Fish (Angilla marmorata (Q.) Gaimard) with Glass eel fase, Yellow eel and Silver eel from Poso lake and estuary of Palu river was not detected there was the content of vitamin C. Conclusion: Sidat fish (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) does not contain vitamin C.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 7-12
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Agustinus Widodo ◽  
Anita Tri Damayanti

Pendahuluan & Tujuan: Ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) memiliki keunggulan gizi atau nutrisi yang tinggi seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, protein, mineral, dan asam lemak yang baik bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan kadar vitamin C ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) fase Glass eel, Yellow eel, dan Silver eel asal danau Poso dan muara sungai Palu. Bahan dan Metode: Pengujian kadar vitamin C menggunakan bahan berupa daging ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) fase Glass eel, Yellow eel, dan Silver eel dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dengan teknik Purposive Sampling yang berdasarkan ukuran, tempat dan fase ikan sebagai syarat untuk pengambilan sampel. Hasil: Ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) pada fase Glass eel, Yellow eel, dan Silver eel asal danau Poso dan muara sungai Palu tidak terdeteksi adanya kandungan vitamin C. Kesimpulan: Ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) tidak mengandung vitamin C


2015 ◽  
Vol 73 (1) ◽  
pp. 158-164 ◽  
Author(s):  
Michael I. Pedersen ◽  
Gorm H. Rasmussen

Abstract Stocking of young eel is widely practised, as a measure, to meet the management target of the EU eel recovery plan. The target of the recovery plan is to increase the escapement to 40% silver eel biomass, relative to pristine conditions. The scientific information to predict the outcome in silver eel biomass from stocking is limited and may depend on whether translocation of wild glass eel or yellow eel is used, or if the stocked eels used are yellow eel from aquaculture. We evaluated the yield from stocking two different sizes, 3 and 9 g eels from aquaculture. A professional fishery recaptured 12.7% of the 3 g and 9.4% of the 9 g eels, originally stocked. Growth rate and mortality rate were different for the two stocked sizes, favouring the small eels. Brutto yield per recruit (YPR) was 13 and 9.2 g and netto YPR was 9.8 and 0.31 g for 3 and 9 g eel, respectively. We conclude that there seems to be no advantage in using larger 9 g eels compared with small 3 g eels for stocking.


Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Putri Amelia ◽  
Agustinus Widodo

Ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) memiliki keunggulan gizi atau nutrisi yang tinggi seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, protein, mineral, dan asam lemak yang baik bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar asam lemak, dan membandingkan komposisi asam lemak dari ikan sidat fase yellow eel asal sungai Palu dan danau Poso. Penelitian ini menggunakan metode kromatografi gas dengan mengubah ekstrak lemak menjadi metil ester asam lemak. Hasil analisis komposisi asam lemak daging ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) fase yellow eel asal sungai Palu dan Danau Poso menunjukan kadar asam lemak jenuh masing-masing 2,766g/100g dan 0,275g/100g; asam lemak tak jenuh tunggal 4,029g/100g dan 0,276g/100g; dan asam lemak tak jenuh ganda 0,541g/100g dan 0,102g/100g. Terdapat perbedaan secara statistik (p<0.05) komposisi dan kadar asam lemak antara daging ikan sidat fase yellow eel asal sungai Palu dan danau Poso. Komposisi asam lemak ikan sidat fase yellow eel asal sungai Palu dan danau Poso masing-masing adalah 23 dan 18 jenis. Asam lemak yang ditemukan pada daging ikan sidat sungai Palu dan tidak ditemukan pada ikan sidat danau Poso adalah asam heneikosenoat, asam miristoleat, Cis-10-pentadekanoat, asam gamma linoleat, dan Cis-11,14,17-eikosatrinoat.


2010 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 121-126
Author(s):  
Agung Budiharjo

Progo River is one of the rivers on the Java Island, which empties into the Indian Ocean, are became the entrance of the glass eels from the ocean. Glass eels were entering the river consists of several species. The aim of this research was to study of the species composition of glass eels that migrated into the estuary of the Progo River. Glass eels collected in the estuary in the year 2007–2009 at the lunar date 28 on at 20:00 until 04:00. In the period of 3 years, was successfully collected as many as 1.110 glass eels, which consisted of 3 species of Anguilla marmorata (31.17%), Anguilla bicolor bicolor (64,32%), and Anguilla nebulosa nebulosa (4.50%). Glass eels migrated into the estuary of Progo River during September to June. Glass eel of A. marmorata migrated to the estuary during September to June, A. bicolor bicolor migrated during October to June, and A. nebulosa nebulosa migrated to the estuary only during February to June.


<em>Abstract.—</em>The two main species of freshwater eels in New Zealand, the shortfin <em>Anguilla australis </em>and the endemic longfinned eel <em>A. dieffenbachii</em>, are extensively commercially exploited and also support important customary fisheries. Since there are no commercial glass eel fisheries in New Zealand, other indices must be used to indicate changes in recruitment over time. While there is some anecdotal evidence of reductions in glass eel recruitment, there is evidence of poorly represented cohorts of longfins within some populations, and modeling of these data indicate a substantial reduction in recruitment over the past two decades. Growth of both species is typically slow at 2–3 cm per year, meaning that both species are susceptible to commercial capture for many years until spawning escapement. Extensive commercial fishing has resulted in more substantial changes in length-frequency distributions of longfins than in shortfins; likewise, regional reductions in catch per unit effort are more significant for longfins. Theoretical models of silver eel escapement indicate that longfin females are especially susceptible to overexploitation. Shortfins would have been more impacted than longfins by loss of wetlands, but the impact of hydro stations on upstream access for juvenile eels and downstream access for silver eels would have been more severe for longfins. Overall, there is no clear evidence that the status of shortfin eel stocks has been seriously compromised by the extensive commercial eel fishery, but there is increasing evidence that longfins are unable to sustain present levels of exploitation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document