scholarly journals Hubungan Motivasi Dengan Keaktifan Kader Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Tabur Tahun 2020

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 378
Author(s):  
Ismail Kamba ◽  
Ratno Ratno ◽  
Suprihatin Ningsih

Latar Belakang Dalam meningkatkan derajat kesehatan, pemerintah telah mencanangkan sasaran menurunkan kematian bayi menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup dan kematian anak balita menjadi 17 per 1.000. Untuk mencapai sasaran tersebut program pembangunan kesehatan diarahkan pada tercapainya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan dapat mengatasi masalah kesehatan melalui kegiatan posyandu. Kinerja posyandu erat kaitannya dengan keaktifan kader dalam melaksanakan tugasnya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.Tujuan penelitian mengetahui apakah ada hubungan  motivasi dengan keaktifan kader posyandu. Penelitian bersifat deskriftif analitik, rancangan cross sectional. Populasi 219 orang kader. Sampel dengan cluster random sampling 141 responden.Hasil penelitian ada hubungan motivasi dan keaktifan kader posyandu dengan nilai  X2hitung = 56,175 > X2tabel = 3,841, P value = 0,000 < α = 0,05.Kesimpulan terdapat hubungan signifikan  motivasi dengan keaktifan kader posyandu. Saran Puskesmas dan petugas hendaknya melakukan motivasi bagi  kader

2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 13-19
Author(s):  
Sumi Anggraeni ◽  
Marlinda . ◽  
Antika .

Angka kejadian dan kematian diare pada anak-anak di negara berkembang masih tinggi terutama pada anak yang mendapat susu formula. Pemberian susu formula dengan botol yang tidak sesuai prosedur meningkatkan risiko diare karena kuman dan moniliasis mulut yang meningkat, sebagai akibat dari pengadaan air dan sterilisasi yang kurang baik. Kondisi yang demikian perlu sangat diperhatikan sebab bayi sangat rentan terhadap bakteri yang dapat menyebabkan sakit diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui hubungan cara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Desa Podorejo Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskritif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan pengambilan sampel secara cluster random sampling. Besar sampel sebanyak 165 responden dari populasi para ibu yang mempunyai balita dan masih menyusui di Desa Podorejo Kecamatan Pringsewu dari bulan Januari – Juni tahun 2015 sebanyak 280 responden, adapun instrumen penelitian adalah kuisioner dan lembar observasi, serta menggunakan uji statistik chi square. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan komputerisasi diperoleh p-value = 0,025 α < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak, dan Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan cara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di desa podorejo tahun 2015. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian diare yang dialami balita di Desa Podorejo disebabkan ibu memberikan susu formula tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu disarankan bagi para ibu mencari informasi tentang tata cara ibu dalam menyajikan susu formula, bagaimanakah sisi sterilisasi botol tempat menyajikan, proses penyiapan dan proses penyimpanan botol susu itu sendiri.


2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 107-118
Author(s):  
Anggi Kumalasari

Komponen fisik ruangan dan perilaku pengasuh dapat menjadi faktor risiko untuk kesehatan bayi di taman penitipan anak. Penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan komponen fisik ruangan dan perilaku pengasuh terhadap insiden ISPA pada bayi di TPA wilayah Surabaya Timur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dilakukan secara cross sectional dan bersifat analitik. Sampel penelitian yaitu tiap bayi yang menjadi peserta didik di delapan TPA wilayah Surabaya Timur yang terpilih menjadi kelompok (cluster) yaitu sebanyak 17 bayi. Sampel ditarik dari populasi dengan cluster random sampling. Variabel terikat dalam penelitian yaitu insiden ISPA pada bayi. Variabel bebas yaitu komponen fisik ruangan dan perilaku pengasuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komponen fisik ruangan terhadap insiden ISPA pada bayi di TPA (Uji Chi-square, p value = 0,028) dengan koefisien Kontingensi sebesar 0,517. Sedangkan tidak terdapat hubungan  antara perilaku pengasuh terhadap insiden ISPA pada bayi di TPA. Kemungkinan bayi yang berada pada TPA dengan komponen fisik ruangan tidak sehat akan mengalami ISPA 20 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang berada pada TPA dengan komponen fisik ruangan sehat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang berhubungan terhadap insiden ISPA pada bayi di TPA yaitu komponen fisik ruangan. Disarankan pengelola TPA senantiasa menjaga kesehatan fisik ruangan di TPA khususnya ruangan bayi sebagai upaya pencegahan penularan penyakit di TPA


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Sri Haryuni

Bencana alam bisa terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung oleh karena itu perlu adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam. Hal ini perlu untuk mengurangi resiko banyaknya korban jiwa dan kerusakan. Kesiapsiagaan bencana alam pada sekolah atau madrasah penting karena pada jam-jam pelajaran merupakan tempat berkumpulnya anak didik yang tentunya mempunyai kerentanan tinggi. Pengurangan risiko bencana, perlu dilakukan untuk mengurangi banyaknya korban jiwa dan kerusakan, secara kuantitatif yakni sebanyak 75% sekolah di Indonesia berada pada resiko sedang hingga tinggi dari bahaya bencana. Tujuan di lakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan siaga bencana gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak usia sekolah dasar dalam menghadapi bencana gempa bumi di “Yayasan Hidayatul Mubtadiin” Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Penelitian ini termasuk jenis penelitian inferensial. Jenis rancangan yang digunakan adalah cross sectional dengan jenis pre experimen. Desain penelitian One group pre post test design. Sampel penelitian ini sebanyak 24 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen adalah pelatihan siaga bencana gempa bumi dengan metode pelatihan siaga bencana gempa bumi dan variabel dependennya adalah kesiapsiagaan anak usia sekolah dasar dalam menghadapi bencana gempa bumi. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon match pair test dengan sig. α =0,05. Hampir seluruhnya anak usia sekolah dasar yang siap sebanyak 10 (41,3%) dan sangat siap sebanyak 14 (58,3%) di “Yayasan Hidayatul Mubtadiin” di kota Kediri. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon match pair test didapatkan p value  = 0,000 , maka H0 ditolak H1 diterima, artinya ada Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Mengahadapi Bencana Gempa Bumi Di “Yayasan Hidayatul Mubtadiin” Kota Kediri. Hasil penelitian ini merekommendasikan pihak sekolah agar lebih menerapkan pentingnya pendidikan kesiapsiagaan becana gempa bumi di sekolah- sekolah, dapat mengurangi resiko bencana pada sekolah dan dengan salah satu programnya dengan menjadi sekolah siaga bencana.;  


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 192-205
Author(s):  
Dhiny Easter Yanti ◽  
Agung Aji Perdana ◽  
Nina Okta Rina

Sebanyak 1,13 juta orang di seluruh dunia menderita Hipertensi, prevalensi penderita Hipertensi di dunia adalah 22%, dimana prevalensi tertinggi berada di Afrika 27%, dan terendah di Amerika 18% (WHO, 2020). Pada tahun 2019 Hipertensi merupakan penyakit menular tertinggi dengan 2.630 kasus di Puskesmas Kalirejo. Self-care adalah strategi utama dari promosi kesehatan pada level individu dan merupakan pergeseran filosofi dari “(upaya) penyembuhan (penyakit)”  menjadi filosofi ”peduli (kesehatan)” khususnya pengendalian penyakit kronis seperti Hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komponen HBM dengan self-care Hipertensi di wilayah kerja UPT.Kalirejo Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan data primer. Sampel sebesar 360 responden dan cara pengambilan sampel secara cluster random sampling lalu kemudian dianalisis dengan chi square dan regresi logistik. Terdapat hubungan Self-care Hipertensi dengan jenis kelamin (p-value <0.001; OR 2.6), perceived susceptibility (p-value <0.001; OR 3.4), perceived severity (p-value 0.004 OR= 5,1), perceived benefit (p-value <0.001; OR=2,3), Perceived barrier (p-value <0.001;), perceived self-eficacy  (p-value <0.001; OR 5.4), cues to action (p-value <0.001; OR 2.8). Variabel  yang dominan berhubungan dengan Self-Care adalah jenis kelamin. Saran: hendaknya meningkatkan kegiatan edukasi pada kelompok sasaran khususnya perempuan penderita Hipertensi dalam kerangka Germas dan PIS-PK.


2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Lilia Faridatul Fauziah ◽  
Diffah Hanim ◽  
Eti Poncorini Pamungkasari

Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi lama menstruasi akan merubah ritme hormonal siklus hipotalamus-pituitari-ovarium, sehingga secara tidak langsung merubah kadar sekresi hormon reproduksi. Asupan gizi diperkirakan menjadi salah satu faktor dalam pengaturan hormon reproduksi ini, demikian juga siklus tidur dan bangun pada remaja. Penelitian ini menganalisis hubungan asupan gizi makro dan durasi tidur dengan lama menstruasi pada remaja usia 16-18 tahun. 120 remaja putri dari 6 SMA Kota Magelang-Jawa Tengah berpartisipasi dalam studi cross sectional ini, dipilih menggunakan tehnik cluster random sampling. Data variabel bebas dan terikat dikumpulkan melalui tehnik wawancara menggunakan kuesioner. Analisis dengan uji korelasi untuk menganalisis hubungan antar masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat (p-value<0,05) dan regresi linear berganda untuk mengetahui besarnya hubungan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji korelasi Pearson, terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (r=0.397:p=0.000), lemak (r=0.396:p=0.000), karbohidrat (r=0.337:p=0.000), dan durasi tidur (r=0.315:p=0.000) dengan lama menstruasi, sedangkan hasil uji korelasi Spearman Rank pada asupan protein tidak signifikan (r=0.018:p=0.841). Nilai R2 = 0.252. Penting untuk mengatur asupan gizi makro dan durasi tidur agar remaja memiliki lama menstruasi yang normal.


2012 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Arena Lestari

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita, dan ibu hamil. Di Bandar Lampung Annual Malaria Incidence (AMI) 6, 9 perseribu, dan Annual Parasite Incidence (API) 0,88 perseribu. Sedangkan untuk Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sukamaju AMI 45,08 perseribu, dan API 5,2 perseribu. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sukamaju Bandar Lampung tahun 2010. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan populasi seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sukamaju Bandar Lampung tahun 2010. Sampel diseleksi dengan metode cluster random sampling yaitu berjumlah 100 responden. Dengan menggunakan uji chi square hasil uji statistik yang diperoleh p value > alpha (0,05)yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian malaria (p value = 0,967), perilaku dengan kejadian malaria (p value = 0,165), lingkungan dengan kejadian malaria (p value = 0,832).


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 81-86
Author(s):  
Merita Merita ◽  
Nurainun Hamzah ◽  
Djayusmantoko Djayusmantoko

Latar belakang: Masalah gizi yang paling sering terjadi pada remaja adalah gizi kurus dan gemuk yang disebabkan oleh persepsi body image dan kecenderungan gangguan makanTujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi citra tubuh dan kecenderungan gangguan makan dengan status gizi pada remaja putri di SMA Kota Jambi Tahun 2019.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilaksanakan di 10 SMA Kota Jambi pada bulan Maret - Mei Tahun 2019. Sampel yang digunakan sebanyak 384 remaja putri dengan tehnik cluster random sampling. Pengumpulan data mengunakan alat bantu yaitu Kuesioner BSQ-16 untuk persepsi citra tubuh, Eat-26 untuk kecenderungan gangguan makan, timbangan berat badan dan microtoice untuk pengukuran status gizi indikator IMT/U. Analisis dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat (spearman correlation test)Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal (83,1%), body image positif (64,6%), dan sebanyak (82,8%) remaja putri tidak memiliki gejala gangguan makan. Analisis korelasi menunjukkan ada hubungan persepsi citra tubuh dengan status gizi indikator IMT/U (p=0,000; r=0,443), namun tidak ada hubungan kecenderungan ganguan makan dengan status gizi indikator IMT/U (p-value 0,657).Simpulan: Dapat disimpulkan sebagian besar remaja putri memiliki body image positif dan tidak memiliki kecenderungan gangguan makan serta status gizi tergolong normal. Oleh karena itu remaja putri harus percaya diri pada kondisi tubuh sekarang agar tidak berujung gangguan makan dan menyebabkan masalah gizi


2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 59-68
Author(s):  
Yunidar Dwi Puspitasari ◽  
Tantut Susanto ◽  
Kholid Rosyidi Muhammad Nur

Abstract Background: Breast Cancer is commonly diagnosed in fertile women over the age of 35, but recently there is also possibility for adolescent to develop this disease. Prevention that can be done to detect breast cancer early is by doing Breast Self-Examination (BSE). Objective: The purpose of research was to analyze the correlation between the role of family with the knowledge and the attitude of BSE among adolescent girls in Jelbuk sub-district, Jember. Method: This research was a correlational analysis that applied cross-sectional approach conducted on 360 participants using cluster random sampling technique in Jelbuk sub-district, Jember. The data were collected by using questionnaires to measure the characteristic of the participants including sociodemographic, the role of family, and knowledge, attitude, and practice of BSE. Data analysis was done by using Spearman Rank test. Results: Of 360 participants, it was identified that the family role was good (Md=146), knowledge and attitude was also good (Md=23). The role of family was correlated with knowledge and attitude of BSE (r=0,261; p-value=<0,001). Conclusion: There are any relationships between the role of family with knowledge and BSE. Therefore, there is a need for improving of health education and promotion in the family so that, families can carry out their role better and become source of information about BSE for adolescent girls. Keywords: BSE, the role of family, reproductive health Abstrak Latar belakang: Kanker payudara yang biasa dialami perempuan usia subur di atas 35 tahun saat ini mengalami pergeseran dan mulai dialami oleh remaja. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menemukan kanker payudara secara dini adalah deteksi dini pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara peran keluarga dengan pengetahuan dan sikap SADARI pada remaja putri di Kecamatan Jelbuk Jember. Metode: Penelitian ini merupakan analitik korelasional dengan pendekatan cross-sectional dan menggunakan sampel sebanyak 360 responden yang dipilih melalui teknik cluster random sampling di Kecamatan Jelbuk Jember. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner untuk mengukur karakteristik responden yaitu sosiodemografi, peran keluarga, serta pengetahuan, sikap dan praktik SADARI. Analisis data dilakukan dengan uji Spearman Rank.  Hasil: Dari 360 responden sebagai sampel, teridentifikasi peran keluarga yang baik (Md=146) dan perilaku (keyakinan) SADARI baik (Md=23). Peran keluarga berhubungan dengan perilaku (keyakinan) SADARI (r=0,261; p-value=<0,001). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara peran keluarga dengan pengetahuan dan SADARI pada remaja putri di Kecamatan Jelbuk. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pendidikan dan promosi kesehatan pada keluarga supaya dapat menjalankan peran keluarga dengan lebih baik dan menjadi sumber informasi tentang SADARI bagi remaja putri.   Kata kunci: SADARI, peran keluarga, kesehatan reproduksi


2019 ◽  
Author(s):  
Harismayanti

Salah satu faktor yang mendominasi pemberian ASI Eksklusif yaitu manajemen laktasi yang terdiri dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), breast care, dan teknik menyusui. Untuk mengoptimalkan pemberian ASI ekslusif maka perlu dilakukan manajemen laktasi yang bertujuan agar payudara bersih sebelum menyusui dan memperlancar pengeluaran ASI. Cakupan ASI ekslusif menurut data badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2016, masih menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI Eksklusif 8%. Di Indonesia pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan berkisar 29,5% dan di Provinsi Gorontalo berkisar 12,5%. Data di Puskesmas Telaga Biru tahun 2017 pemberian ASI Eksklusif hanya berkisar 32% sedangkan target WHO 50% dan pemerintah Indonesia berkisar sebesar 80%, angka cakupan tersebut masih jauh dari target. Capaian ASI Eksklusif di Indonesia khususnya Provinsi Gorontalo juga belum mencapai angka yang diharapkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen laktasi terhadap keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Desain penelitian menggunakan kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik cluster random sampling. Populasi penelitian semua ibu yang memiliki bayi berusia 7-12 bulan sebanyak 153 orang. Sampel penelitian berjumlah 77 orang. Hasil penelitian didapatkan manajemen laktasi baik 83,1% dan kurang 16,9% dan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif berhasil 85,7% dan tidak berhasil 14,3%. Analisis hasil penelitian menggunakan uji chi square. Kesimpulan terdapat hubungan manajemen laktasi dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p value 0,000.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 199-202
Author(s):  
Irmawati Irmawati ◽  
Lidia Fitri ◽  
Afritayeni Afritayeni

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengalami peningkatan pada remaja berusia 15-19 tahun, dimana remaja laki-laki (4,5%) dan remaja perempuan (0,7%) pernah melakukan seks pranikah. Hasil penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2014, pada usia 10-19 tahun dengan populasi 43,5 juta didapatkan hasil 52% menemukan konten pornografi melalui iklan/ situs yang tidak mencurigakan dan 14% mengakses situs porno secara sukarela. Berdasarkan survei awal di SMP A Pekanbaru terhadap 10 orang pelajar didapatkan hasil 7 dari 10 mereka sudah berpacaran, sering berpegangan tangan dan berpelukan dengan lawan jenis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan media massa dan peran orangtua terhadap perilaku seksual pada remaja di SMP A Pekanbaru tahun 2017. Jenis penelitian yaitu analitik kuantitatif, dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling sebanyak 158 responden. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil adanya hubungan antara keterpaparan media massa dan perilaku seksual dengan  p value 0,000 < 0,05 dan tidak adanya hubungan antara peran orangtua dan perilaku seksual dengan p value 0,759 > 0,05. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden terpapar media massa (82,3%) dan mayoritas orangtua berperan (91,1%) serta sebagian besar responden beresiko terhadap perilaku seksual (27,8%). Sebaiknya pihak sekolah bekerjasama dengan instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan bekerjasama dengan BKKBN untuk membuat suatu program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document