Jurnal Kesehatan Reproduksi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

86
(FIVE YEARS 42)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

2354-8762, 2087-703x

2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 39-50
Author(s):  
Nurfitri - Bustamam ◽  
Cut - Fauziah ◽  
Meiskha - Bahar

Latar belakang: Prevalensi dismenore diperkirakan berkisar antara 45–95 persen dan 10–25 persen diantaranya merupakan dismenore primer berat. Dismenore dapat menimbulkan sejumlah masalah, antara lain limitasi aktivitas, penurunan prestasi akademik, dan kesulitan tidur. Saat ini, terdapat kecenderungan penggunaan herbal dan pengobatan alternatif untuk mengatasi dismenore primer. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap tingkat nyeri dismenore dan kualitas hidup mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (FKUPNVJ). Metode: Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design. Sebanyak 30 subjek yang ditentukan dengan consecutive sampling  diminta minum madu sebanyak dua sendok makan yang dimulai dari dua hari sebelum menstruasi hingga hari ketiga menstruasi. Data diambil menggunakan kuesioner, Numeric Rating Scale, Verbal Multidimensional Scoring System, dan Brief Pain Inventory. Hasil: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan madu dapat menurunkan intensitas nyeri (p = 0,000) dan grade dismenore (p = 0,001). Selain mengurangi derajat nyeri, madu dapat mengurangi lama waktu nyeri menstruasi dari 2 hari menjadi 1 hari (p = 0,001). Hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan madu dapat mengurangi gangguan dismenore terhadap aktivitas secara umum, suasana hati, kemampuan berjalan, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, tidur, dan menikmati hidup (p ≤ 0,001). Kesimpulan: madu dapat menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kualitas hidup mahasiswi FKUPNVJ dengan dismenore primer.  Kata kunci: dismenore primer, kualitas hidup, madu, mahasiswi


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 65-76
Author(s):  
Fitra Duhita ◽  
Tifa Pascariyanti Sujarwanta ◽  
Indriana Widya Puspitasari

Abstract   Background: The success in providing care to the mother during pregnancy and postpartum period is determined by the ability to provide comprehensive care. The pregnancy and postpartum comprehensive care’s needs can be seen through the measurement of quality of life. Objective: To find out the differences quality of life of between mother in late pregnancy and early puerperium, in terms of analysis of maternal characteristics and mean scores from each domain of quality of life. Method: This study uses a cross-sectional design to the 120 pregnant women and 102 postpartum mothers. The data was collected in September until November 2019, at three Puskesmas Rawat Inap in Kota Yogyakarta. The data collection tool used the Indonesian version of the WHOQOL BREF questionnaire, and analyzed with the One Way Anova test and the Manova test. Results: The results showed that the characteristics associated with quality of life were the level of education of pregnant women (to all domains of quality of life) and parity of pregnant women (to the domain of physical). The quality of life scores of postpartum mothers compared with pregnant women in all domains, consistently showed that had lower mean scores, but the difference was not statistically significant. Conclusion: The quality of life between mother in late pregnancy and early puerperium was relatively equal, with lower tendency in early puerperium mother.   Keywords: quality of life, pregnancy, childbirth   Abstrak   Latar belakang: Keberhasilan dalam memberikan asuhan kepada ibu pada periode kehamilan dan nifas ditentukan dari kemampuan memberikan asuhan pasien/klien secara komprehensif. Penilaian kebutuhan ibu hamil dan nifas terhadap asuhan yang komprehensif dapat dilihat melalui hasil pengukuran kualitas hidup. Tujuan: Mengetahui perbedaan kualitas hidup ibu hamil dan nifas, ditinjau dari analisis karakteristik ibu dan rerata skor dari masing-masing domain kualitas hidup. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah 120 ibu hamil dan 102 ibu nifas. Pengambilan data dilakukan pada bulan September hingga November 2019, pada tiga Puskesmas Rawat Inap di Kota Yogyakarta. Alat pengumpulan data menggunakan kuisioner WHOQOL BREF versi Indonesia. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan uji one way Anova dan uji Manova. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah tingkat pendidikan ibu hamil (terhadap seluruh domain kualitas hidup) dan paritas ibu hamil (terhadap domain kesehatan fisik). Rerata skor kualitas hidup pada ibu nifas dibandingkan dengan kualitas hidup ibu hamil secara konsisten pada seluruh domain menunjukkan nilai yang lebih rendah, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas   Kata kunci: kualitas hidup, hamil, nifas


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 27-37
Author(s):  
Anak Agung Istri Dalem Cinthya Riris ◽  
Ni Kadek Diah Purnamayanti

Background: Currently, the number of adolescents who have sexual intercourse is increasing and those make a higher risk of medical, psychological, and social implications. This behaviour is obviously leading to an increase the number of adolescence pregnancy. Sex education and counselling in many countries is delivered by health care professionals. In Indonesia, there are some sex education programs delivered by peer educators but their success in reducing adolescence pregnancy is unknown. Objective: The aim of this study was to analyze the effectiveness of a peer reproductive health education program in decreasing unplanned pregnancy in adolescents. Method: This integrative literature review was based on 3 databases which included Google Scholar, Pubmed and SAGE Journal. The inclusion criteria were articles published within the 2012–2018-year range, written in English, and the entire article was available and accessible. Only original articles with experimental design will be included. The quality of the selected articles was defined by using the Olsen-Baisch Scoring critical appraisal tool for integrative review. Result: Peer education builds social support and sense of belonging. The content is not only about unplanned pregnancy but also STI and HIV; responsible decision making; and body image identification. Peer educator can be the role model and have greater opportunities to counter the risk of adolescent pregnancy. Conclusion: Preventing adolescent pregnancy can save the next generation and improve adolescent health. Peer educator as part of health provider connect adolescents with their reproductive health needs. This approach would be beneficial strategy consider by health provider to protect adolescents. Keywords: adolescent, peer educator, pregnancy, sex education


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 77-87
Author(s):  
Sugiharti Sugiharti ◽  
Siti Masitoh ◽  
Suparmi Suparmi ◽  
Heny Lestary
Keyword(s):  

Latar belakang: Kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas dapat menyebabkan kematian ibu. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)  merupakan salah satu media promosi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda bahaya maternal. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui determinan minat membaca Buku KIA pada ibu hamil. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang (cross-sectional) dengan melibatkan 509 ibu hamil yang tinggal di 7 kabupaten terpilih yaitu Kota Bandar Lampung, Kota Palembang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Karawang, Kota Semarang, Kota Surabaya, dan Kota Makasar. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan menggunakan secara berturut-turut uji chi-square dan regresi logistik ganda Hasil: Ibu hamil yang berumur lebih dari 34 tahun memiliki peluang lebih tinggi dalam memiliki minat membaca Buku KIA (OR: 1,655; 95%CI: 0,988-2,773) dibandingkan dengan ibu hamil yang berumur 20-34 tahun. Ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan terkait Buku KIA oleh tenaga kesehatan memiliki peluang lebih tinggi dalam memiliki minat membaca Buku KIA  (OR: 2,807; 95%CI: 1,471-5,355) dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mendapatkan penyuluhan.   Kesimpulan: Umur ibu hamil dan penyuluhan terkait Buku KIA oleh tenaga kesehatan merupakan determinan minat membaca Buku KIA pada ibu hamil. Penyuluhan Buku KIA dengan sasaran semua usia ibu hamil sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Kata Kunci: Buku KIA, ibu hamil, dukungan tenaga kesehatan.


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 51-63
Author(s):  
Mitra Mitra ◽  
Novita Yanti ◽  
Nurlisis Nurlisis ◽  
Oktavia Dewi ◽  
Hastuti Marllina

Abstract   Background: There was an increase of anemia in pregnant women and maternal death due to obstetric hemorrhage with hemoglobin (Hb) levels during pregnancy <10 gr/dl in Indragiri Hilir District, Riau Province. Objective: This study aimed to analyze the association between standard of antenatal care (ANC) and socio-cultural factors and the risk of anemia during pregnancy. Methods: A cross-sectional design was used in this study. This study included 172 pregnant women in the 2nd and 3rd trimesters from the Sungai Piring Public Health Center's working area. Data of Hb level of pregnant women was obtained from the maternal register and the MCH book. Data on the quantity of ANC, socio-cultural, adherence to iron-folic acid tablet consumption, and characteristics of pregnant women were collected through questionnaire interviews. Bivariate and multivariate analyses were conducted by using chi-square test and multiple logistic regressions respectively. Results: As many as 71.5% of pregnant women experienced anemia. Anemia in pregnant women was significantly associated with standard of ANC quantity, sociocultural status, and economic status (p<0.05). Inadequate ANC, poor socio-cultural, and low economic status increased the risk of anemia in pregnant women by 6.6 times, 11.4 times, and 3 times respectively. Conclusion: Standard of ANC quantity, socio-cultural, and economic status were dominant factors for anemia in pregnancy. Home visits or counseling through messaging applications can be carried out by health workers for pregnant mothers who do not attend ANC visits.   Keywords: Anemia, antenatal care, pregnancy, socio-culture   Abstrak   Latar belakang: Terjadi peningkatan kasus anemia ibu hamil dan adanya kasus kematian ibu akibat perdarahan dengan kadar haemoglobin (Hb) darah saat hamil di bawah 10gr/dl di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tujuan: Menganalisis hubungan antara standar antenatal care (ANC) dan sosial budaya dengan risiko anemia pada kehamilan. Metode: Studi ini menggunakan desain cross sectional. Sampel studi yaitu 172 ibu hamil trimester dua dan tiga di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring. Data kadar hemoglobin (Hb) darah ibu hamil diperoleh dari register ibu dan Buku KIA. Data kuantitas ANC, sosial budaya, kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, dan karakteristik ibu hamil dikumpulkan melalui wawancara kuesioner. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil: Sebanyak 71,5% ibu hamil mengalamani anemia. Kuantitas ANC, sosial budaya, dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan anemia pada ibu hamil (p<0,05). Ibu hamil dengan kuantitas ANC tidak sesuai standar, sosial budaya tidak baik, dan status ekonomi rendah berpeluang berturut-turut sebesar 6,6 kali, 11,4 kali, dan 3 kali untuk mengalami anemia. Kesimpulan: Standar kuantitas ANC, sosial budaya, dan status ekonomi merupakan variabel yang dominan terhadap anemia pada kehamilan. Kunjungan rumah atau konseling melalui aplikasi perpesanan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bagi ibu yang tidak melakukan ANC.   Kata kunci: Anemia, antenatal care, kehamilan, sosial budaya


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 89-101
Author(s):  
Luxi Riajuni Pasaribu ◽  
Lely Indrawati

Abstract   Background: Births assisted by skilled health personnel in health facilities is the prevention of maternal mortality. Wakatobi District has a low coverage of birth attendance by skilled health personnel, and the community has a powerful culture in all aspects of life, including visiting traditional birth attendants known as Bhisa/Sando in caring for women from pregnant to childbirth. Objective: To identify the cultural and structural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives in maternal and child health services (MCH). Methods: This study used an operational research design with a qualitative approach. A total of 68 informants were involved in focus group discussions, in-depth interviews, and participatory observations. Thematic analysis was used in processing all information. Results: Cultural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives were hereditary traditions and a powerful belief in Bhisa/Shando's ability to take care for pregnant women, labor women, postpartum women, and newborns. Meanwhile, structural determinants included inadequate facilities and health personnel for MCH services and suboptimal supports from related parties. These results may cause the partnership between Bhisa/Shando and midwives will not be optimal. Conclusion: Cultural and structural factors have a strong influence in realizing the partnership between Bhisa/Sando and midwives. The involvement of Bhisa/Sando in MCH services conducted by midwives, adequate MCH service infrastructure, and support from community leaders, cadres, and related agencies is essential to be carried out to improve Bhisa/Sando's partnership with midwives in improving MCH services.   Keywords: Bhisa/Shando, partnership of midwives and traditional birth attendants, maternal and child health   Abstrak   Latar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk mencegah kematian ibu. Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah, dan masyarakatnya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin. Tujuan: Mengidentifikasi determinan kultural dan struktural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Metode: Studi ini menggunakan desain riset operasional dengan pendekatan kualitatif. Total 68 informan terlibat dalam diskusi grup terarah, wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Analisis tematik digunakan dalam mengolah seluruh informasi. Hasil: Determinan kultural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yaitu tradisi turun temurun dan kepercayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sedangkan determinan struktural meliputi fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan belum optimal. Kesimpulan: faktor kulturan dan struktural berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara Bhisa/Sando dengan bidan. Keterlibatan Bhisa/Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan, infrastruktur pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instansi terkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan Bhisa/Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA. Kesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas   Kata kunci: Bhisa/Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Narila Mutia Nasir ◽  
Raihana Nadra Alkaff ◽  
Dela Aristi ◽  
Jihan Fadilah Faiz

Abstract   Latar Belakang: Vaksin COVID-19 sangat penting dalam upaya mengurangi penyebaran penularan. Namun, penolakan terhadap vaksin yang terjadi mungkin disebabkan oleh beredarnya misinformasi tentang vaksin COVID-19 melalui media sosial. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji paparan misinformasi vaksin COVID-19 dan faktor-faktor yang terkait serta mengidentifikasi hubungan antara paparan misinformasi vaksin COVID-19 dengan keinginan untuk divaksinasi. Metode: Studi potong lintang dilakukan pada orang berusia 18-34 tahun di Kota Tangerang Selatan. Dengan menggunakan metode convenience sampling, kami merekrut 227 responden yang mengisi kuesioner secara online melalui google form. Data dianalisis menggunakan uji chi-square, uji Fisher, dan regresi logistik. Hasil: Responden yang tidak memiliki kuota internet cenderung 2,197 kali untuk terpapar misinformasi. Responden yang temannya tidak peduli jika mereka menyebarkan misinformasi memiliki kemungkinan 2.1 kali lebih besar untuk mendapatkan misinformasi. Responden yang memiliki teman yang menyebarkan misinformasi cenderung 1,9 kali lebih besar untuk terpapar misinformasi. Studi ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara paparan misinformasi COVID-19 dan kesediaan untuk divaksinasi. Kesimpulan: Pengaruh teman sebaya terkait paparan misinformasi vaksin COVID-19 sangat penting. Pengembangan model pendidik sebaya sangat penting untuk mendorong kontribusi kaum muda dalam mengakhiri pandemi.   Kata kunci: Misinformasi, Vaksin COVID-19, kaum muda, Teman Sebaya, Indonesia   Abstrak   Background: COVID-19 vaccine is important to reduce the spread of transmission. However, the objection occurred might be caused by the circulation of misinformation of COVID-19 vaccine through social media. Objective: This study aimed to assess the misinformation exposure of COVID-19 vaccine and its related factors and to identify the association between misinformation exposure of COVID-19 vaccine and the willingness to be vaccinated. Method: A cross-sectional study was conducted on people age 18-34 years in Tangerang Selatan City. Using convenience sampling, we recruited 227 respondents who filled an online questionnaire through a google form. Data were analyzed using the chi-square test, fisher’s exact test, and logistic regression. Result: Respondents who did not have sufficient internet balance were 2.197 more likely to have misinformation exposure. Respondents whose friends were ignorant if they spread misinformation were 2.1 times more likely to get misinformation. Respondents whose friends disseminated misinformation were 1.9 times more likely to get exposed to misinformation of the COVID-19. This study found no significant relationship between misinformation exposure of COVID-19 vaccine and willingness to be vaccinated. Conclusion: Peer influence regarding exposure to COVID-19 vaccine misinformation is very important. Developing a peer educator model is prominent to encourage the role of young people to end the pandemic.   Keywords: Misinformation, COVID-19 Vaccine, Young People, Peer, Indonesia


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 15-25
Author(s):  
Kharisma Olivia Anugrah Cahyani ◽  
Farid Agushybana ◽  
Raden Djoko Nugroho

Latar belakang: Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Remaja yang tinggal di panti asuhan merupakan remaja yang rawan mengalami gangguan dan masalah kesehatan reproduksi karena mereka tidak tinggal dengan orang tuanya. Tujuan: Menganalisis hubungan pola komunikasi orang tua dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) pada remaja yang tinggal di panti asuhan di Kabupaten Klaten tahun 2020. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan survei. Adapun penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study dengan hipotesis adanya hubungan pola komunikasi orang tua dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Responden berjumlah sebanyak 40 orang remaja panti asuhan berusia 12–16 tahun. Variabel yang diuji adalah pola komunikasi, media informasi, kebiasaan bersosialisasi, dukungan orang terdekat, pengetahuan, dan sikap. Instrumen penelitian menggunakan angket dengan jenis uji univariat dan bivariat. Hasil: Analisis statistik menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan dukungan orang terdekat (p=0,859) dan pola komunikasi (p=0,140) dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) responden. Terdapat hubungan media informasi (p=0,007) dan kebiasaan bersosialisasi (p=0,032) dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) responden. Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap responden remaja mengenai kesehatan reproduksi adalah media untuk mendapatkan informasi dan kebiasaan bersosialisasi. Kata kunci: komunikasi orangtua, remaja, panti asuhan, kesehatan reproduksi, Klaten


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 163-177
Author(s):  
Aditianti Aditianti ◽  
Sri Poedji Hastoety Djaiman

Abstract Background: The prevalence of low birth weight (LBW) in Indonesia shows a decrease, but the risk factor for anemia in pregnant women has increased sharply and this has an impact on increasing the prevalence of LBW. Objective: This study aimed to determine the risk of anemia in pregnant women to the prevalence of LBW in several countries. Methods: This study was a meta-analysis using PRISMA. Eleven of the 122,000 studies met criteria for the analysis. Presentation of the data used a forest plot with a random effect statistical model. Results: The combined odds ratio (OR) showed that the effect of anemia in pregnant women on LBW was 1.49 times higher than that of non-anemia mothers (95% CI: 1.26-4.60; p <0.001). The variance was 53,7%. The results of the funnel plots from 11 studies were not evenly distributed so that the information obtained was homogeneous, focusing more on the middle value. Conclusion: There was an effect of anemia in pregnant women with the prevalence of LBW. Detection of anemia in pregnant women needs to be done as early as possible by involving the role of health workers and cadres. Outreach activities for young women at schools and Posyandu must be carried out regularly and continuously.   Keywords: Anemia, LBW, Pregnancy     Abstrak Latar belakang: Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR ) di Indonesia menunjukkan penurunan namun faktor risiko anemia pada ibu hamil meningkat tajam dan hal ini berdampak pada peningkatan kejadian BBLR. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko ibu hamil anemia terhadap kejadian BBLR di beberapa negara. Metode: Studi ini merupakan meta analisis menggunakan PRISMA. Sebelas dari 122.000 studi masuk dalam kriteria untuk dianalisis. Penyajian data menggunakan forest plot dengan model statistik random effect. Hasil: Besar odds ratio (OR) gabungan menunjukkan bahwa pengaruh ibu hamil anemia terhadap BBLR 1,49 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak anemia (95%CI: 1,26-4,60; p<0,001). Besarnya varian 53,7 persen. Hasil funnel plot dari 11 studi ini tidak tersebar secara merata sehingga informasi yang diperoleh homogen, lebih fokus pada nilai tengah. Kesimpulan: Terdapat pengaruh anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Deteksi anemia pada ibu hamil perlu dilakukan sedini mungkin dengan melibatkan peran tenaga keseharan dan kader. Penyuluhan bagi remaja putri di sekolah dan posyandu harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan   Kata kunci: Anemia, BBLR, Kehamilan


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 191-202
Author(s):  
Olwin Nainggolan ◽  
Felly Philipus Senewe

Abstract Background:Internet access penetration in Indonesia is growing, all information can be obtained very easily, including how the child's immune system can be obtained against diseases that can be prevented by immunization. However, the internet can also have a bad impact, because it is very easy to use to spread false news or hoaxes. Objective: An analysis will be conducted to find the relationship between internet access in the family and the status of completeness of basic immunization for children under two years Method: The study will use data from the Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) conducted in 2017. The unit of analysis is children under two years. The analysis of the relationship between internet access in the family and the completeness status of basic immunization for children under two years used logistic regression analysis with a complex sample mode. Result: The analysis shows that families in Indonesia who have internet access based on the 2017 IDHS data are 46.0 percent, and children under two years with complete basic immunization status is 65.3 percent. It can be seen that there is a relationship between internet access and the completeness status of basic immunization for children with OR 1.37 (1.14-1.66). Conclusion: The internet is like a double-edged sword, one side can be used to find various information that is beneficial to health, but can also be used to spread false information. Therefore it is important to educate all Indonesians to use internet access positively.   Keywords: immunization, vaccine, IDHS, Indonesia. Abstrak Latar belakang: Penetrasi akses internet di Indonesia semakin berkembang, semua informasi dapat diperoleh dengan sangat mudah, termasuk bagaimana diperolehnya kekebalan tubuh anak terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.  Akan tetapi, internet juga bisa memberikan dampak yang tidak baik karena sangat mudah dimanfaatkan untuk menyebarkan berita yang tidak benar atau hoax.  Tujuan: Akan dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara akses internet dalam keluarga terhadap status kelengkapan imunisasi dasar anak bawah dua tahun. Metode: Penelitian akan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan tahun 2017. Unit analisis adalah anak bawah dua tahun (baduta).  Analisis hubungan antara akses internet dalam keluarga dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak bawah dua tahun menggunakan analisis regresi logistik dengan mode kompleks sampel.  Hasil: Analisis memperlihatkan bahwa keluarga di Indonesia yang memiliki akses internet berdasarkan data SDKI 2017 adalah sebesar 46,0 persen, dan baduta dengan status imunisasi dasar lengkap adalah sebesar 65,3 persen. Terlihat adanya hubungan antara akses internet dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak dengan OR 1,37 (1,14-1,66). Kesimpulan: Internet bagai pedang bermata dua, satu sisi dapat digunakan untuk mencari berbagai informasi yang bermanfaat bagi kesehatan, akan tetapi bisa juga dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak benar. Oleh sebab itu, edukasi penting bagi seluruh penduduk Indonesia untuk menggunakan akses internet dengan positif. Kata kunci: imunisasi, vaksin, internet, SDKI, Indonesia


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document