Peranan Psychological Well-Being Dan Religiusitas Perempuan Primigravida Dalam Tradisi Pengasingan Nuhune

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Foty Isabela Otemusu ◽  
Susana Prapunoto ◽  
Agustinus Ignatius Kristijanto

Nuhune adalah tradisi pengasingan bagi perempuan yang memasuki usia kehamilan sembilan bulan di suku Nuaulu, Pulau Seram, Maluku Tengah. Bagi perempuan primigravida, Nuhune merupakan pengalaman pertama dan menimbulkan reaksi psikologis yang berbeda dengan perempuan di daerah lainnya. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji peranan Psychological Well-Being dan Religiusitas primigravida agar ditemukan model pendekatan psikologis yang tepat dalam pelestarian tradisi ini. Penelitian kuantitatif analisis sidik ragam dua arah faktorial dilakukan terhadap 15 orang perempuan primigravida Nuaulu di Bunara, Pulau Seram. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi Psychological Well-Being dan Religiusitas dengan r = -0,590 serta rataan interaksi berkisar antara 427 sampai 1.082. Terdapat hubungan negatif yang kuat serta interaksi antara Psychological Well-Being dan Religiusitas pada primigravida di Bunara. Primigravida di Bunara tetap memiliki religiusitas yang baik dalam segala kondisi. Saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah pembentukan model resiliensi dengan pendekatan psikologi kearifan lokal yang sesuai dengan kondisi subyek kajian dan konstribusi keilmuan. Saran praktis bagi subyek kajian dan pemerintah daerah diberikan untuk menjaga kualitas Sumber Daya Manusia dan pelestarian budaya.Kata kunci: Nuhune; Primigravida; Psychological Well-Being; Religiusitas

Author(s):  
Cynthia Cynthia ◽  
Fifanny Riadi ◽  
Francesca Francesca ◽  
Martatilar Ivosari ◽  
Winida Marpaung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara gratitude dengan psychological well-being pada orangtua dari anak penyandang Talasemia di POPTI Bandung. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara gratitude dengan psychological well-being pada orangtua dari anak penyandang Talasemia di POPTI Bandung. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 243 orangtua dari anak penyandang Talasemia di POPTI Bandung menggunakan teknik purposive sampling. Uji asumsi yang digunakan terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan positif antara gratitude dengan psychological well-being pada orangtua dari anak penyandang Talasemia di POPTI Bandung dengan koefisien korelasi Pearson Product Moment sebesar r= 0,688 dengan sig. 0,000 (p


2021 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 886
Author(s):  
Kennia Pradna Adiesia ◽  
Lisda Sofia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran celebrity worship dan psychological well being pada wanita dewasa awal penggemar Korean Pop di Kota Samarinda. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi, serta penentuan responden melalui screening menggunakan celebrity attitude scale (CAS). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa keempat subjek memenuhi unsur keterikatan emosi dalam tingkat celebrity worship intense personal feeling namun tidak menunjukkan pemikiran obsesif dan perilaku neurotik yang dapat menghambat keseharian masing-masing subjek. Perilaku celebrity worship dari keempat subjek sebagai penggemar Kpop memunculkan beberapa aspek psychological well being yang dapat tergambar secara optimal. Tergambarnya aspek-aspek psychological well being ini dipengaruhi dari faktor keterampilan sosial dan kepribadian ketika menjadi penggemar Kpop. This study was aimed to know how is the celebrity worship and psychological well-being of an early adulthood Korean Pop fangirl in Samarinda City. This study is a phenomenology qualitative study. The data collection methodology used were interview, observation, documentation and also used screening to choose  the respondents by using celebrity attitude scale (CAS). The sampling technique was used purposive sampling. The subjects in this study were four subjects. The results of the study that are obtained showed that the four of subject fulfilled emotional attachment elements of celebrity worship intense personal feeling level, but did not showed obsessive thinking and neurotic behavior that hampered each subjects daily life. The celebrity worship behavior of the four subjects as Kpop fans raised several aspects of psychological well being that can be described optimally. The description of psychological well being aspects is influenced by social skills and personality factors when the subjects becoming a Kpop fans.


2019 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 200-212
Author(s):  
Pratiwi Isti Anggarwati ◽  
Winny Puspasari Thamrin

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan work family conflict dan psychological well being pada ibu bekerja. Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang ibu yang bekerja pada perusahaan swasta di Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metode kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala psychological well-being yang diadaptasi modifikasi dari Juita (2017) dan skala work family conflict yang diadaptasi dari Thamrin (2018). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Uji hipotesis menggunakan uji korelasi product pearson. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif work family conflict dan psychological well-being pada ibu bekerja. Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat work family conflict individu maka semakin rendah tingkat psychological well-being, sehingga hipotesis pada penelitian ini diterima.


2016 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
Author(s):  
Nandini Sanyal ◽  
Tina Fernandes ◽  
Nimra Vizarath

The objective of the present study is to observe whether there is a difference between boys and girls engaged in Instrumental Aggression Sports and those engaged in Hostile Aggression Sports with respect to anger, emotional expressivity and psychological well-being and to observe whether there is a relationship between these variables. A non-probability purposive sampling method was used to select a sample of 160 sports players, among whom 80 (40 boys and 40 girls) were engaged in instrumental aggression sports and 80 (40 boys and 40 girls) were engaged in hostile aggression sports. The Multidimensional Anger Inventory (Siegel, 1986), Berkeley Expressivity Questionnaire (Gross, & John, 1998) and Psychological Well Being Scale (Ryff& Keyes, 1995) were administered to the participants. The results showed significant gender differences with respect to the dimension of anger arousal (p<0.05). However, no significant differences were found between the sport players engaged in instrumental aggression and those engaged in hostile aggression with respect to anger, emotional expressivity, and psychological well-being. The results also reveal that anger was positively correlated with emotional expressivity and negatively correlated with psychological well-being in both the groups (p<0.05). Additionally, emotional expressivity was negatively correlated with psychological well-being in sports players engaged in instrumental aggression sports and hostile aggression sports (p<0.05). The present study brings to light the toxic effects of anger and how we can learn to process emotions to augment effective functioning and psychological well-being.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Andreas Rantepadang ◽  
Ariel Ben Gery

Loneliness dapat terjadi pada siapa saja, terlebih pada usia dewasa mudah, termasuk mahasiswa yang memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Psychological well-being yang baik dapat terhindar dari perasaan loneliness. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubugan psychological well-being dengan loneliness pada mahasiswa rantau. Desain penelitian yang digunakan yaitu diskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. 188 responden terpilih melalui purposive sampling dengan rentang waktu Februari sampai Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata psychological well-being mahasiswa berada pada 3.55 dengan kategori tinggi dan lonliness 2.22 kategori rendah, sedangkan pada uji statistik pearson correlation menunjukkan ada hubungan antara dua variabel yaitu variabel psychological well-being dengan loneliness p value .000<0.05 dengan nilai korelasi -0.474 termasuk pada kategori sedang dengan arah negarif. Rekomendasi kepada mahasiswa maupun orang tua agar terhindar dari muculnya perasaan loneliness perlu meningkatkan psychological well- being seperti relasi positif dengan orang lain dan bagi penelitian selanjutnya untuk menganlisa pengaruh psychological well-being terhadap loneliness. Keywords: loneliness, psychological, studen, well being Loneliness dapat terjadi pada siapa saja, terlebih pada usia dewasa muda, termasuk mahasiswa yang memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Psychological well-being yang baik dapat terhindar dari perasaan loneliness. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan psychological well-being dengan loneliness pada mahasiswa rantau. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. 188 responden terpilih melalui purposive sampling dalam rentang waktu Februari sampai Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata psychological well-being mahasiswa berada pada 3.55 dengan kategori tinggi dan loneliness 2.22 kategori rendah, sedangkan pada uji statistik pearson correlation menunjukkan ada hubungan antara psychological well-being dengan loneliness p value .000<0.05 nilai korelasi -0.474 termasuk pada keeratan hubungan sedang dengan arah negatif. Rekomendasi kepada mahasiswa maupun orang tua agar terhindar dari perasaan loneliness perlu meningkatkan psychological well- being seperti relasi positif dengan orang lain dan bagi penelitian selanjutnya untuk menganalisa pengaruh psychological well-being terhadap loneliness. Kata Kunci: loneliness, mahasiswa, psychological, well being


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 28
Author(s):  
Frisca Putri D.W.S

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan psychological well-being wanita dewasa lajang. Sehingga terdapat 3 hal yang akan diteliti, antara lain yaitu: 1) gambaran psychological well-being wanita dewasa lajang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari; 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being wanita dewasa lajang; 3) Upaya wanita dewasa lajang dalam meraih psychological well-being. Subyek dalam penelitian ini terdiri atas tiga wanita dewasa lajang (belum pernah menikah). Sampel pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling dan memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) wanita dewasa lajang (belum pernah menikah); 2) Termasuk dalam empat kriteria wanita lajang menurut Stein (Voluntary temporary singles, Voluntary stable singles, Involuntary temporary singles, dan Involuntary stable singles); 3) Termasuk dalam kelompok masa dewasa awal (usia 18-40 tahun), masa dewasa madya (usia 40-60), dan masa dewasa akhir (60-meninggal); 4) Berdomisili di kota Samarinda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa wanita dewasa lajang dapat menjalani kehidupan yang sama selayaknya wanita yang sudah menikah. Penelitian ini membuktikan bahwa wanita dewasa lajang mampu mencapai psychological well-being.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 61-67
Author(s):  
Mettatirtha Angela ◽  
Felicia Felicia ◽  
Febriyani Cipta

Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis dan mengetahui hubungan antara forgiveness dengan psychological well-being pada korban kekerasan dalam rumah tangga. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara forgiveness dengan psychological well-being pada korban kekerasan dalam rumah tangga. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 orang wanita korban kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan skala forgiveness dengan 36 butir aitem dan skala psychological well-being dengan 35 butir aitem. Uji normalitas serta uji linearitas merupakan uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisa data menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara forgiveness dan psychological well-being pada korban kekerasan dalam rumah tangga dengan nilai korelasi pearson sebesar r = 0.524 dan signifikansi p = 0.000 (p


Proyeksi ◽  
2019 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 162
Author(s):  
Robik Anwar Dani ◽  
Marcella Mariska Aryono

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara psychological well being dengan loneliness pada lansia yang memilih hidup melajang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah lansia laki-laki yang berusia di atas 50 tahun yang memilih untuk hidup melajang dan berada di wilayah Jawa Timur. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling technique, dengan kriteriasebagai berikut: lansia laki-laki berusia lebih dari 45 tahun (middle age) yang melajang dengan alasan hidup selibat dengan Tuhan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan the Ryff scale of psychological well-being dan UCLA loneliness scale. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang negatif signifikan antara psychological well being dengan loneliness pada lansia yang memilih melajang.


2020 ◽  
Vol 1 (02) ◽  
pp. 48-55
Author(s):  
Rahmaniar Rizky

Psychological well-being merupakan keadaan dimana individu dapat menyeimbangkan potensi dalam dirinya secara optimal. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan psychological well-being sebelum dan sesudah diberikan cinema-education sebagai upaya preventif menghadapi aging population di Desa Mangkujayan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu one-group pretest-post test design. Teknik pengambilan sampel dari penilitian ini yaitu purposive sampling, dimana sampel yang terpilih berdasarkan pertimbangan dari penelitian ini. Pengambilan sampel ini dengan tujuan agar tidak adanya pemilihan sampel pada subyek berdasarkan hal-hal diluar kebutuhan data dari penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner, yang merupakan instrument pengumpulan data yang berisikan pernyataan atau pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, yang selanjutnya diisi langsung oleh responden. Teknik analisis data dengan menggunakan Uji  Wilcoxon melalui aplikasi SPSS 16. Hasil melalui Uji Wilcoxon menunjukkan signifikan <0.05 yaitu 0.005 dan dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima sehingga layanan cinema education dapat meningkatkan psychological well-being sebagai upaya preventif menghadapi aging population di Desa Mangkujayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo tahun 2020.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Windi Astuti ◽  
Anggia Kargenti Evanurul Marettih

This study aimed to determine the corelation between forgiveness to psychological well-being in teenagers whose living in orphanages. Subject were obtained 172 adolescents who live in three orphanages in Pekanbaru by using purposive sampling technique that is 172. The Data were collected by using Psychological Well-being scale (Ryff) with reliability coefficient (0,885) and Thompson Heartland Forgiveness Scale (HFS) with reliability coefficient (0,839). The data analysis showed that there is a significant corelation between forgiveness and psychological well-being in teenagers whose living in the orphanages, with R= 0,790, and p = 0,000 (p≤0,05). When teenagers willing to forgive themselves, the situation and others people, it will make the teenagers able to establish a good relationships and able to give meaning for their experienced during life in orphanage which is corelate in perceiving psychological well-being. The low level of forgiveness is corelate with high psychological well-being. To improve the level of psychological well-being, teenegers must have to continue improving his or her own forgiveness, whether for forgiveness of self, others, or the situation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document