scholarly journals PENGARUH PEMBERIAN KOPI TERHADAP WAKTU PERDARAHAN (BLEEDING TIME) PADA MENCIT (Mus musculus)

2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ahmad Muhtar ◽  
Elly Usman ◽  
Rauza Sukma Rita

Salah satu efek kopi yang masih menjadi kontroversi adalah pengaruh terhadap penurunan agregasi trombosit dengan cara meningkatkan jumlah cAMP trombosit. Tujuan penelitian ini adalah menentukan potensi kopi dalam menghambat agregasi trombosit melalui pengamatan waktu perdarahan. Penelitian Randomized Pre Test-Post Test Control Group Design ini dilakukan pada 35 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi lima kelompok. Perlakuan diberikan pada hari ke-9 sampai hari ke-22 ,yaitu kelompok P1 (kontrol negatif), kelompok P2 (kopi dosis14 mg/20 g BB), kelompok P3 (kopi dosis kopi 28 mg/20 g BB), kelompok P4 (kopi dosis kopi 70 mg/20 g BB), dan kelompok P5 (kopi 140 mg/20 g BB). Pengukuran waktu perdarahan metode tail bleeding pada hari ke-8 dan ke-23. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan One-Way Anova. Hasil penelitian dengan uji berpasangan menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan rerata waktu perdarahan yang bermakna pada kelompok P1 (0,095) dan P2 (p=0,143), sedangkan kelompok P3, P4, dan P5 menunjukkan perubahan rerata waktu perdarahan yang bermakna denganmasing-masing nilai signifikansi 0,002, 0,000, dan 0,010. Hasil uji One-Way Anova setelah perlakuan dan Post-Hoc menunjukkan hanya terdapat perbedaan bermakna antara kelompok P1 dengan kelompok P2, P3, P4, dan P5 (p<0,05), sedangkan antar kelompok yang diberi kopi yaitu P2, P3, P4, dan P5, tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ahmad Muhtar ◽  
Elly Usman ◽  
Rauza Sukma Rita

Salah satu efek kopi yang masih menjadi kontroversi adalah pengaruh terhadap penurunan agregasi trombosit dengan cara meningkatkan jumlah cAMP trombosit. Tujuan penelitian ini adalah menentukan potensi kopi dalam menghambat agregasi trombosit melalui pengamatan waktu perdarahan. Penelitian Randomized Pre Test-Post Test Control Group Design ini dilakukan pada 35 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi lima kelompok. Perlakuan diberikan pada hari ke-9 sampai hari ke-22 ,yaitu kelompok P1 (kontrol negatif), kelompok P2 (kopi dosis14 mg/20 g BB), kelompok P3 (kopi dosis kopi 28 mg/20 g BB), kelompok P4 (kopi dosis kopi 70 mg/20 g BB), dan kelompok P5 (kopi 140 mg/20 g BB). Pengukuran waktu perdarahan metode tail bleeding pada hari ke-8 dan ke-23. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan One-Way Anova. Hasil penelitian dengan uji berpasangan menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan rerata waktu perdarahan yang bermakna pada kelompok P1 (0,095) dan P2 (p=0,143), sedangkan kelompok P3, P4, dan P5 menunjukkan perubahan rerata waktu perdarahan yang bermakna denganmasing-masing nilai signifikansi 0,002, 0,000, dan 0,010. Hasil uji One-Way Anova setelah perlakuan dan Post-Hoc menunjukkan hanya terdapat perbedaan bermakna antara kelompok P1 dengan kelompok P2, P3, P4, dan P5 (p<0,05), sedangkan antar kelompok yang diberi kopi yaitu P2, P3, P4, dan P5, tidak terdapat perbedaan yang bermakna.


2016 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Anita Fitri Puspasari ◽  
Sulistyo Mulyo Agustini ◽  
Anung Putri Illahika

ABSTRAK Hiperlipidemia merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Hal tersebut dapat diketahui dengan hasil profil lipid. Saat ini, pencegahan hiperlipidemia dapat dilakukan dengan cara alami yang disebut fitofarmaka. Salah satunya yaitu ekstrak daun kersen mengandung flavonoid, saponin, dan tannin yang dapat memperbaiki profil lipid dalam darah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adakah pengaruh ekstrak daun kersen (Muntinga calabura l.) terhadap perbaikan kadar profil lipid mencit hyperlipidemia. Metode penelitian adalah True experimental dengan post test only control group design dengan kontrol negatif, kontrol positif, 3 perlakuan yang diinduksi minyak jelantah sebagai hiperlipidemia dan ekstrak daun kersen untuk perbaikan profil lipid dosis 1.5,3,6 (mg/200gBB/hari). Data dianalisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA, uji post hoc, uji regresi yang pengolahannya menggunakan SPSS 19.Hasil Uji One Way Anova pada variabel p=0,000 (p<0,05) terdapat perbedaan signifikan. Hasil uji post hoc didapatkan perbedaan bermakna (p<0,05) antar kelompok. Pada Uji regresi linier didapatkan dosis terbaik pada dosis 6 (mg/200gBB/hari) dengan presentaseperbaikan kolesterol total 65%, TG 79%, LDL 79%, dan HDL 75%. Flavonoid menghambat sintesis kolesterol dengan menghambat HMG-KoA reduktase. Saponin dan Tannin bekerja dengan menghambat penyerapan kolesterol dan trigliserida di usus. Kesimpulannya adalah ekstrak daun kersen berpengaruh terhadap perbaikan kadar profil lipid mencit putih hiperlipidemiaKata kunci : Hiperlipidemia, ekstrak daun kersen


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 28-37
Author(s):  
Ayu Ulfiah ◽  
Arina F Arifin ◽  
Rezky Pratiwi ◽  
Sri Wahyuni Gayatri ◽  
Nesyana Nurmadilla

Latar Belakang: Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak dan berfungsi sebagai prekursor untuk hormon steroid dan garam empedu serta merupakan komponen yang menstabilkan membran plasma. Kolesterol merupakan lemak yang penting, namun jika berlebihan dalam darah dapat membahayakan kesehatan. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner dan stroke menjadi perhatian karena kematian akibat kedua penyakit ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23.3 juta pada tahun 2030. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera) dalam menurunkan kadar kolesterol darah pada hewan coba mencit (Mus musculus). Metode: Metode penelitian ini adalah pre and post test control group design. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok 1 pemberian aquades sebagai kontrol negatif, kelompok 2 ekstrak daun kelor dosis 20.8 mg/kgBB, kelompok 3 ekstrak daun kelor dosis 41.6 mg/kgBB, dan kelompok 4 pemberian simvastatin sebagai kontrol positif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 sampel mencit yang dibagi menjadi 4 kelompok. Hasil: Didapatkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi aquades tidak mengalami penurunan kolesterol (p>0.05) sedangkan ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB mengalami penurunan kolesterol sebesar 15.83 mg/dl (p<0.05), ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/kgBB mengalami penurunan kadar kolesterol sebesar 17.83 mg/dl (p<0.05), dan  kelompok kontrol positif yang diberi suspensi simvastatin mengalami penurunan kadar kolesterol sebesar 19.67 mg/dl (p<0.05). Berdasarkan uji anova didapatkan p<0.05, uji post hoc test (LSD) didapatkan simvastatin terhadap dosis 20,8 mg/KgBB dengan p<0.05, simvastatin terhadap dosis 41.6 mg/KgBB dengan p>0.05. Kesimpulan: Pada masing-masing kelompok mencit hiperkolesterolemik yang dilakukan pemberian ekstrak daun kelor dengan dosis yang berbeda didapatkan pengaruh aquades dalam menurunkan kadar kolestrol darah pada hewan coba mencit (Mus musculus) tidak seefektif dengan pemberian simvastatin.


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 478
Author(s):  
Alles Firmansyah ◽  
Zelly Dia Rofinda ◽  
Erkadius Erkadius

Asap rokok diketahui meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS). ROS dapat merusak pembuluh darah dan mengubah reaktivitas trombosit sehingga mengganggu sistem hemostasis. Vitamin C sebagai antioksidan esensial bagi tubuh terbukti dapat mengurangi kerusakan oksidatif akibat ROS. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan potensi vitamin C dalam menghambat gangguan hemostasis melalui pengamatan waktu perdarahan mencit yang dipapar asap rokok. Penelitian Randomized Pre Test-Post Test Control Group Design ini dilakukan pada 21 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Pemberian perlakuan pada hari ke-1 hingga ke-14, yaitu P1 (kontrol negatif), P2 (paparan asap rokok 10 menit perhari), dan P3 (vitamin C 0,4 mg/gBB/hari + paparan asap rokok 10 menit perhari). Pengukuran waktu perdarahan metode tail bleeding pada hari ke-0 dan ke-15. Analisis data menggunakan uji t-paired, one-way Anova, dan post-hoc LSD. Hasil penelitian menunjukkan rerata waktu perdarahan P1 mengalami perubahan yang tidak bermakna dari 60,16 ± 3,27 menjadi 57,61 ± 4,88 detik. P2 mengalami perubahan yang bermakna dari 59,34 ± 6,93 menjadi 38,85 ± 3,43 detik. P3 mengalami perubahan yang bermaknadari 59,36 ± 3,07 menjadi 51.85 ± 3,45 detik. Terdapat perbedaan rerata waktu perdarahan setelah perlakuan yang bermakna signifikan (p = 0,000) antara P2 dengan P3. Penelitian ini berhasil membuktikan potensi vitamin C dalam mencegah pemendekan waktu perdarahan lebih lanjut sebagai indikator gangguan hemostasis akibat paparan asap rokok.


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 478
Author(s):  
Alles Firmansyah ◽  
Zelly Dia Rofinda ◽  
Erkadius Erkadius

Asap rokok diketahui meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS). ROS dapat merusak pembuluh darah dan mengubah reaktivitas trombosit sehingga mengganggu sistem hemostasis. Vitamin C sebagai antioksidan esensial bagi tubuh terbukti dapat mengurangi kerusakan oksidatif akibat ROS. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan potensi vitamin C dalam menghambat gangguan hemostasis melalui pengamatan waktu perdarahan mencit yang dipapar asap rokok. Penelitian Randomized Pre Test-Post Test Control Group Design ini dilakukan pada 21 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Pemberian perlakuan pada hari ke-1 hingga ke-14, yaitu P1 (kontrol negatif), P2 (paparan asap rokok 10 menit perhari), dan P3 (vitamin C 0,4 mg/gBB/hari + paparan asap rokok 10 menit perhari). Pengukuran waktu perdarahan metode tail bleeding pada hari ke-0 dan ke-15. Analisis data menggunakan uji t-paired, one-way Anova, dan post-hoc LSD. Hasil penelitian menunjukkan rerata waktu perdarahan P1 mengalami perubahan yang tidak bermakna dari 60,16 ± 3,27 menjadi 57,61 ± 4,88 detik. P2 mengalami perubahan yang bermakna dari 59,34 ± 6,93 menjadi 38,85 ± 3,43 detik. P3 mengalami perubahan yang bermaknadari 59,36 ± 3,07 menjadi 51.85 ± 3,45 detik. Terdapat perbedaan rerata waktu perdarahan setelah perlakuan yang bermakna signifikan (p = 0,000) antara P2 dengan P3. Penelitian ini berhasil membuktikan potensi vitamin C dalam mencegah pemendekan waktu perdarahan lebih lanjut sebagai indikator gangguan hemostasis akibat paparan asap rokok.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 30-34
Author(s):  
Ni Putu Ovy Darmayanti ◽  
Ni Putu Rahayu Artini ◽  
Putu Yudhistira Budhi Setiawan

Analgetik adalah zat atau suatu bahan yang dapat menekan ataupun menghilangkan rasa nyeri dengan tidak menghilangkan kesadaran. Daun belimbing wuluh mengandung flavonoid yang memiliki potensi sebagai analgetik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ekstrak daun dari tanaman Averrhoa bilimbi L. memiliki aktivitas analgetik terhadap mencit putih jantan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental murni dengan tipe penelitian adalah post test only control group design Pengujian aktivitas analgetik ditunjukan dengan adanya respon geliat kemudian dapat dilakukan uji analisis statistika One Way ANOVA dan Post Hoc LSD. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol 96% daun belimbing wuluh memiliki aktivitas analgetik pada mencit putih jantan. Berdasarkan uji One Way Anova, antara kelompok perlakuan dengan kontrol positif memiliki perbedaan bermakna dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05). Hasil analisis data uji post hoc LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dosis 125 mg/ kg BB, 250 mg/ kg BB dengan kontol positif. Simpulan dari penelitian ini adalah dosis 500 mg/ kg BB ekstrak etanol 96% daun belimbing wuluh (Averrho bilimbi L) pada mencit memiliki efek analgesik dengan persentase penghambat geliat yaitu 68.49% dan mendekati kontrol positif parasetamol dengan dosis 65mg/ kg BB sebesar 80.36%.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Fachrurrazi Al Ansori

Latar Belakang. Kawa daun gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan minuman yang terbuat dari daun gambir yang dikeringkan dan diseduh seperti membuat teh yang mengandung senyawa epicathecin, epicathecin-3-gallate, epigalloctahechin-3-gallate, dan epigallocathechin yang berpotensi menurukan kadar MDA jaringan hati. Objektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kawa daun gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap kadar MDA jaringan hati mencit (Mus musculus) diabetes yang diinduksi aloksan. Metode. Penelitian ini merupakan true experimental dengan post-test only control group design. Sebanyak 30 ekor mencit dibagi menjadi lima kelompok yaitu K-, K+, P1, P2, P3.  Kelompok K+, P1, P2, dan P3 diinduksi aloksan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kawa daun gambir dosis 1 gr/100 ml, 2 gr/100 ml, dan 4 gr/100 ml untuk P1, P2, dan P3 selama 14 hari. Rerata kadar MDA jaringan hati diperiksa dengan metode thiobarbituric acid reactive substances (TBARS). Analisis data menggunakan One-way ANOVA dan Post Hoc Least Significant Differences (LSD). Hasil. Induksi aloksan dapat meningkatkan kadar MDA jaringan hati kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan dibanding kontrol negatif. Rerata kadar MDA jaringan hati pada kontrol negatif adalah 8,34 nmol/ml, kontrol positif 12,71 nmol/ml, perlakuan satu 10,64 nmol/ml, perlakuan dua 8,35 nmol/ml, perlakuan tiga 8,46 nmol/ml. Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian kawa daun gambir pada perlakuan 1, perlakuan 2, dan perlakuan 3 terhadap kontrol positif, p= 0,000 (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan perlakuan 2 dan perlakuan 3 terhadap kontrol negatif, p= 0,986. Kesimpulan. Kawa daun gambir dapat menurunkan kadar MDA jaringan hati.


2018 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Mira Wiji Lestari ◽  
Dr Isbandiah ◽  
Annisa Hasanah

Pengaruh Ekstrak Biji Anggur (Vitis vinivera) var Alphonso lavallee Terhadap Fungsi Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus) Model Hiperurisemia.Latar Belakang : Prevalensi hiperurisemia di Indonesia sebesar 18% populasi. Hiperurisemia dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ginjal.Kreatinin merupakan salah satu parameter untuk mengukur fungsi ginjal.Terjadinya disfungsi ginjal dapat dicegah menggunakan biji anggur var Alphonso lavallee.Biji anggur ini memiliki kandungan polifenol tinggi terutama proanthocyanidin, flavonoid, dan resveratrol yang berfungsi sebagai antiinflamasi, antioksidan, inhibisi COX-2, dan meningkatkan produksi NO.Tujuan:Mengetahui pengaruh ekstrak biji anggur var Alphonso lavallee terhadap fungsi ginjal mencit jantan (Mus musculus) model hiperurisemia.Metode : Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel terdiri dari 30 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok diantaranya kelompok kontrol -, kontrol + , dam 3 kelompok perlakuan. Semua kelompok kecuali kontrol – diinduksi dengan kalium oksonat 250 mg/kg/hari dan 3 kelompok perlakuan diberi ekstrak biji anggur var Alphonso lavallee dengan dosis 3.5 mg/ekor mencit/hari, 7 mg/ekor mencit/hari, dan 14 mg/ekor mencit/hari peroral selama 7 hari. Kreatinin serum diukur menggunakan spektrofotometer untuk menilai fungsi ginjal mencit.Analisis data menggunakan uji One way ANOVA, post hoc bonferroni, dan uji regresi.Hasil Penelitian : Ekstrak biji anggur var Alphonso lavallee dapat menurunkan kadar kreatinin serum secara signifikan dengan p < 0.001 pada dosis mulai dari 7 mg/ekor mencit/hari.Kesimpulan : Ekstrak biji anggur var Alphonso lavallee berpengaruh dalam mencegah terjadinya kerusakan fungsi ginjal pada mencit hiperurisemia. Kata kunci : Biji anggur var Alphonso lavallee, polifenol, fungsi ginjal, kalium oksonat


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Mochammad Soffan ◽  
T M Rafsanjani

<p>Radiasi sinar X merupakan salah satu radiasi pengion yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas sehingga merusak sel spermatogonia. Penggunaan vitamin C dan E sebagai antioksidan untuk melindungi sel tubuh. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian vitamin C dan E terhadap jumlah sel spermatogonia yang dipapar radiasi sinar X. Metode penelitian eksperimental dengan rancangan <em>post test only control group design</em> pada 35 ekor mencit (<em>Mus musculus</em>) dibagi menjadi 5 kelompok secara acak yaitu KP tanpa paparan radiasi dan pemberian vitamin, KN dengan paparan radiasi sinar X 25 mGy/hari tanpa pemberian vitamin, KP 1 diberikan vitamin C 0,26 mg/hari, KP 2 diberikan vitamin E 0,208 mg/hari, KP 3 diberikan kombinasi vitamin C 0,26 mg/hari dan vitamin E 0,208 mg/hari setiap sebelum pemaparan radiasi sinar X 25 mGy/hari selama 4 hari dengan waktu penelitian 21 hari. Pada hari ke 22 sampel diterminasi diamati melalui mikroskop. Jumlah sel spermatogonia dianalisis <em>One Way Anova </em>kemudian uji <em>post Hoc LSD. </em>Hasil rerata jumlah spermatogonia pada KP, KN, KP1, KP2 dan KP3 yaitu 24,24; 13,28; 19,36; 19,60 dan 23,32. Hasil uji <em>One Way Anova </em>diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p&lt;0,05) artinya terdapat perbedaan rerata jumlah sel spermatogonia yang bermakna antara kelima kelompok. Hasil uji <em>post Hoc LSD</em> menunjukkan perbedaan rerata sel spermatogonia antar dua kelompok ditunjukkan oleh hampir semua pasangan kelompok (p&lt;0,05); kecuali untuk perbandingan rerata sel spermatogonia antara KP1 dan KP2 (p&gt;0,05). Terdapat pengaruh pemberian vitamin C dan E terhadap jumlah sel spermatogonia mencit yang dipapar radiasi sinar X.</p>


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
MENTARI AMENDA SAPUTRI ◽  
HERIN SETIANINGSIH

<p class="Default">Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup masyarakat terutama dalam mengkonsumsi diet yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar LDL yang dapat menyebabkan  penyakit kardiovaskular. Rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>)<em> </em>yang banyak dibudidayakan di Indonesia mengandung flavonoid dan triterpenoid yang diduga dapat menurunkan kadar LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) <em> </em>terhadap kadar LDL pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni laboratorik dengan rancangan penelitian <em>Post Test Control Group Design. </em>Sampel yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi diet standar selama 28 hari (K1), kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari (K2), dan kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari dan pada hari ke-15 sampai hari ke-28 diberi ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) dengan dosis 140mg/200grBB/hari (K3). Hasil analisis statistik <em>One Way Anova </em>menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar LDL yang signifikan antara ketiga kelompok pada penelitian ini (p&lt;0,001). Kadar LDL pada K2 (=16,00±3,29) meningkat secara bermakna dibandingkan dengan K1 (=10,62±1,77). Sedangkan kadar LDL pada K3 (=6,88±2,42) menurun secara bermakna dibandingkan dengan K2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : diet tinggi lemak, LDL, <em>Kappaphycus alvarezii</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document