scholarly journals HUBUNGAN EDUKASI KESEHATAN TENTANG CEDERA ANKLE DAN TERAPI LATIHANNYA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEDOKTERAN PEMAIN FUTSAL

2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 37-43
Author(s):  
Yohanes Jason ◽  
Zita Arieselia

Pendahuluan: Olahraga futsal termasuk ke dalam 10 olahraga yang paling sering menyebabkan cedera, dengan tingkat insidensi mencapai 55,2 cedera per 10000 jam partisipasi olahraga. Cedera pergelangan kaki atau ankle merupakan cedera yang paling banyak terjadi. Cedera ankle yang tidak ditangani dengan baik bisa berakibat pada chronic ankle instability. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan edukasi kesehatan tentang cedera ankle dan terapi latihannya terhadap tingkat pengetahuan anggota futsal FKIK UAJ. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan pendekatan cross-sectional, yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya dengan purposive sampling. Edukasi kesehatan diberikan dengan menggunakan alat bantu slideshow dan tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan uji t-test berpasangan. Hasil: Total responden adalah 36 mahasiswa. Tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang cedera ankle dan terapi latihannya memiliki nilai rata-rata 66,3 s.d.11,6 (kisaran 40,0 - 93,3) yang meningkat bermakna menjadi rata-rata 78,5 s.d. 6,3 (kisaran 63,3 - 96,7) setelah diberikan edukasi kesehatan tentang cedera ankle dan terapi latihannya (p <0.05, uji t-test berpasangan)Simpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan anggota Medsoccer setelah pemberian edukasi kesehatan tentang cedera ankle dan terapi latihannya. Untuk itu sebelum memulai suatu olahraga, perlu diberikan pembekalan terkait cedera yang mungkin terjadi.

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
Vimala Krishna Prasada ◽  
Ni Wayan Tianing ◽  
Putu Ayu Sita Saraswati ◽  
I Wayan Gede Sutadarma

Cedera pergelangan kaki (ankle) merupakan cedera yang paling sering dialami oleh atlet basket, dan sprain pada ligamen bagian lateral merupakan diagnosis yang paling umum. Hal tersebut dapat menyebabkan seorang atlet mengalami chronic ankle instability (CAI). Kondisi ini ditandai dengan adanya cedera berulang dan perasaan goyang pada pergelangan kaki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kejadian chronic ankle instability pada atlet basket SMA di Kabupaten Badung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 162 orang. Kuisioner Cumberland Ankle Instability Tool digunakan untuk menentukan responden yang mengalami CAI. Faktor lain seperti jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), riwayat cedera sprain ankle,  dan ada atau tidaknya perawatan medis pasca cedera sprain ankle juga dicatat pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan prevalensi kejadian chronic ankle instability sebanyak 51,2%. Responden dengan jenis kelamin laki-laki, IMT overweight, memiliki riwayat sprain ankle dan memperoleh penanganan medis pasca mengalami cedera sprain ankle memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami CAI. Kata Kunci: Chronic Ankle Instability, Atlet Basket SMA


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 9-14
Author(s):  
Tiara Imelda ◽  
Sri Yulia ◽  
Muliyadi Muliyadi

ABSTRAK Latar Belakang : Pelaksanaan discharge planning yang belum optimal dilaksanakan, dapat menyebabkan tidak efektifnya kontinuitas perawatan di rumah, meningkatkan resiko keparahan (severity), dan dirawat kembali (readmission). Tujuan : Mengetahui hubungan karakteristik perawat dan metode pemberian asuhan keperawatan dengan pelaksanaan discharge planning di Ruang Rawat Inap RSUD Palembang BARI Tahun 2019. Metode : Desain deskriptif analitik dengan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 30 perawat dengan tehnik purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kuesioner. Uji statistik Chi Square dan t-test. Hasil : Ada hubungan antara metode pemberian asuhan keperawatan dengan pelaksanaan discharge planning (p=0,020 < ? = 0,05). Sedangkan usia (p=0,742), jenis kelamin (p=0,672), pendidikan (p=0,165), masa kerja (p=0,618) tidak ada hubungan dengan pelaksanaan discharge planning. Simpulan : Metode pemberian asuhan keperawatan merupakan faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning. Perlunya penambahan SDM atau perawat di Ruangan pada saat shift malam.  


2020 ◽  
Vol 29 (6) ◽  
pp. 748-753
Author(s):  
Jupil Ko ◽  
Erik Wikstrom ◽  
Yumeng Li ◽  
Michelle Weber ◽  
Cathleen N. Brown

Context: The modified Star Excursion Balance Test (mSEBT) and Y-Balance Test (YBT) are common dynamic postural stability assessments for individuals with chronic ankle instability (CAI). However, the reach distance measurement technique and movement strategy used during the mSEBT and YBT differ. To date, no studies have compared task performance differences on these tests in CAI patients. Objective: To determine whether individuals with CAI perform the mSEBT and YBT differently. Design: Cross-sectional. Setting: Biomechanics laboratory. Participants: Of 97 consented participants, 86 (43 females, 43 males; age 21.5 [3.3] y, height 169.8 [10.3] cm, mass 69.5 [13.4] kg), who reported ≤25 on the Cumberland Ankle Instability Tool, ≥11 on the Identification of Functional Ankle Instability, and had a history of a moderate to severe ankle sprain(s) participated. Interventions: Participants were instructed to perform the mSEBT and YBT in a predetermined counterbalanced order. Three anterior, posteromedial, and posterolateral trials of each test were completed on the involved limb after 4 practice trials. Test direction order was randomized for each participant. Main Outcome Measures: Normalized (expressed in percentage) reach distance in each direction. Paired sample t tests were performed to compare each of the 3 directions between the mSEBT and YBT. Results: Significantly shorter reach distances in the anterior (58.9% [5.8%] vs 61.4% [5.4%], P = .001) and the posteromedial (98.8% [8.6%] vs 100.8% [8.1%], P = .003) directions were noted on the mSEBT relative to the YBT. No differences in the posterolateral directions were observed. Conclusions: Within those with CAI, mSEBT and YBT normalized reach distances differ in the anterior and posteriomedial directions. As a result, clinicians and researchers should not directly compare the results of these tests.


2020 ◽  
Author(s):  
John J Fraser ◽  
Rachel M Koldenhoven ◽  
Jay Hertel

Objectives: To assess the effects of ankle injury status on intrinsic foot muscle (IFM) size at rest and during contraction in young adults with and without a history of lateral ankle sprain (LAS) and chronic ankle instability (CAI). Methods: Foot Posture Index (FPI), Foot Mobility Magnitude (FMM), and ultrasonographic cross-sectional area of the abductor hallucis (AbdH), flexor digitorum brevis (FDB), quadratus plantae (QP), and flexor hallucis brevis (FHB) were assessed at rest, and during non-resisted and resisted contraction in 22 healthy (13 females, BMI: 22.5±3.2, FPI: 4.2±3.9, FMM: 2.5±1.8), 17 LAS (9 females, BMI: 24.1±3.7, FPI: 2.5±3.4, FMM: 2.7±1.7), 21 Copers (13 females, BMI: 23.7±2.9, FPI: 3.6±4.1, FMM: 1.8±1.3), and 20 CAI (15 females, BMI: 25.1±4.5, FPI: 4.4±3.6., FMM: 2.3±1.1). Results: A multiple linear regression analysis assessing group, sex, BMI, FPI, and FMM on resting and contracted IFM size found sex (p<.001), BMI (p=.01), FPI (p=.05), and FMM*FPI interaction (p=.008) accounted for 19% of the variance (p=.002) in resting AbdH measures. Sex (p<.001) and BMI (p=.02) explained 24% of resting FDB measures (p<.001). Having a recent LAS (p=.03) and FMM (p=.02) predicted 11% of non-resisted QP contraction measures (p=.04), with sex (p<.001) explaining 13% of resting QP measures (p=.02). Both sex (p=.01) and FMM (p=.03) predicted 16% of resting FDB measures (p=.01). There were no other statistically significant findings. Conclusions: IFM resting ultrasound measures were primarily determined by sex, BMI, and foot phenotype and not injury status. The clinical utility of these IFM ultrasonographic assessments in young adults with LAS and CAI may be limited.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 129-134
Author(s):  
Mertha Dewi ◽  
Firhat Esfandiari ◽  
Ratna Purwaningrum ◽  
Muhamad Yunus

Obesitas adalah suatu penyakit akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar sehingga didalam tubuh terjadi penimbunan pada jaringan lemak. Salah satu upaya untuk menurunkan kolesterol darah dapat dilakukan melalui konsultasi atau konseling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan manfaat edukasi dengan perubahan perilaku gaya hidup terhadap penurunan kadar  kolesterol  pada  pasien  obesitas di Rumah Sakit Mardi Waluyo tahun 2019. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan analatik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Analisis data menggunakan uji T-Test Dependent. Hasilnya diketahui Pasien Obesitas yang berusia 20-29 tahun sebanyak 3 orang (10%), usia 30-39 tahun sebanyak 5 orang (17%), berusia 40-49 tahun sebanyak 9 orang (30%), berusia 50-59 sebanyak 8 orang (26%) dan berusia 60-69 tahun sebanyak 5 orang (17%) dan sebagian besar jenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (73%). Dengan melakukan Edukasi pada pasien obesitas sebelum dan setelah maka sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 149
Author(s):  
Nurmainah Nurmainah ◽  
Sri Wahdaningsih ◽  
Syaazaratul Qamelia Innas

Kontrasepsi suntik merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang masih menjadi pilihan akseptor dalam mengatur kehamilan. Namun demikian, penggunaan kontrasepsi suntik Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) diketahui dapat meningkatkan berat badan selama pemakaian enam (6) bulan atau lebih. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh penggunaan DMPA terhadap kenaikan berat badan akseptor. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yang bersifat analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor baru suntik DMPA di Puskesmas Perumnas II Pontianak pada bulan Januari 2018 hingga Maret 2019. Variabel dari penelitian ialah usia, pekerjaan, paritas, dan kenaikan berat badan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis paired t-test. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 81 akseptor. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar akseptor berusia 20-35 tahun (71,6%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (97,5%), mempunyai 2 anak atau lebih (77,8%), dan memiliki kenaikan berat badan 0-2 kg (44,4%). Berdasarkan hasil analisis paired t-test bahwa penggunaan suntik KB 3 bulan (DMPA) memiliki pengaruh terhadap kenaikan berat badan akseptor dengan nilai p=0,001. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh penggunaan DMPA terhadap kenaikan berat badan akseptor. Injectable contraception is a hormonal contraceptive used by acceptors in regulating pregnancy. However, the use of Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is known to increase body weight after six months of use or more.. The purpose of this study was to analysis the effect of using DMPA on weight gain. This study was an observational study with cross sectional analytic study design. The population in this study were all new acceptors who used DMPA at the Perumnas II Pontianak Public Health Care in January 2018 to March 2019. Variables from the study were age, occupation, parity, and weight gain. Analysis was performed using paired t-test analysis. The sampling technique used was purposive sampling, where the number samples that met the inclusion and exclusion criteria were 81 acceptors. The results showed that most of the acceptors were aged 20-35 years (71,6%), work as housewives (97,5%), had 2 or more children (77,8%), and gained weight 0-2  kg (44,4%). Based on the results of paired t-test analysis, the use of DMPA has an effect on the acceptor’s weight gain with a value of p = 0.001. The conclusion of this study is that there is an effect of the use of DMPA on acceptor weight gain.Keywords: Acceptors, DMPA, weigt gain 


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Alicia Benaya Wasti Baris ◽  
Hendro Bidjuni ◽  
Sefti Rompas

Abstrack: The meaning of life is something that is considered very important and valuable, and provides special value for someone and deserves to be a goal in life. Being someone who means and feels valuable in life seems very important when entering the elderly period. At this time, the elderly must be able to accept, be positive and be able to live their old age in peace. The aim is to find out the difference in the meaningoflife of the lives of the elderly who live in nursing home senja cerah and Who Live with Family in Sea Satu Village Pineleng District. The research design used is Observational Analytic with Cross Sectional Study approach. A sample of 30 respondents was obtained using the Purposive Sampling technique. The results of statistical test studies using the T-test at a significance level of 95%, obtained a significant value ρ = 0.008 <α (0.05). The conclusion is that there is a difference in the meaningoflife of the lives of the elderly who live in nursing home senja cerah and who live with their families.Keywords : Elderly, Meaning of LifeAbstrak : Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap sangat penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Menjadi seseorang yang berarti dan merasa berharga dalam hidup tampaknya sangat penting saat memasuki periode lansia. Pada masa ini, lansia harus dapat menerima, bersikap positif serta dapat menjalani masa tuanya dengan tenang Tujuan untuk mengetahui perbedaan makna hidup lansia yang tinggal di panti werdha senja cerah dan yang tinggal bersama keluarga di desa sea satu kecamatan pineleng. Desain penelitian yang digunakan yaitu Observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel berjumlah 30 responden yang didapat dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling. Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji T-test pada tingkat kemaknaan 95%, didapatkan nilai signifikan ρ = 0,008 < α (0,05). Kesimpulan ada perbedaan makna hidup lansia yang tinggal di panti werdha senja cerah dan yang tinggal bersama keluarga.Kata kunci : Lansia, Makna Hidup


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 96-103
Author(s):  
Zeza Aziza ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang : Pekerja bagian produksi mempunyai beban kerja berat dibandingkan pekerja bagian administrasi. Beban kerja akan mempengaruhi aktivitas fisik dan asupan zat gizi pekerja yang dapat menyebabkan risiko terjadinya masalah status gizi pekerja. Tujuan : Menganalisis perbedaan aktivitas fisik intensitas berat, asupan zat gizi makro, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut antara pekerja bagian produksi dan pekerja bagian administrasi.Metode : Jenis penelitian adalah analitik observasional cross sectional. Subjek penelitian adalah pekerja laki-laki usia 20-40 tahun.  Subjek diambil dengan cara purposive sampling, besar subjek penelitian adalah 35 orang pekerja administrasi dan 35 orang pekerja produksi. Data yang dikumpulkan adalah identitas sampel, persentase lemak tubuh, lingkar perut, asupan zat gizi makro dengan FFQ, dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Analisis statistik menggunakan independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil : Rerata aktivitas fisik intensitas berat  (5.88±5.82) lebih besar pada kelompok produksi. Rerata asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat lebih tinggi pada kelompok produksi dibandingkan kelompok administrasi. Persentase lemak tubuh dan lingkar perut pada kedua kelompok sebagian besar dalam kategori normal dan lebih. Terdapat perbedaan bermakna aktivitas fisik intensitas berat (p=0.000), asupan energi (p=0.015) dan asupan lemak (p=0.030), namun tidak ada perbedaan bermakna persentase lemak tubuh (p=0.676), lingkar perut (p=0.417), asupan protein (p=0.057), dan karbohidrat (p=0.074) pada kedua kelompok pekerja.Simpulan : Terdapat perbedaan pada aktivitas fisik intensitas berat, asupan energi, dan asupan lemak antara pekerja administrasi dan pekerja produksi. Aktivitas fisik intensitas berat, asupan energi dan asupan lemak lebih tinggi pada pekerja produksi dibandingkan pekerja administrasi.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 599-606
Author(s):  
Titien Indah Saputri ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti

Latar Belakang: Mutih merupakan budaya pantang makan yang dilakukan ibu nifas dengan hanya mengkonsumsi nasi, tempe, tahu, beberapa jenis sayur dan buah. Rendahnya jumlah asupan dan variasi makanan menyebabkan ibu nifas berisiko mengalami defisiensi protein, zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Hal tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya anemia gizi pada ibu nifas.Tujuan: Menganalisis perbedaan asupan protein, zat besi, asam folat, vitamin B12, dan kejadian anemia pada ibu nifas mutih dan tidak mutih.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Jumlah sampel terdiri dari 16 ibu nifas mutih dan 16 ibu nifas tidak mutih. Pemilihan subjek penelitian dengan purposive sampling. Asupan zat gizi diperoleh dari Semiquantitative Food Frequency Questionaire dan kadar hemoglobin diukur menggunakan metode cyanmethemoglobin. Perbedaan kadar hemoglobin diuji menggunakan uji independent t-test, dan asupan zat gizi, meliputi protein, zat besi, asam folat, dan vitamin B12 menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: . Kejadian anemia pada ibu nifas mutih sebesar 93,7%, sedangkan pada ibu nifas tidak mutih hanya sebesar 25%. Terdapat perbedaan bermakna asupan protein  (p<0.01),  vitamin B12 ( p<0.01), dan kejadian anemia (p<0.01) antara ibu nifas mutih dan tidak mutih. Tidak terdapat perbedaan bermakna asupan zat besi dan asam folat antara ibu nifas mutih dan tidak mutih (p= 0.07 dan p=0.19). Asupan protein, zat besi, asam folat, dan vitamin B12 kedua kelompok tidak mencukupi kebutuhan seharusnya.Simpulan: Terdapat perbadaan kadar hemoglobin, asupan protein, dan vitamin B12 antara ibu nifas mutih dan tidak mutih. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document