scholarly journals Hubungan Asupan Protein, Fe, Vitamin C Serta Ketepatan Konsumsi Zat Tannin Dan Kafein Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Kota Yogyakarta

2020 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 8-15
Author(s):  
Yuliantisari Retnaningsih ◽  
Ika Agustina Sulistyani ◽  
Yuliasti Eka Purnamaningrum ◽  
Margono Margono ◽  
Dwiana Estiwidani
Keyword(s):  

Latar Belakang: Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, prematuritas, meningkatkan risiko perdarahan postpartum, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian perinatal. Penyebab utama dari kejadian anemia adalah karena kekurangan nutrisi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan Protein, Fe, Vitamin C serta pengaruh konsumsi zat tanin dan kafein dengan kadar Hb pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Wawancara konsumsi pangan dilakukan kepada 56 ibu hamil trimester III pada bulan Maret menggunakan food recall 2x24 jam. Hasil: Asupan protein ibu hamil trimester III di Puskesmas wilayah kota Yogyakarta rata-rata sebesar 64,242 gram%, zat besi (Fe) sebesar 41,062 gr%, Vitamin C sebesar 48,435 gr%. Terdapat hubungan asupan protein (p=0,024), zat besi(p=0,014) dan vitamin C sebesar(p=0,043). Kesimpulan: Semakin tinggi asupan protein, Fe, vit C, serta semakin tepat konsumsi zat tanin dan kafein maka semakin tinggi kadar hemoglobin.

2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Enggar Wijayanti ◽  
Ulfa Fitriani

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 39-52
Author(s):  
Mariana Sari ◽  
Laras Sitoayu ◽  
Nazhif Gifari ◽  
Nadiyah Nadiyah ◽  
Rachmanida Nuzrina
Keyword(s):  
T Test ◽  
Z Score ◽  

Latar Belakang. Tingkatan kognitif adalah tingkatan pengetahuan anak dalam kemampuan berpikir, mengingat sampai memecahkan masalah, sedangkan intelegensi (kecerdasan) merupakan tindakan terarah yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan nalar yang baik untuk memecahkan masalah. Perkembangan otak berkaitan dengan kemampuan kognitif seseorang yang memiliki peranan penting terhadap prestasi dan keberhasilan dalam pendidikan. Asupan gizi dan status gizi yang normal dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan optimal anak. Hasil survei menyatakan bahwa 34,3 persen anak usia sekolah di Indonesia memiliki kognitif rata-rata. Faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif yaitu keturunan, kematangan biologis, pengalaman fisik, lingkungan, dan ekuilibrasi. Tujuan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan asupan energi, zat gizi makro, vitamin C, zat besi, seng, dan IMT/U berdasarkan tingkatan kognitif. Metode. Sampel yang diambil berjumlah 60 orang dengan desain cross-sectional. Asupan makanan diukur menggunakan food recall, IMT/U menggunakan timbangan dan microtoise, perkembangan kognitif menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan t-test independent dan Mann Whitney. Hasil. Siswa dengan kognitif konkret 43 persen dan kognitif formal 57 persen. Rata-rata asupan energi yaitu 1292 kkal; triptofan 0,3 g; linoleat 2,6 g; linolenat 0,13 g; karbohidrat 178 g; vitamin C 6,3 mg; zat besi (Fe) 4,8 mg; seng (Zn) 4,9 mg; dan IMT/U -0.1 z-score. Variabel yang signifikan adalah asupan energi (p=0,0001), triptofan (p=0,032), linoleat (p=0,003), linolenat (p=0,044), karbohidrat (p=0,0001), zat besi (Fe) (p=0,032), seng (Zn) (p=0,009), dan IMT/U (p=0,038). Asupan vitamin C tidak signifikan dengan nilai p=403. Kesimpulan. Asupan energi, zat gizi makro, zat besi, seng, dan IMT/U yang memadai berpengaruh terhadap perkembangan kognitif siswa kelas 5 di SD Negeri Duri Kepa 13 Pagi Jakarta Barat. Siswa dengan asupan zat gizi dalam jumlah cukup dan IMT/U normal memiliki tingkatan kognitif lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki asupan zat gizi dan IMT/U kurang.


2007 ◽  
Vol 102 (1) ◽  
pp. 321-330 ◽  
Author(s):  
T. Loizidis ◽  
A. Sioga ◽  
L. Economou ◽  
A. Frosinis ◽  
A. Kyparos ◽  
...  

This study was designed to investigate the effects of peripheral arterial insufficiency, exercise, and vitamin C administration on muscle performance, cross-sectional area, and ultrastructural morphology in extensor digitorum longus (EDL) and soleus (Sol) muscles in rats. Adult Wistar rats were assigned to ischemia alone (isch), ischemia-exercised (exe), ischemia-vitamin C (vit C), and ischemia-exercise-vitamin C (vit C + exe) groups. Ischemia was achieved via unilateral ligation of the right common iliac artery. Contralateral muscles within the same animal served as controls. Exercise protocol consisted of 50-min intermittent level running performed every other day for 5 days. Vitamin C (100 mg/kg body wt) was administered intraperitoneally on a daily basis throughout the 14 days of the experiment. With regard to the EDL muscle, ischemia alone reduced muscle strength, which was not recovered after vitamin C administration. Exercise alone following ischemia induced the most severe structural damage and cross-sectional area decrease in the muscle, yet the reduction in tetanic tension was not significant. Exercise in conjunction with vitamin C administration preserved ischemia-induced EDL muscle tetanic tension. In the Sol muscle, a significant reduction in single twitch tension after vitamin C administration was found, whereas the tetanic force of the ischemic Sol was not significantly decreased compared with the contralateral muscles in any group. Ischemic Sol muscle cross-sectional area was reduced in all but the exe groups. In Sol, muscle strength was reduced in the vit C group, and mean cross-sectional area of ischemic Sol muscles was reduced in all groups except the exe group. These results illustrate that mild exercise, combined with a low dose of vitamin C supplementation, may have beneficial effects on ischemic EDL muscle with a smaller effect on the Sol muscle.


2017 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
Author(s):  
Arisanty Nursetia Restuti ◽  
Yoswenita Susindra
Keyword(s):  

Kebutuhan zat besi pada remaja putri lebih tinggi dibandingkan remaja putra, disebabkan remaja putri rutin mengalami menstruasi, sehingga remaja putri lebih rentan menderita anemia. Kebiasaan makan yang salah pada remaja putri merupakan penyebab anemia. Anemia gizi pada remaja putri dapat berakibat menurunnya kesehatan reproduksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.Jenis penelitian ini cross sectional Penelitian dilakukan di SMK Mahfilud Duror II Jelbuk pada bulan September sampai November tahun 2016. Pengambilan sampel dengan mengunakan metode accidental sampling. Kriteria inklusi yaitu remaja putri usia 14 – 18 tahun, tidak sedang menstruasi, tidak mengkonsumsi tablet Fe. Data yang dipakai adalah data asupan yang diperoleh dari hasil perhitungan food recall 2 (1 x 24 jam), data status gizi diperoleh dari perhitungan tinggi badan dan berat badan kemudian diukur indeks massa tubuh (IMT) bedasarkan usia, serta data anemia didapatkan hasil pemeriksaan darah metode quick cek Hb. Data diuji menggunakan uji Gamma.Hasil penelitian didapatkan dari 109 siswi, 71 orang yang masuk kriteria inklusi, sedangkan 38 orang tereklusi karena sedang menstruasi. Uji hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia didapatkan p = 0,36 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan, sedangkan uji hubungan antara asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin C didapatkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori Konsumsijunk food merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi tertentu meskipun status gizi normal.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
M Hamsah ◽  
Zulfitriani Murfat ◽  
Rosmiati Rosmiati

Preeklampsia merupakan salah satu masalah kesehatan penyebab kematian ibu selain karena perdarahan dan infeksi, selain itu juga merupakan penyebab kematian dan morbiditas perinatal yang sangat tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu tahun 2012 meningkat sekitar 359/100.000 kelahiran hidup tahun 2007, penyebab kematian ibu di Indonesia adalah preeklampsia 24%, perdarahan 39%, eklamsia 34%, infeksi 7%, partus lama 5%, abortus 5%, dan lainnya 9%. Sekitar 82% pada persalinan ibu yang berusia muda 14-20 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pola makan dan kadar asam urat terhadap risiko kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSIA Sitii Khadijah 1 Makassar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross – sectional teknik purposive samplingdengan mengambil seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi sampel yaitu 34 responden.Pengumpulan data pola makan menggunakan food model dan formulir food recall 24 jam, sampel asam urat diambil menggunakan alat Easy Touch. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program Nutrisurvey dan SPSS. Hasil yang diperoleh pada asupan karbohidrat (p: 0,024), lemak (p: 0,008), energy (p: 0,021), natrium (p: 0,026), dan rendahnya vitamin C (p: 0,024) berdasarkan data analisis Chi-Square bermakna dengan nilai p<0,05 yang berarti ada hubungan dengan kadar asam urat terhadap risiko kejadian preeklampsia. Sedangkan pada asupan protein (p: 0,76) tidak bermakna dengan nilai p˃0,05 yang berarti tidak ada hubungan dengan kadar asam urat terhadap risiko kejadian preeklampsia.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Riski Desiplia ◽  
Eka Novita Indra ◽  
Desty Ervira Puspaningtyas

Latar Belakang: Kebutuhan energi yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak berperan untuk meningkatkan kesehatan dan stamina dalam permainan sepak bola. Aktivitas latihan pada sepak bola menyebabkan kebutuhan energi atlet mengalami peningkatan. Selain energi, atlet membutuhkan tambahan vitamin dan mineral, baik dari makanan atau dari konsumsi suplemen. Atlet sepak bola profesional memiliki pola latihan yang berbeda dengan atlet sepak bola semi-profesional yang turut berperan dalam perbedaan kebutuhan energi dan konsumsi suplemen.Tujuan: Mengetahui hubungan asupan energi dan konsumsi suplemen dengan tingkat kebugaran atlet sepak bola semi-profesional. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Klub Guntur FC dan HW UMY pada bulan Maret hingga April 2017. Subjek penelitian ini berjumlah 33 atlet sepak bola. Data asupan energi dan konsumsi suplemen dikumpulkan dengan formulir food recall 24 jam dan kuesioner penggunaan suplemen. Tingkat kebugaran diukur dengan multistage fitness test. Perbedaan proporsi dan rata-rata tingkat kebugaran berdasarkan asupan energi dan konsumsi suplemen dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan Independent Sample T-test. Hasil: Lebih dari 50% subjek mengonsumsi suplemen jenis vitamin C, suplemen dalam bentuk cair dengan tingkat konsumsi setiap hari. Tidak terdapat perbedaan proporsi subjek dengan tingkat kebugaran, baik pada kelompok asupan baik dan kurang baik (p=0,331). Terdapat perbedaan proporsi subjek dengan tingkat kebugaran baik pada kelompok frekuensi konsumsi suplemen sering dan selalu (p=0,013). Terdapat perbedaan rata-rata tingkat kebugaran antara kelompok frekuensi konsumsi suplemen sering dan selalu (p<0,001). Kesimpulan: Tidak ada hubungan asupan energi dengan tingkat kebugaran atlet sepak bola. Ada hubungan frekuensi konsumsi suplemen dengan tingkat kebugaran atlet sepak bola.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Azizah Estu Putri ◽  
Yuliana Arsil ◽  
Muharni Muharni ◽  
Fitri Fitri

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia, gangguan metabolisme serta masalah pada daya kerja insulin. Salah satu cara pengelolaan DM ialah kebiasaan makan, yang erat kaitannya dengan diet. Jumlah penderita DM di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar setelah Amerika Serikat, India dan Cina. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran tentang asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan serat dan asupan vitamin C yang dikonsumsi oleh pasien DM. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2015 hingga Juli 2016 di Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik Penyakit Dalam) RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Metode yang digunakan untuk mengukur asupan zat gizi yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner dan formulir food recall. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang responden. Pengolahan dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu responden dengan asupan karbohidrat lebih sebanyak 28,2%, baik sebanyak 23,1% dan kurang sebanyak 48,7%. Responden dengan asupan lemak lebih sebanyak 71,8%, yang asupannya kurang sebanyak 20,5% dan yang baik 7,7%. Seluruh asupan serat responden tergolong kurang. Responden dengan asupan vitamin C kurang sebanyak 23,1% dan cukup sebanyak 76,9%. Kepada pasien dan keluarga, agar lebih memilih sumber makanan karbohidrat kompleks dengan porsi yang cukup; mengganti cara pengolahan makanan yang mengandung sedikit lemak; mengkonsumsi sumber makanan tinggi serat terutama serat larut air; dan mengkonsumsi sumber makanan tinggi Vitamin C.


2018 ◽  
Vol 88 (5-6) ◽  
pp. 263-269
Author(s):  
Seong-Hoon Park ◽  
A Lum Han ◽  
Na-Hyung Kim ◽  
Sae-Ron Shin

Abstract. Background: Vitamin C is a strong antioxidant, and the health effects of vitamin C megadoses have not been validated despite the apparent health benefits. Therefore, the present study sought to confirm the effects of vitamin C megadoses. Materials and Methods : Four groups of six guinea pigs were used. Each group was fed one of the following diets for three weeks: normal diet, methionine choline-deficient diet, methionine choline-deficient diet + vitamin C megadose (MCD + vit C 2.5 g/kg/day), and methionine-choline deficient diet + ursodeoxycholic acid (MCD + UDCA 30 mg/kg/day). The MCD diet was given to induce nonalcoholic steatohepatitis, and UDCA was used to treat nonalcoholic steatohepatitis. Three weeks after initial diet administration, the results of biochemical tests and liver biopsy were compared between the groups. Results: The cytoplasm state was similar in the MCD + vit C and MCD + UDCA groups, exhibiting clearing of the cytoplasm and ballooning degeneration. However, macrovesicular steatosis was not observed in the MCD + vit C group. Aspartate transaminase and alanine transaminase were elevated significantly following vitamin C administration. Conclusions: The present study confirmed that alone vitamin C megadoses are potential remedies for nonalcoholic steatohepatitis, based on the liver biopsy results of guinea pigs that were unable to synthesize vitamin C.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


Nutrients ◽  
2021 ◽  
Vol 13 (8) ◽  
pp. 2614
Author(s):  
Sanjiv Agarwal ◽  
Victor L. Fulgoni

Potatoes are nutrient rich white vegetables, however, research on their impact on public health is limited. The objective of this study was to provide updated evaluation of the cross-sectional association between potato consumption and diet quality, nutrient intake and adequacy. Twenty-four hour diet recall data from adolescents (n = 16,633; age 9–18 years) were used to assess intakes. Usual intakes of nutrients were determined using the National Cancer Institute method and diet quality was calculated using the Healthy Eating Index-2015 (HEI-2015) after adjusting for demographic factors. Consumers of potatoes (baked or boiled potatoes, mashed potatoes and potato mixtures, fried potatoes, and potato chips) had higher (p < 0.05) HEI-2015 total score and subcomponent scores for total vegetables, total protein foods, and refined grain than non-consumers. Consumers also had higher (p < 0.05) intake of energy, dietary fiber, protein, copper, magnesium, phosphorus, potassium, selenium, sodium, zinc, niacin, vitamin B6, vitamin C, vitamin K and total choline; and higher (p < 0.05) adequacy for protein, copper, magnesium, phosphorus, potassium, zinc, thiamine, niacin, vitamin B6, vitamin C, and vitamin K than non-consumers. In conclusion, adolescent potato consumption was associated with higher diet quality, nutrient intake, and adequacy and therefore encouraging their consumption may be an effective strategy for improving nutritional status.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document