scholarly journals Kepatuhan Konsumsi Obat Kelasi Besi dan Kadar Serum Feritin Pasien Talasemia Beta-Mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 26-30
Author(s):  
Hutari Gustiana ◽  
Tito Gunantara ◽  
Hilmi Sulaiman Rathomi

Kadar serum feritin yang tinggi pada pasien talasemia menimbulkan berbagai komplikasi yang menurunkan kualitas hidup pasien. Kadar tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat kelasi besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan konsumsi obat kelasi besi dan kadar serum feritin pada penderita talasemia beta-mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung serta hubungan antara keduanya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan melibatkan 50 pasien talasemia di RSUD Al-Ihsan Bandung yang dipilih secara consecutive. Data tingkat kepatuhan diukur dengan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) yang diisi dengan dipandu oleh peneliti, sedangkan data kadar feritin didapatkan dari rekam medis pasien. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli-September 2019, data dianalisis menggunakan uji Chi square dengan bantuan piranti lunak STATA versi 13. Hasil penelitian menunjukan mayoritas penderita talasemia beta-mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung (60%, IK 45.4% - 72.9%) memiliki tingkat kepatuhan rendah dalam konsumsi obat kelasi besi dan sebagian besar memiliki kadar serum feritin >2500 ng/ml (58%, IK 43.5% - 71.2%). Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara tingkat kepatuhan konsumsi obat kelasi besi dengan kadar serum feritin pada penderita talasemia beta-mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung p=0.00( p<0.05).

2016 ◽  
Vol 4 ◽  
pp. 205031211667485 ◽  
Author(s):  
Arsène Zongo ◽  
Line Guénette ◽  
Jocelyne Moisan ◽  
Laurence Guillaumie ◽  
Sophie Lauzier ◽  
...  

Objective: To assess the internal consistency and factorial validity of the adapted French 8-item Morisky Medication Adherence Scale in assessing adherence to noninsulin antidiabetic drug treatment. Study Design and Setting: In a cross-sectional web survey of individuals with type 2 diabetes of the Canadian province of Quebec, self-reported adherence to the antidiabetes drug treatment was measured using the Morisky Medication Adherence Scale-8. We assessed the internal consistency of the Morisky Medication Adherence Scale-8 with Cronbach’s alpha, and factorial validity was assessed by identifying the underlying factors using exploratory factor analyses. Results: A total of 901 individuals completed the survey. Cronbach’s alpha was 0.60. Two factors were identified. One factor comprised five items: stopping medication when diabetes is under control, stopping when feeling worse, feeling hassled about sticking to the prescription, reasons other than forgetting and a cross-loading item (i.e. taking drugs the day before). The second factor comprised three other items that were all related to forgetfulness in addition to the cross-loading item. Conclusion: Cronbach’s alpha of the adapted French Morisky Medication Adherence Scale-8 was below the acceptable value of 0.70. This observed low internal consistency of the scale is probably related to the causal nature of the items of the scale but not necessarily a lack of reliability. The results suggest that the adapted French Morisky Medication Adherence Scale-8 is a two-factor scale assessing intentional (first factor) and unintentional (second factor) non-adherence to the noninsulin antidiabetes drug treatment. The scale could be used to separately identify these outcomes using scores obtained on each of the sub-scales.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 137-141
Author(s):  
Harnavi Harun

Introduction : Hypertension is a disease that is commonly found and one of the causes of death allover the world. Riset Kesehatan Dasar in 2013 shows that the prevalence of hypertension in Indonesiais 26.5%. The lack of medication adherence of hypertensive patients is a major cause of hypertensiontherapy failure. Non-adherence to antihypertensive drugs is a potential factor that can cause variouscomplications such as heart failure, stroke, kidney failure and blindness. The purpose of this study wasto determine the level of medication adherence for hypertensive patients in M. Djamil HospitalPadang.Method: This is a descriptive research with cross sectional design. The study population was patientswith hypertension with sampling based on counsecutive sampling. Inclusion criteria were essentialhypertension patients and willing to join the study. Exclusion criteria were hypertension emergency,hypertension urgency, and hypertension with complications. Data obtained directly from respondentsthrough the Morisky Medication Adherence Scale-8 questionnaire and direct blood pressuremeasurement.Results: Based on the characteristics of hypertensive patients, found that male 62% and female 38%,ages 20-39 (19%) and ≤ 40 (81%), duration of hypertension < 5 years (62%) and ≥ 5 years (38 %),anti-hypertensive drugs > 1 (60%) and 1 (40%), uncontrolled blood pressure (65%) and controlled(35%). Low compliance rates (60%), moderate (31%) and high (9%).Conclusion: The level of medication adherence for hypertensive patients in M. Djamil HospitalPadang is low (60%), while moderate compliance (31%) and high compliance (9%).


2008 ◽  
Author(s):  
Donald Morisky ◽  
Alfonso Ang ◽  
Marie Krousel-Wood ◽  
Harry J. Ward

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Riris Nur Rizqiya

TB Paru adalah penyebab utama penyakit di antara 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia. Pengobatan TB minimal memerlukan waktu 6 bulan sehingga memerlukan dukungan sosial yang baik kepada penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Penelitian ini menggunakan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 67 pasien TB Paru dengan teknik pengambilan datanya menggunakan teknik simple random sampling didapatkan 45 sampel. Instrumen stigma masyarakat menggunakan kuesioner Internalized Stigma of Mental Illness (ISMI) dengan r tabel 0,62 dan reliabilitas 0,964 didapatkan 28 item yang valid. Instrumen kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dengan r tabel 0.8 dan reliabilitas 0,7 didapatkan 8 item yang valid. Uji etika penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember dengan nomor: No.3561/UN25.1.14/SP/2020. Analisis data yang digunakan adalah uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru (p-value = 0,404;CI=95%).Data demografi pasien didapatkan usia responden TB Paru dengan nilai median 48.00 (Q1, Q3;35.00,61.00) dengan min-max 15-70 dan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu 30 responden (66.7%). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara sitgma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Puskesmas telah meningkatkan program edukasi tentang penyakit TB Paru dan pencegahannya dimungkinkan menjadi salah satu menurunnya stigma pada pasien TB Paru. Dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien ditandai dengan adanya pendampingan ketika berobat ke Puskesmas. Puskesmas memiliki peran penting dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien TB Paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata kunci: tuberkulosis paru, stigma masyarakat, kepatuhan minum obat.HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PUHJARAK KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI


PLoS ONE ◽  
2017 ◽  
Vol 12 (11) ◽  
pp. e0187139 ◽  
Author(s):  
Sun Jae Moon ◽  
Weon-Young Lee ◽  
Jin Seub Hwang ◽  
Yeon Pyo Hong ◽  
Donald E. Morisky

2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 10-17
Author(s):  
Syahrida Dian Ardhany

Penelitian ini merupakan cross sectional study data diambil selama 1 bulan (November 2015) di poli Penyakit Dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Pasien hipertensi yang dapat berpartisipasi adalah pasien dengan usia = 18 tahun � 65 tahun. Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara menggunakan instrument kuisioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Pada penelitian ini subyek yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 86 pasien. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah tingkat kepatuhan sedang dengan score MMAS= 6,05 � 1,94, selain itu baik usia maupun tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan minum obat, yang dibuktikan dengan hasil uji SPSS menggunakan Kruskal Wallis Test P= 0,806 untuk usia dan P= 0,178 untuk tingkat pendidikan (P < 0,05). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di poli penyakit dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya periode November 2015 adalah tingkat kepatuhan sedang.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Nurbaiti Annisaa Soegiharto ◽  
Meiyanti Meiyanti

Growth disorders in short stature are often found in patients with β-thalassemia major. It is caused by several factors such as hypoxia, hemosiderosis, deficiency of nutritional intake, and micronutrient. Disorder in growth will affect the patient's quality of life. This study aims to determine the prevalence of growth disorders and analyze the factors associated with thalassemia child growth disorders. This study used an observational analytic study with a cross-sectional design on 167 patients with β-thalassemia major at the Palang Merah Indonesia Hospital, Bogor, West Java, in October–December 2018. Data was collected using a transfusion compliance questionnaire and the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), while growth was assessed using the CDC 2000 height/age curve. Data analysis used SPSS for Windows version 21.0. Of 167 subjects, 86 subjects (51.5%) were not adherent to transfusion, 97 subjects (58.1%) had low consumption of chelation iron, and 146 subjects (87.4%) had growth problems. The results of bivariate data analysis using the chi-square test for transfusion compliance and parental education on growth obtained p=0.000 and p=0.032. Likewise, for compliance with iron chelation consumption and parents' income to growth, the p value=0.000 was obtained. It was concluded that the prevalence of growth disorders was 87.4%, and there was a relationship between transfusion compliance, parental education level, parents' income, and compliance with iron chelation consumption on growth disorders in thalassemia children. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN PADA ANAK TALASEMIA MAYORGangguan pertumbuhan berupa perawakan pendek sering ditemukan pada penderita talasemia β mayor. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti hipoksia, hemosiderosis, kekurangan asupan nutrisi, dan mikonutrien. Gangguan pertumbuhan akan memengaruhi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi gangguan tumbuh kembang dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang anak talasemia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional pada 167 pasien talasemia β mayor di RS Palang Merah Indonesia, Bogor, Jawa Barat pada bulan Oktober–Desember 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepatuhan transfusi dan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), sedangkan pertumbuhan dinilai menggunakan kurva tinggi/usia CDC 2000. Analisis data menggunakan SPSS for Windows versi 21.0. Dari 167 subjek, 86 subjek (51,5%) tidak patuh pada transfusi, 97 subjek (58,1%) memiliki konsumsi kelasi besi rendah, dan 146 subjek (87,4%) mengalami gangguan pertumbuhan. Hasil analisis data bivariat menggunakan uji chi-square untuk kepatuhan transfusi dan pendidikan orangtua tentang pertumbuhan diperoleh p=0,000 dan p=0,032. Begitu pula untuk kepatuhan konsumsi kelasi besi dan pendapatan orangtua terhadap pertumbuhan diperoleh p=0,000. Disimpulkan bahwa prevalensi gangguan tumbuh kembang sebesar 87,4% dan terdapat hubungan kepatuhan transfusi, tingkat pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, dan kepatuhan konsumsi kelasi besi dengan gangguan tumbuh kembang anak talasemia.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 186-191
Author(s):  
Abrar Wahab ◽  
Md Mahabub Ul Islam ◽  
Mehbuba Mehnoor Laboni ◽  
Anisa Fatema ◽  
Abeda Saleha Renesa ◽  
...  

Rheumatic heart disease (RHD) is a significant public health problem and Non-adherence to treatment is an important and often unrecognized risk factor for cardiovascular mortality. The study aimed to assess self-reported medication adherence by 8-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) among rheumatic heart disease patients and determine the associated factors. A cross-sectional study was carried out by applying a structured interview to Rheumatic heart disease patients aged 18 or higher in a tertiary hospital in Bangladesh. Among Rheumatic heart disease patients, 63.5% showed medium adherence, 36.5% showed low adherence to medication. Walking habit (P= 0.000), exercise habit (P=0.000), smoking habit (P=0.000), and duration of RHD (P=0.005) found significantly associated with medication adherence. Multiple logistic regression analysis also revealed, don't have walking habit more than 10 minutes at a time (AOR=2.416, 95% CI: 1.212-4.816), don't having exercise habit (AOR=2.420, 95% CI: 1.206 – 4.859), don't having habit of smoking (AOR=0.392, 95% CI: 0.183 – 0.841), duration of RHD for less than 15 (AOR=4.190, 95% CI: 0.851 – 20.631) are independent predictors of adherence. Our study demonstrated medium to low medication adherence in the Morisky Medication Adherence Scale among rheumatic heart disease patients. Asian J. Med. Biol. Res. June 2019, 5(3): 186-191


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document