morisky medication adherence scale
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

111
(FIVE YEARS 30)

H-INDEX

17
(FIVE YEARS 1)

2021 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 78
Author(s):  
Rahmat Bakhtiar ◽  
Yusuf Muladi ◽  
Annisa Tamaya ◽  
Aisyah Utari ◽  
Rita Yuliana ◽  
...  

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah utama kesehatan ibu dan menjadi program prioritas di Indonesia. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) adalah intervensi cost effective yang secara signifikan menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil. Ketidakpatuhan dan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya mengkonsumsi TTD secara teratur menjadi hambatan dalam program ibu hamil bebas anemia. Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu hamil anemia mengenai informasi penting suplemen Fe dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD sesuai dosis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross sectional. Sebanyak 48 ibu hamil anemia yang melakukan antenatal care yang  teregister pada kohor ibu  dari bulan Januari–Mei 2019 dijadikan sebagai sampel. Variabel penelitian adalah pengetahuan tentang pesan penting TTD dan kepatuhan menelan TTD yang diukur dengan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Sebagian besar ibu hamil anemia berusia 20-30 tahun, pendidikan SMA dan PT, bekerja, berpenghasilan baik. Pengetahuan tentang pesan pesan penting cukup baik dan lebih dari separuh ibu hamil anemia mengkonsumsi TTD secara rutin setiap hari selama tiga bulan. Pengetahuan ibu hamil anemia tentang informasi penting tentang TTD meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi TTD. Monitoring kepatuhan dan penggunaan TTD sesuai dosis sangat diperlukan agar ibu hamil dan bayinya bebas dari dampak buruk anemia.


2021 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 316-321
Author(s):  
Lucy Pocohuanca-Ancco ◽  
Juan Villacorta ◽  
Yamilée Hurtado-Roca

Introducción: La falta de adherencia a la terapia antihipertensiva contribuye directamente a que los pacientes coexistan con hipertensión, desencadenando mayor riesgo de morbilidad y mortalidad. Así, la falta de adherencia al tratamiento se convierte en una de las principales causas de hipertensión no controlada en la población. Evaluamos los factores asociados a la no-adherencia al tratamiento antihipertensivo en pacientes de cardiología de un hospital de EsSalud en San Juan de Lurigancho-Lima, durante el 2017. Material y Métodos: Estudio analítico-transversal, se incluyeron pacientes que acudieron a consultorio externo de cardiología con historia previa de hipertensión esencial y se excluyeron hipertensión secundaria por otras causas biológicas. Se utilizó el Test de Morisky-Green Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-4) para evaluar la no-adherencia al tratamiento antihipertensivo. Resultados: De los 270 participantes de estudio, el 69% (n=185) eran adultos mayores de 65 años, 46% (n=124) varones y el 76% (n=118) tenían pareja estable. Entre los antecedentes clínicos, el 60% (n=122) reportó diagnóstico clínico de hipertensión arterial, el 30% (n=80) de diabetes mellitus tipo II y el 27% (n=73) no-adherencia al tratamiento. Los factores asociados a la no-adherencia de tratamiento fueron sexo masculino (ORa: 0,45, IC95% 0,20-1,04), trabajador independiente (ORa:3,88, IC95% 1,51-9,97), IMC mayor de 30 (ORa:0,23, IC95% 0,07-0,70). Conclusiones: en los pacientes con diagnóstico de hipertensión esencial existen factores de riesgo modificables y no modificables asociados a la no-adherencia al tratamiento. Se deben considerar estos factores para implementar estrategias de tamizaje y focalizar las intervenciones para adherir a los pacientes renuentes a su tratamiento.


Author(s):  
Aline Castelo Girão ◽  
Thereza Maria Magalhães Moreira ◽  
Juliana Rodrigues Da Silva ◽  
Emiliana Bezerra Gomes ◽  
Gilliane Ferreira Da Silva ◽  
...  

Objetivo: Analisar a associação entre adesão ao tratamento e letramento funcional em saúde em hipertensos. Métodos: Estudo transversal, descritivo, realizado na atenção primária em saúde, com 242 hipertensos. Na coleta de dados, foram utilizados o Questionário de adesão ao tratamento da hipertensão arterial e o Morisky Medication Adherence Scale ambos sobre adesão terapêutica e o Short Assessment of Health Literacy for Portuguese-Speaking Adults sobre letramento em saúde. Para a análise descritiva e inferencial, foi usado o software IBM SPSS®, com significância estatística de 5%. Resultados: Os níveis de adesão dos questionários foram diferentes e o letramento em saúde inadequado, sem associação significativa. Conclusão: O letramento funcional em saúde demonstrou alguma influência na adesão, mesmo sem associação significativa, devendo ser considerada na promoção da adesão e na redução de riscos a hipertensos na atenção primária à saúde.


2021 ◽  
Vol 10 (8) ◽  
pp. 9088-9095
Author(s):  
Yanfeng Zhang ◽  
Rongrong Wang ◽  
Qiming Chen ◽  
Sizhe Dong ◽  
Xuejiao Guo ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Riris Nur Rizqiya

TB Paru adalah penyebab utama penyakit di antara 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia. Pengobatan TB minimal memerlukan waktu 6 bulan sehingga memerlukan dukungan sosial yang baik kepada penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Penelitian ini menggunakan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 67 pasien TB Paru dengan teknik pengambilan datanya menggunakan teknik simple random sampling didapatkan 45 sampel. Instrumen stigma masyarakat menggunakan kuesioner Internalized Stigma of Mental Illness (ISMI) dengan r tabel 0,62 dan reliabilitas 0,964 didapatkan 28 item yang valid. Instrumen kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dengan r tabel 0.8 dan reliabilitas 0,7 didapatkan 8 item yang valid. Uji etika penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember dengan nomor: No.3561/UN25.1.14/SP/2020. Analisis data yang digunakan adalah uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru (p-value = 0,404;CI=95%).Data demografi pasien didapatkan usia responden TB Paru dengan nilai median 48.00 (Q1, Q3;35.00,61.00) dengan min-max 15-70 dan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu 30 responden (66.7%). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara sitgma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Puskesmas telah meningkatkan program edukasi tentang penyakit TB Paru dan pencegahannya dimungkinkan menjadi salah satu menurunnya stigma pada pasien TB Paru. Dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien ditandai dengan adanya pendampingan ketika berobat ke Puskesmas. Puskesmas memiliki peran penting dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien TB Paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata kunci: tuberkulosis paru, stigma masyarakat, kepatuhan minum obat.HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PUHJARAK KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 40-46
Author(s):  
Tsara Syarifah Istiqomah ◽  
Julia Ramadhanti ◽  
Kurnia Wahyudi

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum. Penyakit ini termasuk penyakit tidak menular dan tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan mengonsumsi obat anti hipertensi secara teratur. Rendahnya kepatuhan minum obat dapat menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proporsi kepatuhan minum obat anti hipertensi di Puskesmas Jatinangor dengan menggunakan kuesioner Eight-Items Morisky Medication Adherence Scale. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2017 hingga Agustus 2018 dengan menggunakan metode deskriptif analitik dan rancangan penelitian potong lintang. Dari 74 responden yang mengisi kuesioner MMAS-8, diperoleh data jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, pendapatan, media pembayaran, durasi hipertensi, jumlah obat yang dikonsumsi, jenis obat, dukungan motivasi, serta tingkat kepatuhan. Sebanyak 74 pasien hipertensi di Puskesmas Jatinangor memiliki kepatuhan tinggi dalam meminum obat anti hipertensi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kepatuhan obat, khususnya kepatuhan obat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor.


Author(s):  
Md Azharuddin ◽  
Mohammad Adil ◽  
Manju Sharma ◽  
Bishal Gyawali

Objective: There is lack of evidence on the burden of and factors associated with non-adherence to anti-diabetic medication among individuals living with diabetes in low-and middle-income countries (LMICs). Therefore, we carried out a systematic literature review and meta-analytic synthesis to estimate non-adherence to anti-diabetic medication reported among adults in LMICs and to explore factors affecting non-adherence. Methods: We systematically searched MEDLINE and Embase to identify studies investigating non-adherence to anti-diabetic medications published between January 2000 and May 2020. Cross-sectional studies that had been conducted among individuals with diabetes in LMICs were eligible for the selection process. Critical appraisal of the included studies was carried out using the Newcastle Ottawa Scale. Meta-analysis was carried out using Stata 14.2. Random effects model was used to compute the pooled proportion at 95% confidence interval. Results: Forty-three studies met the inclusion criteria, of which 13 studies were used in meta-analysis. The pooled proportion of non-adherence to anti-diabetic medications using the eight-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) was 43.4% (95% CI: 17.5–69.4; p=0.000) and 29.1% (95% CI: 19.8–38.4; p=0.000) when using the cut-off at 80 or 90%. The pooled proportion of non-adherence was 29.5% (95% CI: 25.5–33.5; p=0.098) when using the four-item Morisky Medication Adherence Scale. The factors for non-adherence based on World Health Organization demonstrated considerable variation of non-adherence to ant-diabetic medication in LMICs depending on the methods used to estimate non-adherence. Conclusions: These findings demonstrate a significantly higher proportion of medication non-adherence among individuals with diabetes in LMIC settings when MMAS-8 item scale was used and low when 80-90% cut-off scales were used. Various factors, such as disease factors, therapy-related factors, healthcare system factor, patient-centered factors, and social and economic factors contributed to non-adherence. Therefore, comprehensive multifaceted strategies are urgently needed to address factors associated with anti-diabetic medication non-adherence.


2021 ◽  
Vol 53 (2) ◽  
pp. 101942
Author(s):  
Pablo Martinez-Perez ◽  
Domingo Orozco-Beltrán ◽  
Francisco Pomares-Gomez ◽  
Juan L. Hernández-Rizo ◽  
Anna Borras-Gallen ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 62 (1) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Bernadett Varga ◽  
Tímea Stromajer-Rácz ◽  
Ágnesi Bornemisza ◽  
Marianna Lukács-Horváth ◽  
Melinda Csima

Bevezetés: A hipertónia előfordulásának magas gyakorisága a fejlett és fejlődő országokban egyaránt jelentős népegészségügyi problémának számít. Megelőzésében számottevő szerepe van azoknak az ismereteknek, készségeknek, melyek az egészségműveltség részeként az egészségtudatos magatartáson keresztül fejtik ki hatásukat. Vizsgálatunk célja felmérni a 45 évnél idősebb, magasvérnyomás-betegséggel élők egészségműveltségét, terápiahűségét, valamint egészségmagatartását. Módszertan: Keresztmetszeti, kvantitatív, leíró vizsgálatunkat kérdőíves lekérdezés keretében 2019. február-június között folytattuk le. A kutatásba 45 évnél idősebb, Kaposváron élő, hipertóniával diagnosztizált betegeket vontunk be egyszerű, nem véletlenszerű mintavétel alkalmazásával (n=143). Kutatási eszközünk saját szerkesztésű kérdések (szociodemográfiai ismérvek, egészségmagatartásra vonatkozó kérdések) mellett a nemzetközi szakirodalomban alkalmazott, standardizált kérdéseket (Health Literacy EU Q16, Morisky Medication Adherence Scale (8-item) (MMAS)) is tartalmazott. A minta jellemzését leíró statisztikával, a változók közötti kapcsolatok vizsgálatát matematikai statisztikai próbákkal (χ²-próba, lineáris regresszió, ANOVA, független T-próba) végeztük el. Vizsgálataink során a szignifikanciaszintet p<0,05 határoztuk meg. Eredmények: Az egészségműveltség fokára legerőteljesebben a legmagasabb iskolai végzettség (p=0,005) hat, mely az egészségműveltség mindhárom dimenziójában („Egészségügyi rendszerrel kapcsolatos kompetencia”, „Prevenció”, „Egészségfejlesztés”) megtartotta differenciáló hatását. Nagymértékű különbségek mutathatók ki továbbá az alacsony és a magas terápiahűséget mutató válaszadók egészségműveltsége között (alacsony terápiahűség átlagpontszám: 37,52; magas terápiahűség átlagpontszám: 42,82; p=0,040). Az egészségmagatartás és az egészségműveltség közötti kapcsolat vizsgálata során elsősorban az „Egészségügyi rendszerrel kapcsolatos kompetencia” al-index és a rizikómagatartás (dohányzás, alkoholfogyasztás, fizikai inaktivitás) között találtunk összefüggést: a rizikómagatartás jellemzően alacsonyabb szintű egészségműveltséggel jár együtt (p<0,05). Következtetések: A hipertóniás betegek körében végzett vizsgálatunk ráirányította a figyelmet az egészségműveltség és a terápiahűség közötti kapcsolatra: a magasabb szintű egészségműveltség jellemzően magasabb fokú terápiahűséggel jár együtt. A prevenciós céllal végzett egészségfejlesztő beavatkozások tervezése és végrehajtása során ezért figyelembe kell venni a kognitív képességek közötti különbséget, főként az alacsony egészségügyi ismeretekkel rendelkező betegek esetén, melynek eredményeként egészségműveltségük fejlődik, és egészségtudatosabb magatartás alakul ki náluk.


2020 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Marisa Anggraini ◽  
Firhat Esfandiari ◽  
Muhamad Rizky Arahman

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh. Untuk menekan jumlah virus dalam darah maka harus memulai terapi pengobatan antiretroviral. Lelaki Seks Lelaki (LSL) merupakan faktor risiko tertinggi dalam penularan HIV dan salah satu cara untuk mengetahui kriteria imunologis seseorang terinfeksi HIV adalah dengan mengukur kadar CD4 setelah pengobatan pasca 6-12 bulan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepatuhan minum obat antiretroviralpasca 6-12 bulan dengan kadar CD4pada Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian analitik observasional dengan pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner baku Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Jumlah populasi merupakan seluruh Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang terinfeksi HIV di Bandar Lampung dengan sampel didapatkan 37 responden. Uji univariat tingkat kepatuhan minum obat antiretroviral kategori tidak patuh sebanyak 19 orang dan kategori patuh sebanyak 18 orang. Hasil uji bivariat didapatkan nilai p value = 0,001. Terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat antiretroviral dengan kadar CD4pada Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document