scholarly journals HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PUHJARAK KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Riris Nur Rizqiya

TB Paru adalah penyebab utama penyakit di antara 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia. Pengobatan TB minimal memerlukan waktu 6 bulan sehingga memerlukan dukungan sosial yang baik kepada penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Penelitian ini menggunakan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 67 pasien TB Paru dengan teknik pengambilan datanya menggunakan teknik simple random sampling didapatkan 45 sampel. Instrumen stigma masyarakat menggunakan kuesioner Internalized Stigma of Mental Illness (ISMI) dengan r tabel 0,62 dan reliabilitas 0,964 didapatkan 28 item yang valid. Instrumen kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dengan r tabel 0.8 dan reliabilitas 0,7 didapatkan 8 item yang valid. Uji etika penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember dengan nomor: No.3561/UN25.1.14/SP/2020. Analisis data yang digunakan adalah uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru (p-value = 0,404;CI=95%).Data demografi pasien didapatkan usia responden TB Paru dengan nilai median 48.00 (Q1, Q3;35.00,61.00) dengan min-max 15-70 dan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu 30 responden (66.7%). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara sitgma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Puskesmas telah meningkatkan program edukasi tentang penyakit TB Paru dan pencegahannya dimungkinkan menjadi salah satu menurunnya stigma pada pasien TB Paru. Dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien ditandai dengan adanya pendampingan ketika berobat ke Puskesmas. Puskesmas memiliki peran penting dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien TB Paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata kunci: tuberkulosis paru, stigma masyarakat, kepatuhan minum obat.HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PUHJARAK KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI

2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Benny Arief Sulistyanto ◽  
Mukti Lestari Madyoratri

Abstrak. Kepatuhan pengobatan hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-demogafik. Perbedaan fasilitas penunjuang kesehatan pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi mengakibatkan tidak meratanya informasi dan pengobatan terkait hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan letak geografis dengan tingkat kepatuhan pengobatan hipertensi di Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini merupakan studi deskirptif dengan pendekatan cross-sectional. Kuesioner The 8-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) versi Bahasa Indonesia digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan hipertensi pada 65 responden di daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Hasil penelitian ini menemukan bahwa letak geografis mempunyai korelasi terhadap kepatuhan pengobatan hipertensi (p-value < 0,01). Petugas kesehatan hendaknya menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan khususnya yang berlokasi di dataran rendah. Namun demikian, peningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di dataran tinggi tidak boleh diabaikan Kata kunci: kepatuhan pengobatan, hipertensi, MMAS-8, letak geografis Relationship between Geographical Location and Medication Adherence in Hypertensive Patients in Pekalongan DistrictAbstract. Medication adherence among hypertensive patients can be influenced by socio-demographic factors. The differences in health care facilities in the lowlands and highlands create a gap of information and treatment related to hypertension treatments. The purpose of this study is to identify the relationship between geographical location and medication adherence in Pekalongan Regency. A descriptive study with a cross-sectional approach was used. The Indonesian version of the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) questionnaire was used to measure the adherence of medication treatment among 65 respondents in the highlands and lowlands. The results of this study revealed that geographical location was highly correlated with medication adherence (p-value <0.01). Health workers should use various methods to improve medication adherence, especially those located in the lowlands. Although, improving the quality and quantity of health facilities in the highlands should not be ignored Keywords: medication adherence, hypertension, MMAS-8, geographical location


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
I Nyoman Purnawan

<p>ABSTRAK<br />Kepatuhan terhadap pengobatan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan terapi penderita hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan dan menganalisis faktor yang berhubungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Gianyar-Bali pada bulan Mei-Juni 2015. Populasi adalah seluruh penderita hipertensi yang tercatat dalam data rekam medis di Puskesmas Payangan. Prosedur pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner di rumah penderita hipertensi. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale-8). Faktor predisposisi,faktor pemungkin dan faktor penguat dianalisis sebagai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan dari total 242 responden yang dilibatkan dalam penelitian diketahui bahwa 41,32% patuh dan 58,68% tidak patuh melakukan pengobatan. Terdapat hubungan bermakna antara komorbiditas (p=0,007) dan ketersediaan obat (p=0,045) dengan kepatuhan berobat. Berdasarkan analisis regresi logistik diketahui bahwa komorbiditas merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan berobat (p=0,006, OR=3,943, CI 95%=1,470-10,575). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kepatuhan berobat pasien hipertensi masih rendah. Untuk memaksimalkan kepatuhan, perlu meningkatkan interaksi profesional kesehatan diantara pasien tanpa komorbiditas.<br />Kata Kunci: kepatuhan berobat, hipertensi, MMAS-8, Puskesmas, Payangan, Bali<br />ABSTRACT<br />For patients with hypertension, adherence to treatment is one of the factors that determines the success of therapy. A survey was conducted to identify adherence patterns and explore predisposing, enabling and amplifying factors that associated with adherence to treatment among hypertensive patients. A cross-sectional study was conducted among hypertensive patients registered in Payangan village health center medical records. Respondents were selected using simple random sampling from the register. Data were collected in May-June 2015 through interviews at patient homes. Adherence to treatment was measured using MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) containing 8 questions. Sociodemographic factors, knowledge, comorbidities, family history of hypertension and attitude to treatment were predisposing factors explored. Availability of drugs, accessibility of drug, perception of distance, availability of transportation, ease of drug consumption were enabling factors explored. Family support, health worker support, health insurance, exposure to health information were reinforcing factors explored. We constructed a Chi-square test and logistic regression model to explore as factors associated with adherence. Results of 242 respondents, 41.32% were adherent and 58.68% were non-adherent to treatment. Factors included having comorbidities (p value=0.007) and availability of drugs (p value=0.045) have a associate with adherence. Using a logistic regression model, comorbidities have most dominant to associated with adherence to treatment (p value=0.006, OR=3.943, CI 95%=1.470-10.575). Adherence to treatment is low among hypertensive patients. The existence of comorbidities associated with adherence to treatment. To maximize likelihood of adherence, need to improve the health professional interaction among non-comorbidities patients.<br />Keywords: adherence to treatment, hypertension, MMAS-8, healthcare center, Payangan, Bali</p>


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 92-99
Author(s):  
Aminah Aatinaa Adhyatma

Deteksi dini kanker serviks salah satunya melalui pemeriksaan Pap Smear, sebagai pemeriksaan sitologi untuk melihat adanya keganasan pada epitel serviks/ porsio. Salah satu masalah pelaksanaan Pap Smear umunya masih disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pemeriksaan Pap Smear. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan motivasi melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Jetis Wilayah Kerja Puskesmas Jimbaran Tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik secara Cross Sectional pada wanita usia subur usia 35-40 tahun di Desa Jetis sebanyak 87 responden diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner serta analisis data dengan menggunakan uji korelasi KendallTau (τ).Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang Pap Smear kurang yaitu sebesar 62,1% sedangkan motivasi responden untuk melakukan pemeriksaan pap smear sebagian besar rendah yaitu sebesar 86,2%. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear (p value <0,05) dan nilai τ = 0,281 memiliki makna ada hubungan arah positif, hal ini berarti perubahan pengetahuan yang baik akan mempengaruhi motivasi yang tinggi untuk melakukan pemeriksaan pap smear.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Basok Buhari ◽  
Susi Widiawati ◽  
Anggi Ellijayanti

Latar Belakang: Praktik klinik merupakan proses pembelajaran di rumah sakit yang bertujuan untuk mengenal lebih awal bagi mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk mengenal proses keperawatan. Lingkungan klinik rumah sakit merupakan satu-satunya sumber kecemasan terbesar bagi kalangan mahasiswa keperawatan Praktik klinik ini akan menimbulkan kecemasan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran preceptor dan pengetahuan mahasiswa dengan kecemasan mahasiswa terhadap pembelajaran praktik klinik dirumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Subjek yang diteliti adalah mahasiswa keperawatan yang praktik klinik di RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini telah dilakukan pada Tanggal 16 s/d 20 Juli Tahun 2019 dengan 6 Ruang Rawat Inap. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling sebanyak 43 responden. Metode pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa terdapat 28 (65,1%) responden menyatakan peran preceptor baik, 25 (58,1%) responden memiliki pengetahuan yang baik dan 27 (62,8%) responden memiliki tingkat kecemasan normal terhadap pembelajaran praktik klinik di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2019. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan mahasiswa dengan kecemasan mahasiswa terhadap pembelajaran praktik klinik di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2019 (P-Value= 0,000). Saran: Diharapkan RSUD Raden Mattaher Jambi melakukan pelatihan secara berkala bagi preceptor. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit terkait peran preceptor dan pengetahuan mahasiswa yang dapat mempengaruhi kecemasan mahasiswa saat melakukan praktik klinik di Rumah Sakit. Kata Kunci: Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan, Kecemasan, Peran Preceptor


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Ria Wulandari ◽  
Sari Puspita

Latar belakang: Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah serius saat ini. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease atau the silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi atau tidak mengetahui sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Tujuan: untuk mengetahui hubungan Pengetahuan, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam menjalani pengobatan di Puskesmas. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan metode survey analilitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 65 orang dengan menggunakan tehnik simple random sampling. Hasil: Dari hasil analisa diperoleh bahwa ada hubungan pengetahuan (p-value 0,00), dukungan keluarga (p-value 0,00), peran petugas kesehatan (p-value 0,00), dengan dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam menjalani pengobatan. Saran: Disarankan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas untuk melakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan tentang faktor-faktor resiko dan upaya pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan masyarakat dan mengatur strategi untuk penanganan hipertensi dengan mengaktifkan kader PTM dengan melakukan screening sejak dini. Kata kunci    : Hipertensi, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Peran Petugas.


Author(s):  
Indra Agussamad ◽  
Maya Sari

Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan.WHO (2013) mencatat, dari 39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Di Indonesia, perawat juga merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan jumlah sampel 72 perawat dengan menggunakan teknik simple random sampling,dan penelitian ini secara univariat dan bivariat dengan Chy-Square yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pengawasan, motivasi, sikap dan ketersediaan alat terhadap kepatuhan perawat rawat inap dalam menggunakan alat pelindung diri dengan(p-value< 0,05).


2021 ◽  
Vol 6 (12) ◽  
pp. 6073
Author(s):  
Atni Primanadini ◽  
Cast Torizellia ◽  
Lisa Setia

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yang disebabkan oleh virus Sars Cov-2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan perilaku gerakan mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker terhadap angka kejadian Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel pada satu waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Indrasari yang berjumlah 5444 orang, sampel sebanyak 400 responden dengan tehnik pengambilan sampel Simple Random Sampling. Hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh yang antara pengetahuan (p-value= 0,000, OR=0,18) dan perilaku (p-value=0,000, OR=0,29) gerakan 3M terhadap angka kejadian Covid-19. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku gerakan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak terhadap angka kejadian Covid-19


2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
I Gusti Bagus Magitojaya ◽  
Jehosua S. V. Sinolungan ◽  
Lydia David

Abstract: Nowadays, phenomeneon of juvenile delinquency has been spreading widely. Particularly to students, they usually perform juvenile delinquency that would harm themselves and finally trouble their minds due to consquences they are going to face. This study aimed to investigate the comparison of anxiety levels among students who performed juvenile delinquency. This was an analytical observational study with a cross sectional design. Subjects were 86 students of Swadharma Mopugad High School and Swadharma Werdhi Agung Senior High School obtained by using simple random sampling. Data were analyzed by using T independent test with α=0.005. The T independent test showed a t value of 0.457 and a p value of 0.649 (> 0.005) which indicated that there was no significant difference of anxiety levels among students who performed juvenile delinquency in both high schools. Conclusion: There was no significant difference between anxiety levels of students who performed juvenile delinquency in Swadharma Mopugad Senior High School and Swadharma Werdhi Agung Senior High School.Keywords: juvenile delinquency, anxietyAbstrak: Fenomena kenakalan remaja makin meluas dewasa ini. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kecemasan pada siswa yang melakukannya mengingat sanksi yang bisa diperoleh akibat perbuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecemasan siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling. Subyek penelitian ialah siswa kelas XI SMA Swadharma Mopugad dan siswa kelas XI SMA Swadharma Werdhi Agung dengan jumlah total 86 siswa. Data dianalisis dengan uji T Independent (α = 0,005). Hasil uji T Independent mendapatkan nilai t sebesar 0,457, p = 0,649, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Swadharma Mopugad dan SMA Swadharma Werdhi Agung. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna pada siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Swadharma Mopugad dan SMA Swadharma Werdhi Agung.Kata kunci: kenakalan remaja, kecemasan


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Norhalida Rahmi ◽  
Syamsul Arifin ◽  
Endang Pertiwiwati

ABSTRAKSkabies merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei var hominis (Sarcoptes sp.). Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Salah satu dampak kejadian skabies yaitu personal hygiene yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit skabies pada santri Wustho di Pondok (SMP) Pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru. Metode penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional.Tteknik sampling menggunakan probality sampling dengan simple random sampling. Populasi penelitian adalah seluruh santri wustho kelas 1 yang berasrama sebanyak 341 santri. Sampel yang digunakan ada 184 santri yang berasrama.H asil analisis didapatkan personal hygiene baik terkena skabies 24% dan personal hygiene baik tidak terkena skabies 76%. Personal hygiene buruk terkena skabies 53% dan personal hygiene buruk tidak terkena skabies 47 %. Hasil uji chi- square didapatkan nilai= 0,000 (r) = 12.590. Kesimpulan penelitian ini personal hygiene berhubungan dengan kejadian skabies. Hygiene perseorangan merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian skabies.Kata- kata kunci : personal hygiene, skabies, pesantren.ABSTRACTScabies is a contagious infectious disease caused by infection and sensitization by Sarcoptes scabei var hominis mites (Sarcoptes sp.). transmission can occur directly and indirectly. one of the effects of scabies is poor personal hygiene. To determine the correlation personal hygiene with incidence of scabies in Islamic boarding Wustho students (SMP) Al Falah Putera Banjarbaru. This study was a correlational study with cross-sectional approach, using sampling techniques probality sampling with simple random sampling. The population was all studentswere Islamic boarding wustho in first class as many as 341 students. Total respondent were 184 students in Islamic boarding. Analysis of the Personal hygiene exposed to scabies 24% good, good personal hygiene was not affected by scabies 76%. Personal hygiene badly affected by scabies 53%, poor personal hygiene was not affected by scabies 47%. Result of correlation chisquare test p value = 0.000 and (r) = 12.590. personal hygiene associated with the incidence ofscabies. Personal hygiene was one of effort that can prevent the incidence of scabies.Keywords: personal hygiene, scabies, islamic boarding.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Uttami A Suca ◽  
Nur Alam Fajar ◽  
Haerawati Idris

Latar Belakang: Kejadian stunting di negara berkembang terjadi pada sepertiga anak di bawah 5 tahun, dan 14% kematian anak-anak disebabkan oleh stunting. Menurut Unicef (2003) stunting sangat berhubungan dengan kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Kota Palembang pada Maret 2018 tercatat sebesar 12,18 persen (BPS, 2018). Dari aspek biologis, tinggi badan ibu menjadi penting untuk diteliti karena orang tua tentunya dapat menurunkan stunting dari gen pembawa kromosom sebagai penentu fisik anak, ditambah tidak adekuatnya asupan gizi (Kuku, 2011). Dari aspek psikologis, stunting erat kaitannya dengan pola asuh yang tidak memadai. Menurut Hurlock (1999) pola asuh dapat dipengaruhi oleh kepribadian ibu. Aspek psikologis lainnya yaitu, usia persalinan (Candra, 2011) dan peran ganda (Andiani 2013).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat  hubungan antara aspek biologis yakni dari tinggi badan ibu dan aspek psikologis yakni usia persalinan, peran ganda dan kepribadian ibu terhadap stunting.Metode: Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di kota Palembang pada 110 ibu dari keluarga miskin yang memiliki balita usia 24-59 bulan yang dipilih secara simple random sampling. Pengumpulan data usia, peran ganda, dan keperibadian ibu dengan menggunakan kuisioner, untuk variabel tinggi badan ibu dan stunting dengan pengukuran menggunakan microtoise.Hasil: Didapatkan bahwa p value tiggi badan ibu adalah  0,006 (p<0,05) dengan OR 3,606 (CI 95: 1,517-8,572) dan kepribadian ibu dengan nilai p value 0.035 (p<0,05) OR: 0,27 (CI 95:0,086-0,849). Sementara itu, usia persalinan terhadap stunting didapatkan p value 0,99 (p>0,005) dan peran ganda terhadap stunting didapatkan p value 0,464 (p>0,005).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dan tipe kepribadian ibu terhadap stunting, sementara itu untuk usia persalinan dan peran ganda diketahui tidak berhubungan terhadap kejadian stunting. Disarankan dapat dilakukan modifikasi dalam penyuluhan dan pemberian informasi kepada masyarakat menurut tipe kepribadian ibu.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document