scholarly journals Optimalisasi Pelaksanaan Discharge Planning Melalui Pengembangan Model Discharge Planning Terintegrasi Pelayanan Keperawatan

2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Ratna Agustin

AbstrakDischarge planning merupakan suatu bentuk perilaku perawat dalam pelayanan keperawatan. Sering dijumpai pelaksanaan discharge planning hanya diberikan pada saat pasien akan pulang dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model discharge planning terintegrasi. Penelitian dilakukan melalui 2 tahapan, tahap pertama adalah penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan survei yang bertujuan untuk tersusunnya pengembangan model discharge planning terintegrasi melalui berfikir deduktif induktif, yaitu dengan kajian literature terkait, kajian Standar Operasional Prosedur, dan survei pelaksanaan discharge planning. Penelitian tahap kedua, mengujicobakan pengembangan model discharge planning terintegrasi. Pengambilan sampel pada penelitian tahap pertama menggunakan proporsional random sampling sedangkan pada penelitian tahap kedua menggunakan simple random sampling. Data pada penelitian tahap pertama dianalisis secara deskriptif. Data pada penelitian tahap kedua dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Hasil penelitian pada tahap pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan discharge planning dilaksanakan pada tahapan yang penting saja. Hasil penelitian tahap kedua dengan uji statistik Wilcoon Signed Rank Test membuktikan bahwa model discharge planning terintegrasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan perawat dalam pelaksanaan discharge planning (p=0,004; α ≤ 0,05). Adanya pengembangan model discharge planning terintegrasi menyebabkan penerapan discharge planning dapat terlaksananya sebagaimana mestinya terutama pada tahapan yang sering diabaikan oleh perawat. Pengembangan model discharge planning dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang discharge planning berkelanjutan pada rujukan pelayanan kesehatan yang lain maupun home care. Kata Kunci: discharge planning, pengembangan model, terintegrasi

2019 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 84-92 ◽  
Author(s):  
Nisha Dharmayanti Rinarto

Promosi kesehatan tentang P3K di sekolah berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang P3K pada kegawatdaruratan. Promosi kesehatan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku promosi kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan di SMK KAL-1 Surabaya. Sampel penelitian dengan teknik Simple Random Sampling didapatkan sebanyak 39 responden. Metode yang digunakan adalah Pre Eksperimental dengan pendekatan One Grup Pretes-Postest. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan guru sebelum diberikan promosi kesehatan dengan nilai rata-rata 1,38 dan setelah diberikan promosi kesehatan didapat nilai rata-rata 2,54. Hasil uji statistik diperoleh hasil Asymp. Sig 0,001 > α 0,05 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna. Analisis lebih lanjut didapatkan ada pengaruh promosi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan guru, dengan demikian diharapkan agar sekolah mengusulkan kepada UPTD terkait untuk pengadaan pelatihan P3K di sekolah.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 116
Author(s):  
Arif Yulinda

Kanker payudara merupakan kanker penyebab kematian tertinggi nomor 2 setelah kanker leher rahim. Saat ini, kanker payudara sudah mulai menyerang remaja. Namun remaja masih memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan pada remaja putri di SMKN Negeri 5 Surabaya. Penelitian ini bersifat observational dengan desain cross-sectional dan analitik. Populasi penelitian adalah sebesar 100 orang. Besar sampel ditentukan dengan metode simple random sampling dan diperoleh 80 orang. Data didapatkan melalui penilaian pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan. Hasil penilaian menunjukkan terdapat peningkatan tingkat pengetahuan. Remaja putri dengan tingkat pengetahuan baik meningkat dari 64 orang (80%) menjadi 75 orang (83,75%). Dan tingkat pengetahuan cukup dari 16 orang (20%) menjadi  5 orang (6,25%). Hasil uji statistika dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa nilai p value (0,000) > α (0,05). Artinya bahwa terdapat perbedaan antara pengetahuanvsebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan. Disarankan kepada remaja putri untuk melakukan SADARI secara rutin dan sekolah melakukan penyuluhan kesehatan siswanya. Kata kunci: kanker payudara, SADARI, pengetahuan, penyuluhan


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Jaoharo Feralisa ◽  
Widiharti Widiharti

Gejala insomnia sering terjadi pada lansia, bahkan hampir setengah dari jumlah lansia mengalami kesulitan memulai tidur dalam mempertahankan tidurnya. Tujuan penelitian ini untuk Menganalisis Perbedaan Kejadian Insomnia Pada Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Air Hangat Pada Kaki Di Dusun Bukabu Sumenep. penelitian yang digunakan adalah Pra Eksperimen, dengan jenis penelitian One Grup Pre-Post Test Design. Populasinya adalah semua lansia yang mengalami insomnia. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian analisis menunjukkan bahwa hampir setengahnya tingkat insomnia sebelum diberikan terapi air hangat adalah sedang sebanyak 38 lansia (48%), sebagian besar tingkat insomnia lansia sesudah dilakukan terapi air hangat adalah ringan 42 lansia (53%). Hasil analisis perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah dilakukan terapi air hangat diperoleh nilai p value (0,000) < (0,05) yang berarti Ho ditolak Ha diterima. Terapi air hangat dapat digunakan sebagai alternativ untuk mengurangi insomnia lansia.


2020 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
Author(s):  
Titin Dewi Sartika Silaban ◽  
Arni Amir ◽  
Defrin Defrin

Abstrak Menstruasi sering menimbulkan masalah salah seperti dismenorhea yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas pada wanita usia subur. Madu merupakan minuman herbal yang memiliki banyak kandungan seperti glukosa, fruktosa, flavanoid dan lain sebagainya yang baik bagi kesehatan tubuh. Tujuan: Menentukan pengaruh pemberian madu murni kaliandra terhadap perubahan derajat dismenorhea pada remaja putri. Metode: Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-postest di Poltekses Kemenkes Padang dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada bulan akhir Januari 2018 sampai April 2019. Sampel dipilih secara simple random sampling dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklus,i sehingga didapatkan sampel berjumlah 36 remaja putri yang mengalami dismenorhea. Uji statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test dengan nilai p < 0,05 dianggap bermakna secara statistik. Hasil: Terdapat pengaruh pemberian madu murni kaliandra terhadap perubahan derajat dismenorhea dengan nilai p=0,000. Simpulan: Terdapat penurunan derajat dismenorhea setelah pemberian madu murni kaliandra pada remaja putri yang mengalami dismenorhea saat menstruasi. 


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 163-171
Author(s):  
Ika Purwanti ◽  
M Andre Marantika ◽  
A.A Sri Agung Adilatri

Selama proses penyusunan skripsi mahasiswa ditantang dan dilatih untuk melakukan serangkaian kegiatan yang bersifat ilmiah yang menguji suatu teori dan memecahkan suatu permasalahan dengan pola pikir yang kritis ( critical thinking).Stres mahasiswa dalam menyusun skripsi, disebabkan karena susahnya mencari referensi dan tekanan tugas yang deadline. Salah satu terapi untuk menurunkan stres adalah terapi senam otak (Brain Gym). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi senam otak (Brain Gym) terhadap tingkat stres mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimen dengan rancangan one group pre test-post test. Sampel dalam penelitian ini didapatkan 66 orang dengan tehnik simple random sampling. Penelitian dilaksanakan di Stikes Wira Medika Bali. Tingkat stres diukur dengan kuesioner DASS 42. Hasil penelitian didapatkan tingkat stres mahasiswa sebelum diberikan senam otak (Brain Gym) sebanyak 43 orang dengan kategori tingkat stres sedang, dan tingkat stres mahasiswa setelah diberikan terapi senam otak (Brain Gym) 50 orang dengan kategori tingkat stres ringan. Hasil uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kemaknaan 0,05 menunjukan nilai p = 0,000 < 0,05. Kesimpulan penelitian, ada pengaruh senam otak (Brain Gym) terhadap tingkat stres mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bagi yang mengalami stres dalam mengerjakan tugas akhir dapat menggunakan terapi senam otak (Brain Gym) tersebut untuk mengurangi tingkat stres.


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Ratna Agustin

AbstrakPengetahuan dan sikap pasien penyakit jantung koroner (PJK) tentang pencegahan kekambuhan masih kurang karena informasi pencegahan kekambuhan hanya diberikan kepada pasien yang akan pulang. Discharge planning bisa menjadi salah satu alternatif untuk mempersiapkan pasien dapat memahami masalah dan pencegahan perawatan yang harus dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Discharge planning terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan kekambuhan pada pasien penyakit jantung koroner.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment. Sampel total adalah 12 pasien penyakit jantung koroner yang termasuk dalam kriteria inklusi. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah discharge planning dan variabel terikatnya adalah pengetahuan dan perilaku pencegahan kambuh pada pasien penyakit jantung koroner. Data dianalisis dengan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05.Hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa pengetahuan kelompok perlakuan memiliki tingkat signifikansi p = 0,024 dan kelompok kontrol adalah p = 0,018. Sikap kelompok perlakuan menunjukkan p = 0,027 dan kelompok kontrol p = 0,414. Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa p = 0,002 untuk pengetahuan dan p = 0,002 untuk sikap.Dapat disimpulkan bahwa discharge planning berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan kekambuhan pada pasien penyakit jantung koroner. Studi lebih lanjut harus mengukur pengaruh discharge planning terhadap kepatuhan rehabilitasi jantung pada pasien penyakit jantung koroner. Kata kunci: discharge planning, pengetahuan, penyakit jantung koroner, sikap


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 46-60
Author(s):  
Gusti Ayu Indah Puspa Ranni ◽  
R. Tri Rahyuning Lestari ◽  
Niken Ayu Merna Eka Sari

Remaja merupakan individu yang menunjukkan tanda-tanda seksual  sekunder  sampai  mencapai  kematangan  seksual.  Kematangan  organ seksual dan perubahan hormonal menyebabkan munculnya dorongan seksual pada remaja  dalam  perilaku  seksual.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan seksual parnikah. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan quasi experiment dengan metode pendekatan non-equivalent control grup design. Pendekatan non- equivalent control grup design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 94 responden dengan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan sebanyak 47 (100%) dalam kategori baik sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 2 (4.0%) dalam kategori kurang, 32 (68.0%) dalam kategori cukup dan 13 ( 28.0% ) dalam kategori baik. Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diketahui p = 0,000 sehingga p<α nikai α= 0,05, maka H0 ditolak berarti ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan. Remaja diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan kesehatan, sehingga dapat melakukan pencegahan perilaku seksual pranikah.


2015 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Syarifah Nur Laili Siyam ◽  
Arlina Nurhapsari ◽  
Benni Benyamin

Background: Health education was an attempt to increase the knowledge of children to health problems. The provision of health education can be done through stimulation using Educational Educative Equipment (APE) form snakes and ladders game . One of the health problems that was unfamiliar to the child that is gingivitis. Purpose: This study was conducted to determine the effect of stimulation of gingivitis snakes and ladders game against the knowledge of children ages 8-11 years. Method: This research method using descriptive analytic with pre and post test design. Samples were collected using simple random sampling method comprising 102 respondents based on inclusion criteria of the SD N Kuningan 04. The independent variable is the stimulation of snakes and ladders game. The dependent variable is the child's knowledge about gingivitis. Data were collected using a questionnaire and analyzed the Wilcoxon Signed Rank test. Result: Based on the Wilcoxon Signed Rank test showed significance value 0.00 (p <0.05), so it can be concluded that health education using stimulation of snakes and ladders game has the effect to increase the knowledge of gingivitis in children. Conclusion: From these results it can be concluded that education using the stimulation of snakes and ladders game effect to increase children's knowledge about gingivitis.


Vidya Karya ◽  
2018 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Ince Raudhiah Zahra ◽  
Benyamin Matius ◽  
Abdul Hakim

Abstract. This study aims to determine the improvement of student’s problem solving skill after applying the problem based learning model and determine it’s effectiveness. This is a quantitative research with one group pretest-posttest design. Cluster random sampling was used, and 28 samples were obtained from one of high schools in Samarinda. The result of the analysis with Wilcoxon Signed Rank Test. The result showed that there’s a significant difference between students’ problem solving skill before and after the treatment, with the ­p-value 0,00 with significance 0,05. Generally, students’ problem solving skill increased from 8.5 to 29.5, with N-Gain of 0,2, which is classified as a low category. The highest gain was found in the ability of understanding the problem, with the ­N-Gain of 0,4, which is classified as a middle category. Meanwhile the indicator of students’ skill on planning problems, solving problems, and doing the re-check, were classified as low increasing category with N-Gain of 0,2. Based on calculation of effect size (d), which is 1,96 that is classified as a big category, the implementation of the treatment had a high effectiveness.   Keywords : Problem Based Learning, Problem Solving Skill, Simple Harmonic MotionAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model problem based learning dan mengetahui tingkat efektifitas dari penerapan model tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain one group pretest-posttest. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling, dengan sampel sebanyak 28 siswa dari salah satu sekolah SMA di Samarinda. Data dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah siswa saat pretest dan posttest dengan perolehan p-value 0,00 dan signifikansi 0,05. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami kenaikan dari 8,5 menjadi 29,5 dengan N-Gain 0,2 yang termasuk dalam kategori rendah. Peningkatan tertinggi diperoleh indikator memahami masalah dengan N-Gain 0,4 yang termasuk dalam kategori sedang, sedangkan indikator kemampuan siswa merencanakan masalah, menyelesaikan masalah dan melakukan pengecekkan kembali termasuk dalam kategori rendah dengan N-Gain 0,2. Tingkat efektivitas yang diperoleh termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai effect size (d) 1,96 yang termasuk dalam kategori besar.Kata Kunci : Problem Based Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah, Gerak Harmonik Sederhana


2019 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 19-26
Author(s):  
Muhtar Muhtar ◽  
Abdul Haris ◽  
Aniharyati Aniharyati

Latar Belakang: Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masarakat di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. Penerapan discharge planning terstruktur melalui 5 (lima) tahap langkah kegiatan dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan perilaku perawatan diri (self care) penderita TB paru selama menjalani pengobatan TB yang biasanya berlangsung sampai 6 bulan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh penerapan model discharge planning terstruktur dan home care dalam meningkatkan self care penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Metode: Menggunakan randomized control group pretest posttest design, penelitan ini melibatkan dua kelompok subjek yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang dilakukan randomisasi. Populasi dalam penelitan ini adalah semua penderita TB paru yang menjalani rawat inap di RSUD Bima selama tahun 2017 yang tersebar di dua ruangan yaitu ruangan penyakit dalam dan ruangan perawatan isolasi. Pengambilan sampel menggunakan tehnik non probability sampling yaitu purposive sampling. Analisis data menggunakan statistik non parametris  Wilcoxon sign rank test dan Mann-Whitney test, hipotesis alternatif diterima bila nilai p ≤ 0,05. Hasil: Self care demand dan self care agency penderita TB paru mengalami peningkatan, uji Wilcoxon Signed Rank Test dan uji Mann-Whitney Test menunjukan nilai p<0,05, yang berarti ada pengaruh penerapan model discharge planning terstruktur dan home care dalam meningkatkan self care penderita tuberkulosis. Kesimpulan: ada pengaruh penerapan model discharge planning terstruktur dan home care terhadap self care demand penderita TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Bima.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document