scholarly journals Broadband Network Fiber to the Home (FttH) Design for Improving Performance of Information and Telecommunication Network in Riau University

Author(s):  
Ery Safrianti ◽  
Linna Oktaviana Sari ◽  
Dwi Putra Retdha Yuhana

Increased demand for information and telecommunications at the University of Riau demanding reliable carrier network availability. Copper cable network that now exists less support for multimedia network performance. Therefore, it is necessary to design a new access networks. One alternative is to implement fiber optic technology Fiber to the Home (FttH). This research design a FttH network for information access needs on the campus site, located in Panam, Pekanbaru. The results show the needs of Optical Network Terminal (ONT) as many as 209 units and 34 units of Optical Distribution Point (ODP), using passive splitter 1: 8 type of wall. Optical Distribution Cabinet (ODC) 1 unit to serve all the region in UR with a capacity of 24 core, using ODC 144 type. Calculation of the sample data taken, showing the speed of each customer in the Engineering Faculty using FttH is approximately 3 Mbps. Link Budget Calculations indicate that power received by each faculty on average -23.17 dB, it can be concluded FttH network design is feasible and appropriate ethical standards that have been determined shall not exceed -28 dB. Attenuation of each faculty obtained the average value of -21.17 dB.  

2021 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 2212-2223
Author(s):  
Ardi Setiawan

This paper discuss about FTTH network analysis made by GPON technology and downstream estimation that use fiber optic cable for the media. The aim of analysis is do the installation engage GPON with downstream estimation which the estimation used for network advisability standard. This research make some different range, intend  for find out the peformance of closest and farthest distance. According to ITU-T G.984, network feasibility standard is more than -28dB, 10Gbps for the downstream and 2.5 Gbps for upstream. Show the result that distance and power affect to power link budget score and BER.


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Mahyar Koswara

Tumbuhnya pelanggan broadband berbasis jaringan Fiber To The Home (FTTH) ternyata dibarengi dengan banyaknya keluhan atau gangguan yang terjadi. Keluhan yang terjadi adalah lamanya waktu penyelesaian atau perbaikan gangguan dan sulitnya Teknisi masuk ke dalam rumah pelanggan saat melakukan perbaikan gangguan. Gangguan terbesar berada pada segmen antara Optical Distribution Point (ODP) dan Roset [1]. Gangguan yang terjadi pada segmen ini adalah sering terjadi putusnya kabel drop. Pada umumnya aktivitas yang dilakukan jika ada gangguan/putus kabel drop, baik itu di bagian outdoor maupun indoor proses perbaikannya kabel drop diganti mulai dari ODP sampai ke Roset. Hal ini tidak terlepas dari desain infrastruktur jaringan pelanggan FTTH [2]. Dalam desain jaringan pelanggan FTTH ini kabel drop ditarik dari port output adapter ODP yang berada di luar rumah sampai ke Roset yang berada di dalam rumah. Berdasarkan standar instalasi [3] [4] bahwa instalasi kabel drop dari ODP ke Roset harus melalui perangkat OTP. Pemasangan OTP bertujuan untuk mempermudah melokalisir gangguan dan demarkasi atau titik batas antara kabel bagian luar rumah (outdoor) dan bagian dalam rumah (indoor). Dengan dipasangnya ODP jika terjadi gangguan maka kabel yang terganggu itu saja yang dilakukan perbaikan atau penggatian dan hal ini akan menghemat/efesien dalam pemakaian kabel drop.


2016 ◽  
Vol 78 (3) ◽  
Author(s):  
Y. Taibin ◽  
Mandela A. A. ◽  
S.M Idrus ◽  
N. Zulkifli

Method of optimizing the optical network transmission in access network has been investigated in many years. Unidirectional optical transmission system is the earliest method of delivering the information. In recent years, bidirectional optical transmission system is the most popular network and shall be the first right of refusal to deploy nowadays. It is justify enough by the massive deployment of the popular state-of-the-art network named Passive Optical Network (PON) in Fiber To The Home (FTTH) technologies. Combining 3 wavelengths includes (1) 1310nm, (2) 1490nm, and (3) 1550nm within a fiber is the method used on Gigabit Capable Passive Optical Network (GPON) or Gigabit Ethernet Passive Optical Network (GEPON/EPON). Combining 2 different wavelengths for uplink and downlink on Small Form Pluggable (SFP) lasers also has been a method used to optimized and saved the fiber infrastructure. Compared those techniques, the research optimization focusing on introducing a passive optical duplexer that combined the same wavelength from both end with the element of monitoring via different wavelength to confirm the network availability. In the design, a unidirectional converter able to operate at a nominal 1310nm or 1550nm windows shall be demonstrated up to 10Gbps Ethernet signal.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 49-54
Author(s):  
Ahmad Muharor ◽  
Bambang Panji Asmara ◽  
Zainudin Bonok

Fiber  optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Struktur dan komponen kabel fiber optik yaitu Inti (core/optical fibers), bagian utama yang terbuat dari serat kaca, berada dibagian pusat kabel.Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan pada fiber optik saluran udara pada panjang gelombang 1310 nm dengan jarak 100 meter hingga 350 meter. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur daya kirim pada ODP (Optical Distribution Point), daya terima pada ONT (Optical Network Termination) yang ada di pelanggan, serta total loss yang terjadi di sepanjang kabel.Dari hasil pengukuran yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan jarak 100 meter sampai 350 meter diperoleh nilai daya terima yang berkisaran antara -18.729 dB sampai dengan -24.796 dB dan nilai total loss yang berada pada kisaran 0.634 dB sampai dengan 0.751 dB.


2017 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 60
Author(s):  
I Putu Gede Yudha Pratama ◽  
Gede Sukadarmika ◽  
Pande Ketut Sudiartha

Abstrak-Perancangan jaringan ini berpusat pada sebuah mall baru yang akan dibangun pada daerah Tuban, Bali. Yang dimana mall berada pada pada luas tanah 6,981 m2. Perancangan ini menggunakan sistem IndiHome (100% fiber) dengan menggunakan GPON (Gigabyte Passive Optical Network) sebagai teknologinya. Perancangan jaringan ini, dimulai dengan perhitungan demand dan menghitung kebutuhan traffik tiap calon tenant yang akan dibagi menjadi 3 kategori jenis tenant. Dilanjutkan dengan proses merancang struktur jaringan yang dimulai dari penyambungan kabel pada closure sebanyak 48 core hingga sampai pada ONT (Optical Network Termination). Hasil analisis dengan menggunakan parameter Power Link Budget diperoleh total redaman untuk uplink dan downlink masing-masing sebesar 23,84 dB dan 23,574 dB. Margin Daya didapat sebesar 4,16 dBm. Sedangkan, Rise Time Budget diperoleh sebesar 0,25 ns untuk uplink dan 0,22 ns untuk downlink. Nilai tersebut masih dibawah standard maksimum rise time yaitu sebesar 0,5833 ns.


2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 879-888
Author(s):  
Sunarsan Sitohang ◽  
Sabbram Agus Setiawan

Penelitian ini dilakukan dengan perancangan jaringan Fiber to the home (FTTH) menggunakan teknologi gigabit passive optical network (GPON) dengan melihat parameter power link budget dan redaman yang dihasilkan. Nilai dari parameter tersebut kemudian dibandingkan dengan standar dari peusahaan Telkom sebagai perusahaan yang akan membangun jaringan FTTH pada lokasi penelitian. Link power budget digunakan untuk memperoleh besaran dari redaman. Standar besaran redaman Telkom adalah -28 dBm. Berdasarkan hasil pengujian jaringan FTTH diperoleh redaman downlink sebesar -25.09897 dBm dan redaman uplink sebesar -25.74997 dBm. Selanjutnya kinerja jaringan diukur dengan parameter quality of service (QoS) dengan tujuan untuk mengetahui kualitas layanan data. Parameter QoS yang digunakan adalah bandwidth, packet loss, delay, jitter, dan throughput. Selanjutnya website yang diakses sebagai bahan proses analisis untuk mendapatkan besaran parameter QoS adalah yahoo.com, facebook, dan kompasiana.com. hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata QoS untuk ketiga website diatas secara berurutan adalah bandwith sebesar 1828.6 kbps, packet loss sebesar 0.9 kbps, delay sebesar 37.89 ms, jitter sebesar 2.81 ms dan troughtput sebesar 0.93.


2016 ◽  
Vol 15 (02) ◽  
pp. 111-119
Author(s):  
Maria Enggar Santika ◽  
Eva Yovita Dwi Utami ◽  
Budihardja Murtianta

Migrasi dari jaringan akses tembaga menuju jaringan akses optik maupun penggelaran baru jaringan akses serat optik menjadi solusi bagi penyedia layanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan layanan suara, data dan video yang terintegrasi atau triple play services. Dalam makalah ini dilaporkan analisis perencanaan jaringan akses serat optik FTTH berbasis GPON di PT Telkom pada Cluster Kruing Raya STO Banyumanik Semarang. Perencanaan jaringan berdasarkan demand pelanggan dan kelayakan jaringan yang digelar diuji menggunakan parameter Link Power Budget, Rise Time Budget dan Signal-to-Noise-Ratio (SNR). Dalam perencanaan dan penggelaran dibutuhkan satu ODC (Optical Distribution Cabinet) dan 17 ODP (Optical Distribution Pack) dengan jumlah demand sebesar 132. Hasil perhitungan parameter Link Power Budget yaitu total redaman yang dihasilkan pada user 1 sebesar 21,5276 dB sedangkan user 2 sebesar 21,5276 dB, kedua redaman ini memenuhi standar yang ditentukan oleh PT Telkom yaitu maksimal sebesar 28 dB. Parameter Rise Time Budget pada user 1 menghasilkan 0,2124 ns dan untuk user 2 sebesar 0,21221 ns. Kedua hasil tersebut masih berada di bawah batas nilai waktu sistem NRZ sebesar 0,28011 ns. Parameter SNR pada user 1 didapatkan sebesar 20,6457 dB dan user 2 sebesar 24,128 dB. Hasil tersebut memenuhi batas yang telah ditentukan oleh PT Telkom yaitu lebih dari sama dengan 20 dB.


2010 ◽  
Vol 2010 ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
S. B. Musabekov ◽  
P. K. Srinivasan ◽  
A. S. Durai ◽  
R. R. Ibraimov

This paper deals with establishing a GSM link over Satellite. Abis interface, which is defined between Base Transceiver Station (BTS) and Base Station Controller (BSC), in a GSM network is considered here to be routed over the Satellite. The satellite link enables a quick and cost-effective GSM link in meagerly populated areas. A different scenario comparison was done to understand the impact of Satellite environment on network availability comparing to terrestrial scenario. We have implemented an Abis interface over DVB S2 in NS2 and evaluated the performance over the high delay and loss satellite channel. Network performance was evaluated with respect to Satellite channel delay and DVB S2 encapsulation efficiency under different amount of user traffic and compared with the terrestrial scenario. The results clearly showed an increased amount of SDCCH and TCH channels required in the case of satellite scenario for the same amount of traffic in comparison to conventional terrestrial scenario. We have optimized the parameters based on the simulation results. Link budget estimation considering DVB-S2 platform was done to find satellite bandwidth and cost requirements for different network setups.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document