scholarly journals Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 terhadap jarak yang ditempuh selama Six Minute Walk Test

2019 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Ni Made Elva Mayasari ◽  
Raden Ayu Tanzila ◽  
Woro Nurul sandra Anindhita

Pasien diabetes melitus sangat rentan terkena komplikasi akibat hiperglikemia yang dialami. Semakin lama pasien diabetes melitus mengalami hiperglikemia maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi baik komplikasi mikrovaskular dan juga komplikasi makrovaskular seperti cardiovascular disease, coronary heart disease, heart failure dan lain-lain, meskipun komplikasi tersebut juga dipengaruhi faktor lain seperti diet dan juga pengobatan. Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus dapat menyebabkan penurunan kapasitas fungsional. Penurunan kapasitas fungsional tersebut salah satunya dapat diukur dengan menggunakan six minute walk test. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lamanya menderita diabetes melitus terhadap jarak yang ditempuh selama six minute walk test. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional study dengan besar sampel sebanyak 40 orang yang dipilih menggunakan nonprobability sampling dengan metode consecutive sampling. Hasil uji Chi-square didapatkan tidak terdapat hubungan antara lama menderita DM terhadap jarak yang ditempuh selama six minute walk test dengan nilai signifikannya adalah 0,69 (p>0,05).

2017 ◽  
Vol 21 (3) ◽  
pp. 167-174 ◽  
Author(s):  
Lívia S. Diniz ◽  
Victor R. Neves ◽  
Ana C. Starke ◽  
Marco P.T. Barbosa ◽  
Raquel R. Britto ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


Author(s):  
Sitti Zakiyyah Putri ◽  
Dahniar ◽  
Sumantri

Stunting merupakan pertumbuhan fisik tinggi badan yang tidak normal sesuai dengan umur.  Stunting dipengaruhi oleh multifactor diantaranya adalah pemberian ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, dan status imunisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, dan status imunisasi dengan kejadian stunting pada balita. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observational dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh balita usia 25-60 bulan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Banggae I yang berjumlah 96 balita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu, yang pertama menggunakan cluster random sampling untuk pemilihan puskesmas kemudian yang kedua menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 balita. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data mengunakan analisis person chi-square dan fisher’s exact test dengan ?=0.05. Balita usia 25-60 bulan sebagian besar mendapatkan ASI eksklusif, lahir dengan berat badan normal, dan mempunyai status imunisasi yang lengkap. Kesimpulan: hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, dan status imunisasi dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan. Saran: meninngkatkan pelayanan kesehatan bagi Puskesmas melalui kegiatan deteksi dini dengan mengukur tinggi badan anak balita secara rutin tiap bulan.      


2021 ◽  
Vol 28 (3) ◽  
pp. 267-275
Author(s):  
Mariana Kalazich-Rosales ◽  
Camila Mautner-Molina ◽  
Cecilia König-Araya ◽  
Francisca Fuentes-Leal ◽  
Carlos Cárcamo-Ibaceta ◽  
...  

ABSTRACT The six-minute walk test (6MWT) is widely used to measure functional capacity in special populations. However, the factors associated with its performance in candidates for bariatric surgery are unclear. Therefore, this study aimed to investigate the influence of anthropometric and physiological factors in the 6MWT performance in bariatric surgery candidates. This cross-sectional study included 107 candidates for bariatric surgery. Anthropometric factors considered: gender, weight, height, body mass index (BMI), waist-to-hip, and waist-to-height ratios. Along with distance covered during 6MWT, physiological factors such as ratings of perceived exertion (RPE) and heart rate reserve percentage used (%HRR) were recorded. Among the 107 patients (mean age: 39.6 years), 83 volunteers were accepted to perform the 6MWT. No gender differences were observed in terms of distance covered, %HRR, and RPE during the 6MWT. Moreover, BMI and %HRR explained 21% of the 6MWT distance covered. Furthermore, participants with BMI ≤41.5 kg/m2 walked ~50 meters more than their peers above this level (p=0.05). Interestingly, heart rate increase during the 6MWT was lower than described for healthy populations. BMI and %HRR partially explain the variability of the 6MWT performance in bariatric surgery candidates.


2020 ◽  
Vol 15 ◽  
Author(s):  
Chaitali Deshpande ◽  
Gopala Krishna Alaparthi ◽  
Shyam Krishnan ◽  
Kalyan Chakravarthy Bairapareddy ◽  
Anand Ramakrishna ◽  
...  

Background: In COPD patients it is very important to assess the activities of daily living (ADL) due to an impairment of independence and quality of life. There is a lack of retrievable data regarding the cardio-pulmonary response to Londrina ADL protocol in patients with COPD. The aim of the present study was to assess the cardio-pulmonary response to Londrina ADL protocol in patients with COPD and to compare this with responses to the Glittre ADL test. Methods: This cross-sectional study was done on 30 COPD subjects. Each subject was made to perform the Londrina ADL protocol, Glittre ADL test, twice each, on subsequent days. The Londrina ADL protocol comprises 5 activities representing ADL, involving upper limbs, lower limbs, and trunk movements. The Glittre ADL test consists of completing a circuit while carrying a weighted backpack (2.5 kg for women, 5.0 kg for men). The better value of the two was taken into consideration. For the Londrina ADL protocol and Glittre ADL test the outcome of primary interest was time and for the six-minute walk test was the distance walked. The secondary outcomes for all the tests were heart rate, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, respiratory rate, saturation of oxygen in blood and dyspnea.Results: The COPD subjects of age group 63.27±11.07 years took 5.94±0.36 min to complete trial 2 of the Londrina ADL protocol. A significant physiological increase in heart rate (p≤0.01), respiratory rate (p≤0.01), blood pressure (p≤0.01) and severity of dyspnea (p≤0.01) were observed whereas saturation of oxygen in blood (p≤0.01) was reduced at the end of the Londrina ADL protocol and Glittre ADL test. There was a positive, non-significant correlation between the six-minute walk test distance and the Londrina ADL protocol time (r=0.236) (p=0.209). A positive, not significant correlation was observed between the Glittre ADL test (time) and the Londrina ADL protocol (time) (r=0.194) (p=0.304) and a negative but not significant correlation between the six-minute walk test (distance) and the Glittre ADL test (time) (r= -0.184) (p=0.330).Conclusion: The Londrina ADL protocol can be used as an assessment tool to the evaluation of functional performance and activities of daily living in COPD along with other test protocols in pulmonary rehabilitation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document