scholarly journals Hubungan Lama Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Menggunakan Metode Mini Mental State Examination Ditinjau dari Kedokteran dan Islam

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Suci Purnama ◽  
Linda Armelia

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal pada penyakit ginjal kronik. Terdapat data statistik yang berbeda untuk prevalensi gangguan kognitif di Indonesia pada pasien yang menjalani hemodialisis mulai dari 20% - 47%. Penelitian ini menggunakan analitik korelatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus 2018 di RS Anna Medika Bekasi dengan jumlah sampel sebanyak 102 responden yang diambil dengan cara consecutive sampling. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuisioner Mini Mental State Examination (MMSE). Analisis data dengan menggunakan uji spearman. Fungsi kognitif pasien hemodialisis berdasarkan MMSE didapatkan penurunan fungsi kognitif ringan sebanyak 56 (54,9%), penurunan fungsi kognitif sedang sebanyak 13 (12,7%) dan tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 33 (32,4%). Hubungan antara lama hemodialisis dengan fungsi kognitif didapatkan p=0,002. Terdapat hubungan signifikan antara lama hemodialisis dengan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis di RS Anna Medika

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 12-17
Author(s):  
Riza Firdaus

Menurunnya fungsi kognitif sangat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Faktor yang mempengaruhi adalah faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan status anemia dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Desain penelitian yaitu analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Wening Wardoyo Semarang. Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 51 orang lanjut usia dengan total sampling. Variabel dependen adalah fungsi kognitif dan variabel independen adalah usia, jenis kelamin dan status anemia. Pemeriksaan fungsi kognitif diukur dengan instrumen Mini Mental State Examination (MMSE) dan pemeriksaan status anemia menggunakan haemometer dengan metode Sahli. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan usia < 75 tahun meningkatkan risiko fungsi kognitif normal (OR = 6,480; 95% CI 1,844- 22,769; p = 0,002), jenis kelamin laki – laki (OR = 2,357; 95% CI 0,688- 8,075; p = 0,167) dan anemia ringan (OR = 2,821; 95% CI 0,831- 9,577; p = 0,091). Penelitian ini menyimpulkan bahwa fungsi kognitif pada lanjut usia dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan status anemia.


2020 ◽  
pp. 102986492091863
Author(s):  
Daisy Fancourt ◽  
Katharina Geschke ◽  
Andreas Fellgiebel ◽  
Alexandra Wuttke-Linnemann

Background: Music training has been found to be beneficial for young and healthy participants but the associations between musical training and the cognitive functioning of elderly participants have not been reported consistently. We examined whether lifetime musical training is associated with neuropsychological performance in a memory clinic population of older patients. Methods: A total of 478 patients (54.2% female, mean age 73.70 ± 6.22, mean Mini Mental State Examination score 25 ± 3) were included in the cross-sectional analyses. All patients were referred to the memory clinic due to cognitive impairments. During the course of diagnosis, all patients underwent neuropsychological tests using the CERAD neuropsychological assessment battery. Patients provided information on whether they ever learned to play an instrument for at least five years in their life. Results: Neuropsychological test results differed based on musical training ( p = .042). Overall, there were no differences in any domains of cognitive functioning, other than that patients with musical training performed worse on word list memory ( p = .008). However, this relationship varied based on the extent of cognitive impairments. Patients who were cognitively unimpaired (Mini Mental State Examination score 27–30) and had musical training showed better word list learning, whereas patients with cognitive impairments (Mini Mental State Examination score < 27) and musical training performed worse in word list learning ( p = .042) and word list recall ( p = .045). Discussion: Overall, there was little evidence of associations between specific neuropsychological test results and musical training. Only in cognitively unimpaired patients was there evidence that musical training had beneficial associations. In patients with cognitive impairment, there were suggestions of negative associations with verbal memory. Future research should longitudinally investigate the beneficial effects of musical training in people with and without cognitive impairments.


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 117-126
Author(s):  
Harna Harna ◽  
Jesi Arianti ◽  
Rachmanida Nuzrina

Latar Belakang. Seiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami proses penuaan, termasuk otak. Otak akan mengalami perubahan fungsi, termasuk fungsi kognitif berupa sulit mengingat kembali, berkurangnya kemampuan dalam mengambil keputusan dan lebih lamban bertindak. Fungsi memori merupakan salah satu komponen intelektual yang paling utama, karena sangat berkaitan dengan kualitas hidup. Banyak lansia mengeluh kemunduran daya ingat yang disebut sebagai mudah lupa. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 45 responden anggota Kelompok Lansia Bahagia di Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018. Data fungsi kognitif diperoleh dengan menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE), data asupan menggunakan food record dan data aktivitas fisik diperoleh menggunakan metode Physical Activities Scale for the Elderly (PASE). Hasil. Responden berusia 61-65 tahun dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 55,6 persen. Rata-rata asupan vitamin B6 yaitu 1,547±0,315 mg, asupan asam folat yaitu 200,99±10,26 mcg, asupan vitamin B12 yaitu 1,796±0,193 mcg, rata-rata aktivitas fisik yaitu 17,64±3,588 poin, riwayat penyakit yaitu 0,73±0,447 poin dan fungsi kognitif 25,01±3,103 poin. Terdapat hubungan signifikan antara asupan asam folat, asupan vitamin B12, dengan fungsi kognitif (p<0,05). Tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin B6, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit dengan fungsi kognitif (p>0,05). Kesimpulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan asupan asam folat dan vitamin B12 dengan fungsi kognitif pada lansia. Tetapi tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin B6, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit dengan fungsi kognitif.


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 60-67
Author(s):  
Eka Suci Wulandari ◽  
Erlina Fazriana ◽  
Shinta Apriani

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering dialami lansia. Salah satu komplikasi  hipertensi pada sistem syaraf pusat selain stroke juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Pada tahun 2016 di Jawa Barat ditemukan 790.382 orang dengan kasus hipertensi (2,46% terhadap jumlah penduduk = 18 tahun), dengan jumlah kasus yang diperiksa sebanyak 8.029.245 orang, tersebar di 26 Kabupaten/Kota. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif pada lansia di UPTD Panti Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 35. Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 35 responden. Intrumen penelitian menggunakan lembar observasi tekanan darah dan kuisioner mini mental state examination (MMSE). Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia yang mengalami hipertensi terbanyak berada pada stage 1 sebanyak 21 (60,0%), fungsi kognitif lansia normal sebanyak 22 (62,9%). Hasil analisis uji statistik menggunakan spea-rman rank didapatkan hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif lansia memiliki nilai ρ-value 0,022 (<0,05). Dimana terdapat hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif pada lansia.


2015 ◽  
Vol 2015 ◽  
pp. 1-6 ◽  
Author(s):  
Kaycee M. Sink ◽  
Suzanne Craft ◽  
S. Carrie Smith ◽  
Joseph A. Maldjian ◽  
Donald W. Bowden ◽  
...  

Background. Sparse data limit the interpretation of Montreal Cognitive Assessment (MoCA) scores, particularly in minority populations. Additionally, there are no published data on how MoCA scores compare to the widely used Modified Mini Mental State Examination (3MSE). We provide performance data on the MoCA in a large cohort of African Americans and compare 3MSE and MoCA scores, providing a “crosswalk” for interpreting scores.Methods. Five hundred and thirty African Americans with type 2 diabetes were enrolled in African American-Diabetes Heart Study-MIND, a cross-sectional study of cognition and structural and functional brain imaging. After excluding participants with possible cognitive impairment (n=115), mean (SD) MoCA and 3MSE scores are presented stratified by age and education.Results. Participant mean age was 58.2 years (range: 35-83); 61% were female; and 64.9% had >12 years of education. Mean (SD) 3MSE and MoCA scores were 86.9 (8.2) and 19.8 (3.8), respectively. 93.5% of the cohort had a “positive” screen on the MoCA, scoring <26 (education-adjusted), compared with 47.5% on the 3MSE (cut-point < 88). A 3MSE score of 88 corresponded to a MoCA score of 20 in this population.Conclusion. The present data suggest the need for caution when applying proposed MoCA cutoffs to African Americans.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document