scholarly journals Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Status Anemia dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 12-17
Author(s):  
Riza Firdaus

Menurunnya fungsi kognitif sangat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Faktor yang mempengaruhi adalah faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan status anemia dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Desain penelitian yaitu analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Wening Wardoyo Semarang. Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 51 orang lanjut usia dengan total sampling. Variabel dependen adalah fungsi kognitif dan variabel independen adalah usia, jenis kelamin dan status anemia. Pemeriksaan fungsi kognitif diukur dengan instrumen Mini Mental State Examination (MMSE) dan pemeriksaan status anemia menggunakan haemometer dengan metode Sahli. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan usia < 75 tahun meningkatkan risiko fungsi kognitif normal (OR = 6,480; 95% CI 1,844- 22,769; p = 0,002), jenis kelamin laki – laki (OR = 2,357; 95% CI 0,688- 8,075; p = 0,167) dan anemia ringan (OR = 2,821; 95% CI 0,831- 9,577; p = 0,091). Penelitian ini menyimpulkan bahwa fungsi kognitif pada lanjut usia dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan status anemia.

2017 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Anisa Wahyuniarti ◽  
Moch Bahrudin ◽  
Fathiyah Safithri

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia. Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan fungs kognitif. Pada orang lanjut usia terjadi penurunan kapasitas fungsional otak yang akan menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis salah satunya yaitu penurunan fungsi kognitif. Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan salah satu cara untuk mendeteksi penurunan fungsi kognitif. Tujuan: Mengetahui Hubungan Antara Hipertensi dengan Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia. Metode: Analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel 63sampel. Dilakukan uji hipotesis Chi-Square untuk menentukan hubungan antar variable,dan dikatakan signifikan bila nilai P < 0,05 Hasil dan Diskusi: Didapatkan penurunan fungsi kognitif pada laki-laki sebanyak 22% sedangkan perempuan 54%, pada umur 60-69 tahun sebanyak 42%, umur 70-74 tahun sebanyak 38% dan pada hipertensi Staduim I sebanyak 20 %, hipertensi stadium II sebanyak 38% sedangkan pada penderita yang tidak hipertensi sebanyak 5%, pada uji Chi Square didapatkan x2 = 0,015 dan p < 0,05 Kesimpulan: Ada hubungan antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif.Kata Kunci: hipertensi, lansia, penurunan fungsi kognitif.


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Milfa Sari Muzamil ◽  
Afriwardi Afriwardi ◽  
Rose Dinda Martini

AbstrakGangguan kognitif merupakan masalah yang sering terjadi pada golongan usia lanjut. Prevalensi gangguan kognitif tinggi pada negara yang memiliki populasi usila yang tinggi. Indonesia merupakan negara keempat dunia yang memiliki populasi usila tertinggi dan diperkirakan akan menjadi ketiga tertinggi pada 2020. Antara usaha preventif yang dilakukan adalah dengan beraktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif pada usila. Jenis penelitian ini adalah studi cross sectional dengan metode non probability sampling. Populasi penelitian adalah usila ≥60 tahun yang berada di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Total sampel seramai 51 orang dengan 13 laki-laki dan 38 perempuan. Tingkat aktivitas fisik dinilai menggunakan General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) dan fungsi kognitif dinilai menggunaan Mini Mental State Examination (MMSE). Data diolah dengan uji statistik chi square menggunakan program SPSS. Hasil univariat didapatkan persentase usila yang aktif sebanyak 29.4% dan yang kurang aktif 70.6%. Persentase usila dengan fungsi kognitif yang normal sebanyak 82.4% dan yang mengalami penurunan 17.6%. Hasil bivariat didapatkan ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif dimana nilai p = 0.044 (p < 0.05). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif usila di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur.Kata kunci: fungsi kognitif, aktivitas fisik, usia lanjutAbstractCognitive impairment is common and highly age-related in the world. The prevalence of cognitive impairment is high in the country with high proportion of elderly. Indonesia is the fourth country with the highest population of elderly and estimated to be the third highest in 2020. Little attention has been paid to the identification of modifiable lifestyle habits for its prevention. This study aimed to determine whether there is a relationship between the level of physical activity and cognitive function in the elderly. This study was a cross sectional study with non probability sampling method. The study population was elderly ≥ 60 years who reside in the Village of Jati, East Padang district and fit the inclusion and exclusion criteria. There were 51 samples with 13 males and 38 females. The level of physical activity was measured by using General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) and the cognitive function was assessed by using Mini Mental State Examination (MMSE). Data processed by the chi-square statistical tests using SPSS. Results of univariate analysis level of physical activity showed the percentage of active elderly is 29.4% and less active is 70.6%. Elderly with normal cognition is 82.4% and with impaired cognition is 17.6%. Results of bivariate analysis showed a significant relationship exists between the level of physical activity and cognitive function in the elderly p = 0.044 (p < 0.05). This study showed that there is a relationship between the level of physical activity and cognitive function in the elderly.Keywords: cognitive function, physical activity, elderly


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 8-14
Author(s):  
Chairina Azkya Noor ◽  
Lie Tanu Merijanti

LATAR BELAKANGSeiring dengan meningkatnya jumlah lansia khususnya di Indonesia, semakin meningkat pula permasalahan penyakit akibat proses degeneratif. Tiga puluh dua koma empat persen lansia di Indonesia mengalami gangguan pada fungsi kognitifnya. Fungsi kognitif merupakan salah satu bagian terbesar yang diatur oleh otak. Penuaan menyebabkan terjadinya banyak perubahan pada otak yang dapat mengarah pada kemunduran fungsi neurokognitif. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif, salah satunya adalah aktivitas fisik. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia. METODEJenis penelitian ini merupakan observational analitic dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan November 2015. Sampel diambil secara simple random sampling pada 60 lansia di Posyandu Lansia X, Jakarta. Seluruh lansia yang memenuhi kriteria inklusi dinilai aktivitas fisiknya dari pengisian kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity (RAPA), sedangkan nilai fungsi kognitif diperoleh dengan wawancara berdasarkan Mini Mental State Examination (MMSE). Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia digunakan uji Chi-square. HASILTerdapat hubungan bermakna secara statistik antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia (p=0.000). KESIMPULANAktivitas fisik dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia. Lansia dengan aktivitas fisik golongan regular sampai dengan active memiliki nilai fungsi kognitif yang normal dibandingkan lansia tanpa aktivitas fisik atau termasuk ke dalam golongan under-active.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 65-70
Author(s):  
Atikah Ayu Miranda ◽  
Alvina Alvina

LATAR BELAKANG Gangguan kognitif adalah gangguan dari kemampuan kognitif yang meliputi atensi, kalkulasi, visuospasial, bahasa, memori dan eksekutif yang dapat dijumpai akibat proses degeneratif (penuaan). Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang juga disebut sebagai penyumbang antioksidan plasma sehingga dapat mengurangi stres oksidatif dan melindungi dari radikal bebas yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar asam urat darah dengan fungsi kognitif. METODE Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional yang mengikutsertakan 95 lansia di Posbindu Kelurahan Tomang Jakarta Barat. Kriteria inklusi adalah pria dan wanita usia 60-90 tahun, kesadaran kompos mentis, dan dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi adalah terdapat riwayat trauma kepala, stroke, tumor otak, kejang, meningitis serta mengonsumsi obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar asam urat darah (allopurinol), probenesid. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2018. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan menggunakan alat easy touch blood uric acid test strips, sedangkan pemeriksaan fungsi kognitif dilakukan dengan kuesioner mini mental state examination (MMSE). Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0.05.  HASIL Mayoritas responden adalah perempuan dengan rentang usia 60-74 tahun. Terdapat hubungan kadar asam urat dengan fungsi kognitif pada lansia (p=0.000). Selain itu juga diperlihatkan bahwa lansia yang memiliki kadar asam urat yang meningkat memiliki fungsi kognitif yang lebih baik. KESIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asam urat dengan fungsi kognitif pada lansia.    


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Suci Purnama ◽  
Linda Armelia

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal pada penyakit ginjal kronik. Terdapat data statistik yang berbeda untuk prevalensi gangguan kognitif di Indonesia pada pasien yang menjalani hemodialisis mulai dari 20% - 47%. Penelitian ini menggunakan analitik korelatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus 2018 di RS Anna Medika Bekasi dengan jumlah sampel sebanyak 102 responden yang diambil dengan cara consecutive sampling. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuisioner Mini Mental State Examination (MMSE). Analisis data dengan menggunakan uji spearman. Fungsi kognitif pasien hemodialisis berdasarkan MMSE didapatkan penurunan fungsi kognitif ringan sebanyak 56 (54,9%), penurunan fungsi kognitif sedang sebanyak 13 (12,7%) dan tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 33 (32,4%). Hubungan antara lama hemodialisis dengan fungsi kognitif didapatkan p=0,002. Terdapat hubungan signifikan antara lama hemodialisis dengan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis di RS Anna Medika


2020 ◽  
Vol 91 (8) ◽  
pp. e23-e23
Author(s):  
¹Jurate Peceliuniene ◽  
²Guntis Karelis ◽  
³Irena Zukauskaite ◽  
Zane Kalnina ◽  
Diana Blagovescenska ◽  
...  

ObjectiveIt is well established that chronic non-communicable diseases (CND) are linked to early cognitive impairment (CI) before or at the beginning of the old age, bringing those patients at higher risk for dementia.The aim: to evaluate CI of aged 60 or older cognitively healthy patients visiting doctors due to different CNDMethods107 patients aged 60 or older (mean age 74 years; 44 male, 63 female; 25 were visiting general practitioner (GP), 21 – neurologist (NE), 23 – pulmonologist (PU), 38 – otorhinolaryngologist (OT)) for their CND took part in pilot cross sectional study. They filled The Cognitive Failures Questionnaire (CFQ), Subjective Cognitive Complaints (SCCs), Mini-Mental State Examination (MMSE). Results were compared using Pearson Chi-Square and one-way ANOVA.ResultsOT patients had higher CFQ results (M=30.7) comparing to all groups (GP M=24.3; NE M=22.6, PU M=18.3, p=0.001). PU patients had less problems with Forgetfulness (M=8.6), comparing to GP (M=11.4) or OT (M=12.4) groups (p=0.022). OT (M=9.3) had more problems with Distractibility comparing to PU (M=5.7) and GP (M=6.7) groups (p=0.011). OT had higher scores in False Triggering (M=7.9) comparing to GP (M=5.92), NE (M=5.8) and PU (4.8) groups (p=0.011).The cut-off point of row score 45 was overstepped in18.9% of OT group, 8% of GP group, but none in NE or PU group (p=0.026). Results of MMSE showed alike tendencies: PU patients (M=27.8) had higher results than GP (M=25.7) or OT (M=25.6) groups (p=0.029). CI was found in 39.1% of GP and 35.1% of OT, comparing to 19.0% in NE and 3.7% in PU groups (p=0.020). But groups did not differ by SCCs scores, even if 3 or more complains were found in 50.0% of GP, 52.2% of PU, 42.9% of NE and 71.1% OT groups. The only SCCs question where found differences between groups – limitation of daily activities: concerning about possible mistakes 62.5% of GP and PU groups would ask somebody’s help, while it would be done by 52.4% of NE and only 15.8% of OT group (p<0.001).ConclusionsCognitive health in elderly people with CND is not monitored well. About 2/3 of them have subjective cognitive complains (3 or more by SCCs), 1/4 would be named as having CI by MMSE, 8.5% have problems due to forgetfulness, distractibility, false triggering. Cognitive functions are predominantly impaired in OT group patients, however, they declare less need for helping them.


2020 ◽  
pp. 102986492091863
Author(s):  
Daisy Fancourt ◽  
Katharina Geschke ◽  
Andreas Fellgiebel ◽  
Alexandra Wuttke-Linnemann

Background: Music training has been found to be beneficial for young and healthy participants but the associations between musical training and the cognitive functioning of elderly participants have not been reported consistently. We examined whether lifetime musical training is associated with neuropsychological performance in a memory clinic population of older patients. Methods: A total of 478 patients (54.2% female, mean age 73.70 ± 6.22, mean Mini Mental State Examination score 25 ± 3) were included in the cross-sectional analyses. All patients were referred to the memory clinic due to cognitive impairments. During the course of diagnosis, all patients underwent neuropsychological tests using the CERAD neuropsychological assessment battery. Patients provided information on whether they ever learned to play an instrument for at least five years in their life. Results: Neuropsychological test results differed based on musical training ( p = .042). Overall, there were no differences in any domains of cognitive functioning, other than that patients with musical training performed worse on word list memory ( p = .008). However, this relationship varied based on the extent of cognitive impairments. Patients who were cognitively unimpaired (Mini Mental State Examination score 27–30) and had musical training showed better word list learning, whereas patients with cognitive impairments (Mini Mental State Examination score < 27) and musical training performed worse in word list learning ( p = .042) and word list recall ( p = .045). Discussion: Overall, there was little evidence of associations between specific neuropsychological test results and musical training. Only in cognitively unimpaired patients was there evidence that musical training had beneficial associations. In patients with cognitive impairment, there were suggestions of negative associations with verbal memory. Future research should longitudinally investigate the beneficial effects of musical training in people with and without cognitive impairments.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document