scholarly journals HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Mita E. D. Muabuay ◽  
Frans E. Wantania ◽  
Linda W. A. Rotty

Abstract: Acute myocardial infarction (AMI) occurs due to a decrease of myocardial blood flow following a coronary arterial occlusion caused by an atherosclerotic plaque. This study aimed to determine the correlation between the hematocrit level and the occurence of AMI among patients with congestive heart failure (CHF). This was an observational analytic study with a cross sectional design. The population was both CHF patients with old myocardial infarction in the Cardiology Clinic and all AMI patients with CHF histories in the Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital, Manado, from November through December 2012. Samples were selected by using a purposive sampling method. Data were statistically analyzed by using a chi-square test. The results showed that the total samples were 41 patients. The chi-square test showed that there was a correlation between the hematocrit level and the occurence of AMI among CHF patients with a P-value of 0.008. Conclusion: Hematocrit levels were significantly correlated with the occurence of AMI among CHF patients in Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital, Manado Keywords: CHF, AMI, hematocrit     Abstrak: Infark miokard akut (IMA) terjadi oleh karena penurunan aliran darah miokard akibat oklusi arteri koroner oleh plak aterosklerotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hematokrit dengan kejadian infark miokard akut (IMA) pada pasien gagal jantung kongestif (CHF). Penelitian ini bersifat analitik observational dengan cross-sectional design. Populasi penelitian ialah semua pasien CHF di Poliklinik Jantung dan semua pasien IMA dengan riwayat CHF di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) BLU/RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado, periode November-Desember 2012. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi yaitu pasien CHF et causa old  myocardial infarction (OMI) dan pasien IMA dengan riwayat CHF, sedangkan kriteria eksklusi yaitu pasien IMA dengan penyakit infeksi dan pasien CHF dengan keganasan hematopoietik. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian memperlihatkan jumlah sampel sebanyak 41 pasien. Uji chi-square terhadap hubungan hematokrit dan infark miokard akut pada pasien gagal jantung menunjukkan nilai P = 0.008. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kadar hematokrit dan infark miokard akut pada pasien gagal jantung kongestif di BLU/RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Kata kunci: CHF, IMA, Hematokrit

2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Harsudianto Silaen

Hemodialysis is a renal replacement therapy performed 2-3 times a week with a duration of 4-5 hours, which aims to remove the remnants of protein metabolism and correct fluid and electrolyte disturbances. This study aims to determine the relationship duration of hemodialysis with anxiety level of hemodialysis patients in Teguh Hospital Murni. This research type is quantitative with cross sectional design. The samples used in this study amounted to 45 people and the sampling technique with purposive sampling is sampling by kebutulan researchers come to research and sebahagian sample was taken from the population. Data collection using questionnaire and data analysis using Chi Square test. From result of research got relationship of duration of hemodialysis with level of anxiety, with degree of meaning (a) 0,05 that is X² hitung: 12,01> X² table: 9,49, p value: 0.00. It is desirable for nurses to provide education and more attention to hemodialysis patients undergoing hemodialysis less than 5 times in order for patients to feel comfortable and not anxious. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang dilakukan 2-3 kali seminggu dengan lama waktu 4-5 jam, yang bertujuan untuk  mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lamanya hemodialisis dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis di Rumah Sakit Murni Teguh. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 45 orang dan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara kebutulan peneliti datang melakukan penelitian dan sebahagian sampel itu diambil dari jumlah populasi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan analisa data menggunakan uji Chi Square. Dari hasil penelitian didapatkan  hubungan lamanya hemodialisis dengan tingkat kecemasan, dengan derajat kemaknaan (a) 0,05 yaitu X²hitung : 12,01 > X²tabel : 9,49, p value : 0.00. Diharapkan kepada perawat untuk memberikan edukasi dan perhatian yang lebih kepada pasien hemodialisis yang sedang menjalani hemodialisis kurang dari 5 kali agar pasien merasa nyaman dan tidak cemas.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Layalia Azka Rahmatina

Imunisasi merupakan upaya mengurangi morbiditas dan mortalitas anak, namun masih banyak anak yang belum menerima imunisasi. Angka kematian balita di dunia yang disebabkan oleh penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I) mencapai 1,4 juta orang per tahun. Dikhawatirkan PD3I ini dapat menyebar dengan mudah dari anak yang terinfeksi ke anak yang tidak diimunisasi atau tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Hal ini berisiko meningkatkan angka mortalitas anak Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan orang tua, terutama ibu, dalam memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan desain cross sectional. Responden sebanyak 100 orang ibu yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan di Kelurahan Meteseh menggunakan kuesioner yang sudah valid dan reliabel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Analisis bivariat menunjukkan bahwa usia, pekerjaan, jumlah paritas, agama , dan pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tidak berhubungan dengan kepatuhan orang tua dalam memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi (p>0,05). Diskusi: Penelitian ini membuktikan bahwa kematangan usia ibu tidak selalu berhubungan dengan kepatuhannya dalam memberikan imunisasi dasar. Kepatuhan ini juga tidak berhubungan dengan oleh kesibukan ibu dalam bekerja maupun mengurus anak serta pengalamannya menjadi seorang ibu. Adanya keyakinan pada agama tertentu mengenai imunisasi, serta pengetahuan yang dimiliki ibu mengenai KIPI juga terbukti tidak berhubungan  dengan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi. Kesimpulan: Faktor demografi ibu tidak senantiasa berhubungan dengan kepatuhannya dalam memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi, namun imunisasi ini tetap perlu diberikan sebagai upaya mengurangi risiko bayi tertular PD3I.    Kata Kunci: ibu, imunisasi, kepatuhan Factors Correlated with Parental Adherence in Providing Complete Basic Immunization  ABSTRACTImmunization is an effort to reduce child morbidity and mortality, but many children still have not received immunizations. The mortality rate for children under five in the world caused by immunization-preventable diseases reaches 1.4 million people per year. It is feared that the immunization-preventable diseases can spread easily from infected children to non-immunized children or have no immunity to the disease. This has the risk of increasing child mortality. Objective: This research aims to reveal the factors related to parents' adherence, especially mothers, in providing complete basic immunization to infants. Methods: This research is a non-experimental quantitative study with a cross-sectional design. Respondents were 100 mothers who were taken using the purposive sampling technique. Data were collected in Meteseh Village using a valid and reliable questionnaire. Data were analyzed using the Chi-Square test. Results: Bivariate analysis indicated that mother's age, occupation, parity, religion, and knowledge of Adverse event following immunization (AEFI) were not correlated with parental compliance in providing complete basic immunization to infants (p>0.05). Discussion: This research proves that mother’s age is not always correlated with adherence to basic immunization. This adherence is also not correlated with the mother's activities in working or taking care of children and her experience of being a mother. Certain religious beliefs regarding immunization and mother’s knowledge about AEFI are also proven not to be correlated with maternal adherence to giving immunizations. Conclusion: Maternal demographic factors are not always correlated with adherence to providing complete basic immunization to infants, but the immunization still needs to be given to reduce the risk of infants contracting immunization-preventable diseases.Keywords: mother, immunization, adherence


2017 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Herry Syawali Rabidhamadi ◽  
Istiana Istiana ◽  
Noor Muthmainah

Abstract: Worm infestation is an infection caused by worm parasites. The infection can be affected by mother care for sanitation and health which are methods to overcome worm transmission. This research aimed to discover the correlation between mother care and worm infestation incident on SDN Kuin Selatan 5 Banjarmasin students in 2016. This was analytic observational research with cross sectional design. There were 95 samples of 1st to 6th grade students chosen by using purposive sampling method. The data was collected by stool examination and questionnaire with chi-square test to analyze it. The result portrayed that there were 6,3% positive worm infected children. Based on analysis test, there is no correlation between mother care and worm infestation incident (p=0,667). Keywords: worm infestation, mother care, SDN Kuin Selatan 5 Abstrak: Infeksi cacingan adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Infeksi cacingan dapat dipengaruhi oleh pola asuhan ibu tentang kebersihan dan kesehatan yang merupakan salah satu cara menanggulangi penularan cacingan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuhan ibu dengan kejadian cacingan pada murid SDN Kuin Selatan 5 Banjarmasin tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 95 anak dari kelas 1-6, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan feses dan pengisian kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6,3% anak positif terinfeksi cacing. Berdasarkan analisis statistik tidak terdapat hubungan pola asuhan ibu terhadap kejadian cacingan (p=0,667). Kata-kata kunci: cacingan, pola asuhan ibu, SDN Kuin Selatan 5


2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Sabriani Pontoh ◽  
Nelly Mayulu ◽  
Joice N. Engka

Abstract: Ferritin is a kind of protein that is important in iron metabolism. In normal condition, ferritin saves iron that can be used again as a required. In iron overload, iron body store is greatly increased and there is much ferritin in the system, such as the liver and spleen. This study aimed to determine the relationship of ferritin and protein intake among pregnant women in North Bolaang Mongondow in 2015. This was an analytical study with a cross sectional design. The population was all pregnant women in North Bolaang Mongondow. There were 72 people as samples obtained with purposive sampling method. Low ferritin levels were found in 26 respondents (36.1%) while normal ferritin levels were found in 46 respondents (63.9%). There were 18 respodents (44.4%) with enough protein intake. Of the 18 respondents, there were 2 respodents (11.1%) with low ferritin levels and 16 respondents (88.9%) with normal ferritin levels. The chi-square test with a confidence level 95% showed that there was a significant correlation (P = 0,019) between the level of ferritin and protein intake among pregnant women. Conclusion: There was a significant correlation between the level of ferritin and protein intake in pregnant women II-III trimesters in North Bolaang Mongondow.Keywords:ferritin, protein intake, pregnant women.Abstrak: Feritin merupakan protein yang penting dalam metabolisme besi. Pada kondisi normal, ferritin menyimpan besi yang dapat diambil kembali untuk digunakan sebagai kebutuhan. Pada keadaan kelebihan besi, simpanan besi tubuh sangat meningkat dan jauh lebih banyak ferritin yang terdapat di jaringan, misalnya hati dan limpa.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar ferritin dan asupan protein rendah pada ibu hamil di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2015. Protein merupakan zat pembangun jaringan, membentuk struktur tubuh, pertumbuhan, transportasi oksigen, dan membentuk sistem kekebalan tubuh. Jenis penelitian ini survei analitik dengan rancangan potong lintang. Populasi ialah seluruh ibu hamil di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Terdapat 72 sampel yag diperoleh secara purposive sampling. Hasil kadar ferritin kurang sebanyak 26 responden (36,1%) sedangkan yang normal sebanyak 46 responden (63,9%). Terdapat 18 respoden (44,4%) dengan asupan protein cukup. Dari ke 18 responden tersebut, 2 respoden (11,1%) dengan kadar feritin kurang dan 16 responden (88,9%) dengan kadar feritin normal. Hasil uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan terdapat hubungan antara kadar feritin dan asupan protein pada ibu hamil Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (P = 0,019). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kadar ferritin dan asupan protein pada ibu hamil Trismester II-III di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.Kata kunci: ferritin, protein intake, ibu hamil


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Lely Oktavia Ningtias ◽  
Umi Solikhah

Stunting adalah kegagalan memenuhi pertumbuhan seperti memenuhi mikronutrien, lingkungan yang tidak mendukung dan penyediaan perawatan yang tidak adekuat yang dapat mempengaruhi kondisi pertumbuhan balita. Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting. Mengetahui Perbedan pola pemberian nutrisi pada balita dengan stunting dan non-stunting di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan observasi analitik, dengan desain cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok kasus yaitu balita stunting dan kelompok kontrol yaitu balita non stunting. Jumlah sampel 68 terdiri dari 34 balita  stunting dan 34 balita non stunting, dengan metode teknik cluster sampling pengambilan sampel secara purposive sampling Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner, analisa data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu pada balita yang mengalami stunting pola pemberian nutrisi tidak tepat terdiri dari 26 responden (76,5%) dan sebagian besar ibu pada balita yang non-stunting pola pemberian nutrisi tepat terdiri dari 23 responden (67,6%). Terdapat perbedaan pola pemberian nutrisi pada balita dengan stunting dan non-stunting di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden (p-value= 0,0001). Terdapat Perbedaan Pola Pemberian Nutrisi Pada Balita Dengan Stunting dan Non-stunting Di Desa Rempoah Kecamatan BaturadenStunting is a condition resulted from the  failure to meet daily needs of micronutrients. An environment that is not supportive and providing inadequate treatment can affect the conditions of toddlers' growth. Nutrient intake is one of the factors that influences stunting.To illustrate the differences in providing nutritional pattern for toddlers with stunting and non-stunting in Rempoah village, Baturaden sub district. It was a quantitative study using analytic observation with a cross sectional design. The populations in this study were stunting toddlers as the case groups and non-stunting toddlers as the control group. There were 68 toddlers as the samples. There were 34 stunting toddlers and 34 non-stunting toddlers who classified by cluster sampling technique. The samples were collected by purposive sampling. Questionnaire sheets were used to collect the data. The data were analyzed by using Chi-square test. The results discovered that there were 26 respondents (76.5%) with stunting because of improper nutritional patterns. There were 23 respondents (67.6%) with non-stunting because of proper nutritional patterns. There were differences in the administration of nutritional patterns for toddlers with stunting and non-stunting in Rempoah Village, Baturaden District (p-value = 0,0001). There are differences in administration of nutritional pattern for toddlers with stunting and non-stunting in Rempoah village, Baturaden sub-district


e-CliniC ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Steicy N. Lumunon ◽  
Lidwina Sengkey ◽  
Engeline Angliadi

Abstract: Every human being has his/her own activity or job. Higher demand jobs need higher responsibilities of its workers. For instance, hair dressers have to do their job by using their arms with repetitive movements that can result in a shoulder pain. This study aimed to identify the relationship between repetitive hand movements and shoulder pain of salon hairdressers. This was an analytical observational study with a cross sectional design. There were 30 respondents obtained by using the purposive sampling method. The chi square test showed that there was no relationship between repetitive arm movements and shoulder pain among salon hairdressers viewed from the period of working and the pain level (P = 0.800) as well as viewed form the hairdresser’s height and pain level (P = 0.080). Conclusion: There was no significant relationship between the repetitive arm movements and shoulder pain among the salon hairdressers.Keywords: repetitive arm movement, shoulder pain, salon hair dresserAbstrak: Setiap individu tidak terlepas dari aktifitas ataupun pekerjaan. Semakin tinggi tuntutan pekerjaan semakin besar pula beban pekerjaaan dan aktifitas dari pekerja tersebut. Seperti halnya dengan penata rambut di salon harus melakukan pekerjaannya dengan menggunakan lengan secara berulang yang dapat menimbulkan keluhan nyeri bahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan gerakan berulang lengan dengan terjadinya nyeri bahu pada penata rambut di salon. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan potong lintang. Sejumlah 30 responden diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil uji Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara gerakan berulang lengan dengan terjadinya nyeri bahu pada penata rambut di salon dilihat dari lama kerja responden dan tingkat nyeri (P = 0,800), serta tinggi badan responden dan tingkat nyeri (P = 0,800). Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara gerakan berulang lengan dan terjadinya nyeri bahu pada penata rambut di salon.Kata kunci: gerakan berulang lengan, nyeri bahu, peneta rambut di salon


2016 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 232
Author(s):  
Yohanes Bahar Aprilliawan ◽  
Evi Widowati

Abstrak   Kepatuhan penggunaan sarung tangan dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku sesuai aturan dan konsisten dalam memakai sarung tangan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang di sekelilingnya. Tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan Sarung Tangan Terhadap Kecelakaan Kerja pada Pekerja di PT. Tanjung Kreasi Parquet Industry Temanggung. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi berjumlah 207 pekerja dengan sampel sebanyak 66 pekerja (menggunakan teknik purposive sampling). Instrumen yang digunakan adalah angket. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi square dengan α=0,05 dengan alternatif yaitu uji fisher). Hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan sarung tangan dengan kecelakaan kerja pada pekerja PT. Tanjung Kreasi Parquet Industry yang menggunakan uji alternatif yaitu uji fisher dengan hasil p value 0,018 (<0,05) dengan OR (Odds Ratio), yaitu sebesar 6,14. Dari data tersebut responden yang tidak patuh menggunakan sarung tangan kain mempunyai kemungkinan 6,14 kali untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan responden yang patuh menggunakan sarung tangan kain. Saran yang diberikan kepada pekerja yaitu untuk selalu menggunakan sarung tangan kain saat jam kerja berlangsung.   Abstract   The obidience of using gloves could influence the working accident occurance. Obeying the rules and consistently using gloves are compulsory when working according to the working risks in order to keep the workers and the people arround safe. The aim of this research was to find out the correlation between the obidience of using gloves toward working accident of workers at PT. Tanjung Kreasi Parquet Industry Temanggung. This research was observational analytic study using cross sectional design. The population was 207 workers and the sample was 66 workers (using purposive sampling technique). This research used questionnaire as the instrument to collect the data. The data analysis was done using univariat and bivariat (using chi square test, α =0,05 and the alternative was fisher test). The result showed that there was a correlation between the obidience of using gloves toward working accident of PT. Tanjung Kreasi Parquet Industry workers using alternative test that was fisher test with p value 0,018 (<0,05) and OR (Odds Ratio) was 6,14. According to the data, the disobey respondent that did not use gloves had 6.14 times possibility of working accident compared with those who using gloves. The suggestion for the workers was to always use gloves when working.


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Saiful Nurhidayat

Abstract : A person is said to be a smoker if he has smoked at least 100 cigarettes. A person smoking more than a pack of cigarettes a day becomes 2 times more prone to hypertension than those who do not smoke.. Dangers of hypertension trigger the destruction of organs including: kidney, brain, heart, eyes, cause blood vessel resistance and stroke.The purpose of this study is to get a picture of the frequency of smoking, knowing the incidence of hypertension and analyzing the smoking frequency relationship with the incidence hypertension in the community. The study was conducted on the community of RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo, a sample of 30 respondents using Purposive Sampling. Quantitative design with a cross sectional design to study the frequency of smoking and the incidence of hypertension. Instruments use questionnaires and observation sheets. Univariate analysis uses frequency distribution and bivariate analysis with chi square test with α = 0.05. To analyze the strength of the relationship with the coefficients contengency. Result of research of smoking frequency mostly (63,3%) or 19 people medium category. The incidence of hypertension 40% or 12 respondents had moderate hypertension. There is a relationship between the frequency of smoking with the incidence of hypertension RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo with the closeness of the relationship mild. It is expected the community RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo to reduce the number of cigarettes smoked each day in stages so that blood pressure can be lowered or controlled. Keywords : frequency of smoking, hypertension disease. Abstrak : Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Seseorang menghisap rokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan terhadap hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Bahaya hipertensi memicu rusaknya organ tubuh diantaranya : ginjal, otak, jantung, mata, menyebabkan resistensi pembuluh darah dan stroke. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang frekuensi merokok, mengetahui kejadian hipertensi dan menganalisis hubungan frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi pada masyarakat. Penelitian dilakukan pada masyarakat RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo, sampel sejumlah 30 responden menggunakan purposive sampling. Desain kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional untuk mempelajari frekuensi merokok dan kejadian hipertensi.Instrumen menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi  dan analisis  bivariat dengan uji chi square  dengan α=0,05. Untuk menganalisis kekuatan hubungan dengan KK. Hasil penelitian frekuensi merokok sebagian besar (63,3%) atau 19 orang kategori sedang. Kejadian hipertensi 40% atau 12 responden mengalami hipertensi sedang. Terdapat hubungan antara frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi Masyarakat RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo dengan keeratan hubungan ringan. Diharapkan masyarakat RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo untuk mengurangi jumlah rokok yang dihisap setiap hari secara bertahap agar tekanan darah dapat diturunkan atau terkontrol.  Kata Kunci : frekuensi merokok, penyakit hipertensi


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Anggreini Wahyu Prastika ◽  
Gadis Meinar Sari ◽  
Gatut Hardianto

Abstrak Latar Belakang : Aktivitas belajar merupakan proses belajar, baik kegiatan fisik maupun psikis. Aktivitas belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Keluhan yang sering dirasakan oleh remaja putri yaitu nyeri saat menstruasi (dismenorea). Dismenorea adalah rasa nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke kaki ataupun punggung yang timbul saat atau menjelang haid. Pada anak remaja usia sekolah, dismenorea dapat mengganggu aktivitas belajar sehari-hari. Saat seorang remaja putri mengalami dismenorea, hal tersebut dapat membuat mereka tidak masuk sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dismenorea primer dengan aktivitas belajar. Metode : Penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional di SMAN 8  Surabaya yang dilakukan bulan maret sampai juni 2019. Sampel yang digunakan sebanyak 58 siswi SMAN 8 Surabaya yang diambil dengan metode Purposive Sampling. Data dianalisa menggunakan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil : Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara dismenorea primer dengan aktivitas belajar pada siswi SMAN 8 Surabaya dengan (P 0,834). Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara dismenorea primer dengan aktivitas belajar.Abstract Background: Learning activities are a learning process both in physical and psychological activities. Student learning activities are influenced by several factors. Complaints that are often felt by female adolescents are menstrual pain (dysmenorrhea). Dysmenorrhea is a pain in the lower abdomen that spreads to the legs or back that arises during or before menstruation. In adolescents, dysmenorrhea can interfere with daily learning activities. When a female adolescents experiences dysmenorrhea, it can make them not attend school. This study aims to determine the relationship between primary dysmenorrhoea and learning activities. Method: This study was an observational analytic with cross sectional design at SMAN 8 Surabaya conducted in March to June 2019. The sample used were 58 female students of SMAN 8 Surabaya taken by purposive sampling method. Data were analyzed using bivariate analysis using the Chi Square test. Result : The results of the statistical test showed there is no significant relationship between primary dysmenorrhea and learning activities in female students of SMAN 8 Surabaya with (P 0.834).Conclusion : There is no relationship between primary dysmenorrhoea and learning activities. 


e-CliniC ◽  
2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Ridhel G. Sumakul ◽  
Karel Pandelaki ◽  
Frans E. N. Wantania

Abstract: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is caused due to insulin target cells fail or are unable to respond to insulin normally (insulin resistance). Acute or chronic complications can occur in DM patients. Complications of DM can be prevented by optimal control of glycemia, in this case, the concentration of blood glucose and HbA1c. Regularity in medication consumption is important to prevent the occurence of diabetic complications. This study was aimed to determine the relationship of the duration and the regularity of diabetes treatment with HbA1c levels in T2DM patients at Endocrinology Polyclinic at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive analytical study with a cross sectional design, using paients’ medical record data. There were 60 samples obtained by using purposive sampling technique. The results of Chi-Square test showed that there was no corelation between duration of treatment and HbA1c level (P=0.111) and there was no corelation between the regularity of treatment and HbA1c level (P=0.224). Conclusion: There was no relationship between the duration and regularity of treatment with HbA1c levels of T2DM patients in the Endocrinology Polyclinic at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado.Keywords: T2DM, duration of treatment, regularity of treatment, HbA1c Abstrak: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) disebabkan karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal (resistensi insulin). Komplikasi yang terjadi pada pasien DM dapat bersifat akut maupun kronis. Komplikasi DMT2 dapat dicegah dengan kontrol glikemia yang optimal yaitu terkendalinya konsentrasi glukosa dalam darah dan HbA1c. Keteraturan minum obat pada pasien DM merupakan hal penting dalam mencegah terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama berobat diabetes dan keteraturan berobat dengan kadar HbA1c pasien DMT2 di Poli Endokrin RSUP Prof . Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang, menggunakan data rekam medik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 pasien. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan lama berobat DMT2 dengan kadar HbA1c (P=0,111). Juga tidak terdapat hubungan keteraturan berobat dengan kadar HbA1c (P=0,224). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara lama berobat dan keteraturan kunjungan berobat dengan kadar HbA1c pasien DM tipe 2 di Poli Endokrin RSUP Prof . Dr. R. D. Kandou Manado.Kata kunci: DMT2, lama berobat, keteraturan berobat, HbA1c


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document