scholarly journals Kondisi Ekologi Mangrove Di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Yostan Lahabu ◽  
Joshian N. W. Schaduw ◽  
Agung B. Windarto

Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannnya. Penelitian ini dilakukan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangrove dan mengetahui kondisi ekologi vegetasi hutan mangrove yang terdapat di kawasan Pulau Mantehage. Metode yang digunakan yaitu metode line transek kuadran. Data yang didapatkan selanjutnya diolah dengan analisis struktur komunitas. Terdapat 8 jenis mangrove yang teridentifikasi di Pulau Mantehage, yaitu : Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrical, Ceriops tagal, Sonneratia alba, dan Lumnitzera littorea. Hasil analisis vegetasi mangrove menunjukkan ekosistem dalam keadaan belum stabil Hal ini didasarkan pada nilai indeks keanekaragaman yang masuk dalam kategori rendah (H’= 0,93, H’= 0,91, H’=1,07, H’=1,38). Nilai indeks keseragaman dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dari empat stasiun menunjukkan nilai yang merata (tingkat Semai=0,95, Pancang=0,82, Tiang=64 dan Pohon=0,85). Sedangkan nilai indeks dominansi menunjukkan nilai yang tinggi (tingkat Semai=0,66, Pancang=1,00, Tiang=0,61 dan Pohon=0,37). Faktor lingkungan seperti suhu dan salinitas menunjukkan nilai kisaran 29-33 ppt untuk salinitas dan 27-30 0C untuk suhu. Nilai ini tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove.

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 305-318
Author(s):  
Aswin ◽  
Ario Damar ◽  
Gatot Yulianto

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga keberadaannya dapat memperkaya kawasan pesisir dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan luasan dan sebaran ekosistem mangrove dalam kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2020 dan untuk mengetahui kondisi vegetasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2020 di Pulau Tanakeke. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Analisis perubahan luasan ekosistem mangrove dari tahun 2000 sampai 2020 menggunakan metode supervised classification dengan analisis maximum likelihood, sedangkan kondisi vegetasi ekosistem mangrove menggunakan metode analisis indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke dari tahun 2000 sampai 2020 mengalami degradasi seluas -337,41 ha (28,32% dari luas tahun 2000). Pada lokasi penelitian ditemukan 9 jenis mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Phemphis acidula, Lumnitzera racemosa dan Ceriops decandra. Mangrove jenis Rhizophora mucronata memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 192,55%, sementara untuk keanekaragaman jenis secara umum tergolong rendah.


Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi ekonomi, fisik, dan ekologi. Salah satu wilayah pesisir yang merupakan habitat ekosistem mangove adalah pesisir Kabupaten Muna Barat. Adanya pembangunan berdampak pada pengurangan luas dan kerapatan ekosistem mangrove sehingga mempengaruhi struktur dan status kerapatan ekosistem mangrove. Jumlah spesies mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Muna Barat adalah sepuluh spesies yang terdiri Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Calophyllum inophyllum. Total kerapatan mangrove adalah 752 pohon/ha yang terdiri dari 879 pohon/ha pada stasiun I, 621 pohon/ha pada stasiun II, 687 pohon/ha pada stasiun III, dan 820 pohon/ha pada stasiun IV dengan status kerapatan termasuk pada kategori rendah.


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Ariesia Ayuning Gemaputri

Kawasan hutan mangrove di Jawa Timur terdapat di sepanjang pantai utara mulai Kabupaten Tuban sampai dengan Kabupaten Situbondo seluas sekitar 19.916 hektar (Perum Perhutani, 1994). Keberadaan hutan mangrove tersebut kini semakin memprihatinkan, dimana penyusutan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo mencapai 580 hektar pada tahun 2001 (Kompas, 2001), dan 229,5 hektar di Kabupaten Situbondo (Pemerintah Kabupaten Situbondo, 2005). Dengan laju penurunan hutan mangrove yang demikian cepat, maka diperkirakan hutan mangrove akan lenyap pada tahun 2010 (Ramono, 2003). Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan sampai saat ini hanya terbatas pada penanaman pohon-pohon mangrove yang rusak karena penebangan, padahal keberhasilan upaya rehabilitasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, jenis mangrove, dan tata cara penanaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) lokasi di pantai utara Jawa Timur bagian timur menunjukkan bahwa, tanah-tanah didominasi oleh fraksi pasir (13,80-94,92 %), pH asam (8,06-8,94), tingkat salinitas tinggi (0,2302-2,4843 %), kapasitas tukar kation rendah (7,8837-27,2901 me/100g), dan kandungan bahan organik rendah (0,1851-2,4675 %). Sehingga jenis mangrove yang dapat direkomendasikan untuk ditanam di Kabupaten Probolinggo pada zona paling dekat dengan darat (belakang) adalah Ceriops decandra, dan Ceriops tagal, pada zona tengah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus mollucensis, pada zona paling dekat dengan laut (depan) adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 309
Author(s):  
Rusdiyanto Husuna ◽  
Adnan S. Wantasen ◽  
Ari B. Rondonuwu

This study aims to know the community structure of mangrove and the environmental condition in South Tabulo coast. Mean temperature at station 1, 2, and 3 was 310C, and water salinity varied between 28-30 ‰. Water pH was averagely 7 in all stations. Substrate measurements were visually done and through touches. Stations 1 and 2 had sandy muddy substrates, while station 3 was muddy. Mangroves of tree criterion were found 122 individuals of 7 species, Avicennia lanata, A. marina, Rhizophora apiculata, R. mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, and Ceriops tagal. Field observations showed that the highest species density was recorded in R. mucronata. The highest species frequency was found in S. alba, R. apiculata, and R. mucronata, while the highest species cover and importance value index were recorded in S. alba and R. apiculata dan R. mucronata. Based on diversity index, it was found that only 7 species were found in the study sites and it belonged to good condition. It indicates that the study sites are still in good ecological condition.Abstrak Keywords : Mangrove, community, Boalemo, diversity, importance value. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas mangrove serta kondisi lingkungan di Pantai Tabulo Selatan. Berdasarkan hasil penelitian di Pantai Tabulo Selatan untuk pengukuran suhu pada stasiun 1, 2, dan 3 diperoleh hasil rata-rata 310C, dengan salinitas bervariasi antara 28-30 ‰. Pengukuran pH air pada semua stasiun pengamatan diperoleh hasil rata-rata 7. Pengamatan substrat dilakukan secara visual dengan cara meraba tekstur substrat pada setiap stasiun, dan substrat yang terdapat di lokasi penelitian pada stasiun 1 dan 2 adalah lumpur berpasir, pada stasiun 3 berlumpur. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada semua stasiun dengan kriteria pohon telah ditemukan 122 individu dari 7 spesies yang ditemukan yaitu Avicennia lanata, Avicennia marina, Rhizophora apiculata, R. mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza dan Ceriops tagal. Berdasarkan pengamatana lapangan, kerapatan spesies tertinggi dimiliki oleh spesies Rhizophora mucronata, frekuensi spesies tertinggi dimiliki spesies S. alba, R. apiculata dan Rhizophora mucronata, penutupan spesies dan indeks nilai penting didapati spesies Sonneratia alba, Rhizophora apiculata dan R. mucronata.. Berdasarkan indeks keanekaragaman dapat dilihat bahwa hanya ada 7 spesies yang didapatkan pada lokasi penelitian dan termasuk dalam kriteria keanekaragaman baik. Hal ini menunjukkan bahwa di lokasi penelitian masih dalam kondisi ekologis yang cukup baik.Kata kunci : Mangrove, komunitas, Boalemo, keanekaragaman, nilai penting.


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Muarif Muarif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas ekosistem mangrove di Pesisir Kepulauan Natuna melalui analisis sebaran jenis dan kerapatan mangrove.  Ekosistem mangrove di Kawasan Pesisir ini memiliki tipologi Riverine Mangrove.  Kondisi ekosistem mangrove baik. Jenis mangrove yang tumbuh meliputi Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora stylosa,Ceriops tagal, Rhizophora apiculata.Xylocarpus granatum, Hibiscus, Casuariana, dan Pandanus. Kerapatan mangrove di pesisir kawasan ini tergolong padat sampai sangat padat dengan kisaran nilai kerapatan antara 1.000-2.933 idv/Ha.  Kecamatan Bunguran Barat memiliki areal mangrove terluas dengan rataan kerapatan pohon yang tertinggi (1.833 idv/Ha).  Ekosistem mangrove di Kepulauan Natuna rata-rata didominansi oleh Genus Rhizophora dengan jenis yang mendominasi antara lain Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Rhizophora apiculata. Kata kunci: ekosistem, kerapatan, mangrove


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Jemmy Manan ◽  
Abraham W. Manumpil ◽  
Pilipus Y. Asaribab ◽  
Dandi Saleky

Mangrove ecosystem is an important ecosystem in coastal areas which is a habitat for various types of organisms. The existence of mangrove ecosystems in nature is strongly influenced by the availability of mangrove seedlings and seedlings because they are closely related to the secondary succession process in natural habitats. This research was conducted to analyze the potential for regeneration of mangrove seedlings in the coastal area of Dafi Village, Biak Numfor Regency, Papua. Data collection on the potential for regeneration of mangrove seedlings was carried out using the belt transect method. Analysis of species composition and structure of mangrove vegetation at the seedling level used analysis of species density, relative density, species frequency, relative frequency, and important value index. A total of seven mangrove species were found in the coastal area of Dafi Village, Biak Numfor Regency, consisting of Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Ceriops Tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora Stylosa, and Lumnitzera racemoza. The highest species density and relative density values were found in Bruguiera gymnorrizha and Cerops tagal, while the lowest was Rhizophora mucronata and Lumnitzera racemoza. The highest value of species frequency and relative frequency was Bruguiera gymnorrizha, while the lowest was Rhizophora mucronata. The highest Importance Value Index (INP) of mangrove seedlings was found in Ceriops tagal and Bruguiera gymnorrizha, while Rhizophora mucronata had the lowest INP compared to other species.Keywords: Mangrove Ecosystem; Mangrove Regeneration; Important Value Index AbstrakEkosistem mangrove merupakan ekosistem penting di wilayah pesisir yang menjadi habitat bagi berbagai jenis organisme. Keberadaan ekosistem mangrove dialam sangat dipengaruhi oleh ketersediaan anakan dan semai mangrove, karena sangat berkaitan erat dengan proses suksesi sekunder pada habitat alami. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis potensi regenerasi semai mangrove di Pesisir Kampung Dafi Kabupaten Biak Numfor Papua. Pengumpulan data potensi regenerasi semai mangrove dilakukan dengan menggunakan metode belt transek. Analisis komposisi jenis dan struktur vegetasi mangrove tingkat semai menggunakan analisis kerapatan jenis, kerapatan relatif, frekuensi jenis, frekuensi relatif, dan  indeks nilai penting. Total tujuh jenis mangrove ditemukan di Pesisir Kampung Dafi Kabupaten Biak Numfor yang terdiri atas jenis Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Ceriops Tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora Stylosa, dan Lumnitzera racemoza. Nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif tertinggi ditemukan pada jenis Bruguiera gymnorrizha dan Cerops tagal, sedangkan terrendah adalah jenis Rhizophora mucronata dan Lumnitzera racemoza. Nilai frekuensi jenis dan frekuensi relatif tertinggi adalah jenis Bruguiera gymnorrizha sedangkan yang terendah adalah jenis Rhizophora mucronata. Indeks Nilai Penting (INP) semai mangrove tertinggi ditemukan pada  jenis Ceriops tagal dan Bruguiera gymnorrizha sedangkan jenis Rhizophora mucronata  memiliki INP terrendah dibanding jenis lainnya.Kata kunci: Ekosistem Mangrove; Regenerasi Mangrove; Indeks Nilai Penting


2020 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 323-333
Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove litter production is important in the displacement of organic matter from mangrove vegetation to water such as in the coast of West Muna Regency. However, one factor influencing it is the frequency of rainfall. This research, therefore, aims to determine the influence of the frequency of rainfall in mangrove ecosystem by obtaining data through the fractional wet weight. The results showed that the biomass fraction with the largest amount were Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, and Sonneratia alba with of 31.59; 31.07; and 30.96%, respectively, while the lowest was Rhizophora stylosa, Bruguiera cylindrica, and Bruguiera gymnorrhiza with of 30.07; 30.10; and 31.95%, respectively. The species with the largest leaf litter production was Bruguiera cylindrica, with of 1.72 g.m-2.day-1 which occurred in April and the lowest was Rhizophora apiculata, 0.24 g.m-2.day-1 in August. The species with the largest leaf litter production was Bruguiera cylindrica, 1.96 g.m-2.day-1 which occurred in May and the lowest was Sonneratia alba, 0.29 g.m-2.day-1 in August. In addition, the species with the largest fruit litter production was Rhizophora apiculata, 1.76 g.m-2.day-1 in April and the lowest was Sonneratia alba, 0.32 g.m-2.day-1 in September. The total litter production was 18,75 g.m-2.day-1 consisted of 6,69 g.m2.day-1 leaf litter, 6,54 g.m-2.day-1 branch litter, and 5,52 g.m-2.day-1 fruit litter. The higher the frequency of the rain, the greater the litter production.   Keywords: biomass fraction, seasonal litter production, West Muna Regency


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 115-125
Author(s):  
Maywa Widiya Pratiwi ◽  
Firman Farid Muhsoni

Kawasan hutan mangrove memiliki keanekaragaman hayati dan biota yang beragam, kawasan ini potensial dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui indeks kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, dan daya dukung pemanfaatan ekowisata mangrove di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Metode pengambilan data mangrove menggunakan transek garis dan plot (Line Transect Plot). Hasil penelitian mendapatkan jenis mangrove di lokasi penelitian adalah Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Aegiceras cornitulatum. Kesesuaian kawasan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata bahari kategori mangrove untuk semua stasiun pada kondisi sesuai bersyarat. Daya dukung kawasan menunjukkan hasil kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi pemanfaatan sebanyak 199 orang per hari, sedangkan untuk per trip sebanyak 25 orang per trip. Daya dukung pemanfaatan dengan mempertimbangkan persentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% maka diperoleh hasil sebanyak 20 orang per hari


2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Ridwan Lasabuda ◽  
Lawrence J. L. Lumingas ◽  
Rose O. S. E. Mantiri

This study aims to analyze the characteristics of mangrove vegetation in Sauk village, Labuan Uki bay, and to know the exploitation activities and the community’s perception on mangrove ecosystem. Mangrove vegetation characteristic data were collected using transect line method in 3 stations, while mangrove utilization and community’s perception data were obtained through field observation, questioners, and structured interviews. Respondent sampling used purposive sampling, and the respondents were representatively selected based on profession background as boat raft fishermen.Results showed that mangroves in Sauk village consisted of 8 species, Avicennia officinalis Aegiceras floridum, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, and S. casiolari. The density level was 689 trees.ha-1 (categorized as rare according to the decree of Living Evironment Minister Numbered 201/2004) and the mean vegetation spread was 95.16 M widely available from 22.70 Ha.People used the mangrove for firewood, building materials, boat frame, fish drying place, net dye material (tree skin), dahannya dibuat wadah bunga buatan, and fishing ground. Some people of the village clear cut the mangroves for boat sailing route, despite violating Indonesian Law numbered 27/ 2007 jo Low numbered 1/2014 concerning coastal area and small islands management.Sixty percent of the respondents understood that mangroves can be cut for various benefits, 40% knew that mangrove area is source of income, 40% as source of firewood, 10% as place where fish lay their eggs, and 10% as coast protection from abrasion.Keyword : mangrove, boat raft fishermen, Sauk village, Labuan Uki bay.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk   menganalisis karaktersitik vegetasi mangrove yang ada di desa Sauk Teluk Labuan Uki dan  mengetahui aktivitas pemanfaatan serta  persepsi masyarakat tentang ekosistem mangrove. Data karakteristik vegetasi  mangrove diambil menggunakan metode transek line  di 3  stasiun. Sedangkan data pemanfaatan mangrove dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, pengisian kuesioner dan wawancara terstruktur. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara representatif berdasarkan latar belakang profesi sebagai nelayan bagan perahuHasil penelitian menggambarkan bahwa mangrove yang ada di  desa Sauk terdiri dari 8  spesies : Avicennia officinalis (api-api), Aegiceras floridum (api-api), Rhizophora apiculata (lolaro), Rhizophora mucronata(lolaro), Rhizophora stylosa (lolaro), Bruguiera gymnorrhiza (ting), Sonneratia alba (lolaro)  dan Sonneratia casiolari (posi-posi). Tingkat kerapatan 689 pohon/ha (kategori jarang sesuai Kepmen Lingkungan Hidup No 201 Tahun 2004). Ketebalan vegetasi mangrove rata2 95,16 meter dari luas yang tersedia 22,70 Ha.Masyarakat memanfaatkan mangrove untuk : sumber kayu bakar, dibuat bahan bangunan, dibuat rangka kapal, tempat menjemur ikan, kulitnya sebagai pewarna jaring, dahannya dibuat wadah bunga buatan, tempat menangkap ikan dan biota air lainnya. Selain itu ada oknum masyarakat desa Sauk yang menebang mangrove untuk membuat lintasan perahu,  dimana kegiatan ini bertentangan dengan UU No.27 Tahun 2007 jo UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil. 60 % responden memahami bahwa mangrove adalah tumbuhan yang bebas ditebang untuk dimanfaatkan berbagai kepentingan. 40 % responden memahami kawasan mangrove adalah sumber pencaharian masyarakat lokal, 40 % responden memahami sebagai sumber untuk mencari kayu bakar, 10 % responden memahami sebagai tempat bertelur ikan, dan 10 % responden memahami sebagai penahan abrasi pantai.Keyword : mangrove, nelayan bagan perahu, desa Sauk, Teluk Labuan Uki


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document