scholarly journals Mangrove Community Characteristics and Local Fishermen’s Utilization in North Sulawesi Province: Case study on boat raft fishermen in Sauk village, Labuan Uki bay, Bolaang Mongondow regency

2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Ridwan Lasabuda ◽  
Lawrence J. L. Lumingas ◽  
Rose O. S. E. Mantiri

This study aims to analyze the characteristics of mangrove vegetation in Sauk village, Labuan Uki bay, and to know the exploitation activities and the community’s perception on mangrove ecosystem. Mangrove vegetation characteristic data were collected using transect line method in 3 stations, while mangrove utilization and community’s perception data were obtained through field observation, questioners, and structured interviews. Respondent sampling used purposive sampling, and the respondents were representatively selected based on profession background as boat raft fishermen.Results showed that mangroves in Sauk village consisted of 8 species, Avicennia officinalis Aegiceras floridum, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, and S. casiolari. The density level was 689 trees.ha-1 (categorized as rare according to the decree of Living Evironment Minister Numbered 201/2004) and the mean vegetation spread was 95.16 M widely available from 22.70 Ha.People used the mangrove for firewood, building materials, boat frame, fish drying place, net dye material (tree skin), dahannya dibuat wadah bunga buatan, and fishing ground. Some people of the village clear cut the mangroves for boat sailing route, despite violating Indonesian Law numbered 27/ 2007 jo Low numbered 1/2014 concerning coastal area and small islands management.Sixty percent of the respondents understood that mangroves can be cut for various benefits, 40% knew that mangrove area is source of income, 40% as source of firewood, 10% as place where fish lay their eggs, and 10% as coast protection from abrasion.Keyword : mangrove, boat raft fishermen, Sauk village, Labuan Uki bay.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk   menganalisis karaktersitik vegetasi mangrove yang ada di desa Sauk Teluk Labuan Uki dan  mengetahui aktivitas pemanfaatan serta  persepsi masyarakat tentang ekosistem mangrove. Data karakteristik vegetasi  mangrove diambil menggunakan metode transek line  di 3  stasiun. Sedangkan data pemanfaatan mangrove dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, pengisian kuesioner dan wawancara terstruktur. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara representatif berdasarkan latar belakang profesi sebagai nelayan bagan perahuHasil penelitian menggambarkan bahwa mangrove yang ada di  desa Sauk terdiri dari 8  spesies : Avicennia officinalis (api-api), Aegiceras floridum (api-api), Rhizophora apiculata (lolaro), Rhizophora mucronata(lolaro), Rhizophora stylosa (lolaro), Bruguiera gymnorrhiza (ting), Sonneratia alba (lolaro)  dan Sonneratia casiolari (posi-posi). Tingkat kerapatan 689 pohon/ha (kategori jarang sesuai Kepmen Lingkungan Hidup No 201 Tahun 2004). Ketebalan vegetasi mangrove rata2 95,16 meter dari luas yang tersedia 22,70 Ha.Masyarakat memanfaatkan mangrove untuk : sumber kayu bakar, dibuat bahan bangunan, dibuat rangka kapal, tempat menjemur ikan, kulitnya sebagai pewarna jaring, dahannya dibuat wadah bunga buatan, tempat menangkap ikan dan biota air lainnya. Selain itu ada oknum masyarakat desa Sauk yang menebang mangrove untuk membuat lintasan perahu,  dimana kegiatan ini bertentangan dengan UU No.27 Tahun 2007 jo UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil. 60 % responden memahami bahwa mangrove adalah tumbuhan yang bebas ditebang untuk dimanfaatkan berbagai kepentingan. 40 % responden memahami kawasan mangrove adalah sumber pencaharian masyarakat lokal, 40 % responden memahami sebagai sumber untuk mencari kayu bakar, 10 % responden memahami sebagai tempat bertelur ikan, dan 10 % responden memahami sebagai penahan abrasi pantai.Keyword : mangrove, nelayan bagan perahu, desa Sauk, Teluk Labuan Uki

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 305-318
Author(s):  
Aswin ◽  
Ario Damar ◽  
Gatot Yulianto

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga keberadaannya dapat memperkaya kawasan pesisir dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan luasan dan sebaran ekosistem mangrove dalam kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2020 dan untuk mengetahui kondisi vegetasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2020 di Pulau Tanakeke. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Analisis perubahan luasan ekosistem mangrove dari tahun 2000 sampai 2020 menggunakan metode supervised classification dengan analisis maximum likelihood, sedangkan kondisi vegetasi ekosistem mangrove menggunakan metode analisis indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke dari tahun 2000 sampai 2020 mengalami degradasi seluas -337,41 ha (28,32% dari luas tahun 2000). Pada lokasi penelitian ditemukan 9 jenis mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Phemphis acidula, Lumnitzera racemosa dan Ceriops decandra. Mangrove jenis Rhizophora mucronata memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 192,55%, sementara untuk keanekaragaman jenis secara umum tergolong rendah.


2020 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 323-333
Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove litter production is important in the displacement of organic matter from mangrove vegetation to water such as in the coast of West Muna Regency. However, one factor influencing it is the frequency of rainfall. This research, therefore, aims to determine the influence of the frequency of rainfall in mangrove ecosystem by obtaining data through the fractional wet weight. The results showed that the biomass fraction with the largest amount were Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, and Sonneratia alba with of 31.59; 31.07; and 30.96%, respectively, while the lowest was Rhizophora stylosa, Bruguiera cylindrica, and Bruguiera gymnorrhiza with of 30.07; 30.10; and 31.95%, respectively. The species with the largest leaf litter production was Bruguiera cylindrica, with of 1.72 g.m-2.day-1 which occurred in April and the lowest was Rhizophora apiculata, 0.24 g.m-2.day-1 in August. The species with the largest leaf litter production was Bruguiera cylindrica, 1.96 g.m-2.day-1 which occurred in May and the lowest was Sonneratia alba, 0.29 g.m-2.day-1 in August. In addition, the species with the largest fruit litter production was Rhizophora apiculata, 1.76 g.m-2.day-1 in April and the lowest was Sonneratia alba, 0.32 g.m-2.day-1 in September. The total litter production was 18,75 g.m-2.day-1 consisted of 6,69 g.m2.day-1 leaf litter, 6,54 g.m-2.day-1 branch litter, and 5,52 g.m-2.day-1 fruit litter. The higher the frequency of the rain, the greater the litter production.   Keywords: biomass fraction, seasonal litter production, West Muna Regency


2017 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Annice Anthoni ◽  
Joshian Schaduw ◽  
Calvyn Sondak

Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung persentase tutupan mangrove dan mengetahui struktur komunitas mangrove. Penelitian ini dilakukan di sepanjang pesisir Taman Nasional Bunaken bagian Utara. Metode  yang di gunakan dalam penelitian ini  yaitu metode line transect dan metode hemisperichal photography. Data hasil penelitian ditemukan 6 jenis mangrove yaitu Sonneratia alba, Avicennia officinalis, Avecennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Bruguiera gymnorrhiza yang termasuk dalam 4 famili Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Rhizophoraceae dan juga Bruguieraceae. Nilai tutupan kanopi mangrove yang tertinggi pada stasiun 2 (Meras)  di transek 2 mencapai nilai 82,78% dan yang terendah pada stasiun 1 (Molas)  di transek 1 yaitu 61,24%.


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Eka Yuningsih ◽  
Herni E.I Simbala ◽  
Febby E.F Kandou ◽  
Saroyo Sumarto

AbstrakStudi keanekaragaman dan indeks nilai penting telah dilakukan pada vegetasi mangrove di kawasan Pantai Tanamon dengan menggunakan metode purposive sampling. Ukuran petak ditentukan dengan menggunakan kategori pengelompokan semai (2x2 m2), pancang (5x5 m2), tiang (10x10 m2) dan pohon (20x20 m2). Keanekaragaman vegetasi mangrove di Pantai Tanamon ditentukan dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wienner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman vegetasi tergolong sedang dengan nilai indeks 1,412. Di kawasan Pantai Tanamon terdapat 6 jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans dan Terminalia catappa. Indeks nilai penting tertinggi pada pada X. granatum untuk kategori semai (72,977 %), A. marina untuk kategori pancang (80,357 %), A. marina untuk kategori tiang (91,623 %) dan S. alba untuk kategori pohon (142,191 %).Kata kunci: mangrove, keanekaragaman, PantaiTanamonAbstractA study on the diversity and the importance value index of mangrove vegetation in the area of Tanamon Beach was conducted using purposive sampling method. Plot size was determined using classification category of seedling (2x2 m2), stake (5x5 m2), pole (10x10 m2) and tree (20x20 m2). The diversity of mangrove vegetation in the Tanamon Beach was determined using the diversity index formula of Shannon-Wienner. The results indicated that vegetation diversity was medium and the index value was 1.412. The mangrove vegetation consisted of 6 species, i.e. Avicennia marina, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans and Terminalia catappa. The highest importance-value-index was in the X. granatum seedling (72.977 %), A. marina stake (80.357 %), A. marina pole (91.623 %) and S. alba tree (142.191 %).Keywords: mangrove, diversity, Tanamon Beach


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 129
Author(s):  
A Hadian Pratama Hamzah ◽  
Trisno Anggoro ◽  
Sri Puryono

Mangroves are one of the important coastal ecosystems that have various benefits and their uses are carried out by various stakeholders. This study aims to 1) find out and analyze the condition of mangrove resources and community beneficiaries, 2) analyze the roles and functions of each stakeholder, and 3) find out and analyze the form of co-management of mangrove ecosystem management in Lubuk Kertang Village, West Brandan, Langkat Regency. Mangrove vegetation data collection is done using the quadratic transect method; while taking socioeconomic, institutional, and interview data using survey and purposive sampling methods. Data obtained from mangrove vegetation include density, frequency, cover, and mangrove importance index. Stakeholder analysis using a matrix of interests and influences. Research shows there are 5 types of mangroves in Lubuk Kertang Village, namely Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa and Sonneratia alba. Strategies in the context of expanding mangrove forests are with these types. Stakeholder analysis identified 16 stakeholders who were classified in 4 groups, namely subject, key players, crowd, and by standers. Mangrove management in Lubuk Kertang Village is still in the consultative stage. To improve effectiveness, management is directed at the cooperative level in the co-management spectrum with management strategies.


Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi ekonomi, fisik, dan ekologi. Salah satu wilayah pesisir yang merupakan habitat ekosistem mangove adalah pesisir Kabupaten Muna Barat. Adanya pembangunan berdampak pada pengurangan luas dan kerapatan ekosistem mangrove sehingga mempengaruhi struktur dan status kerapatan ekosistem mangrove. Jumlah spesies mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Muna Barat adalah sepuluh spesies yang terdiri Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Calophyllum inophyllum. Total kerapatan mangrove adalah 752 pohon/ha yang terdiri dari 879 pohon/ha pada stasiun I, 621 pohon/ha pada stasiun II, 687 pohon/ha pada stasiun III, dan 820 pohon/ha pada stasiun IV dengan status kerapatan termasuk pada kategori rendah.


2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Yostan Lahabu ◽  
Joshian N. W. Schaduw ◽  
Agung B. Windarto

Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannnya. Penelitian ini dilakukan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangrove dan mengetahui kondisi ekologi vegetasi hutan mangrove yang terdapat di kawasan Pulau Mantehage. Metode yang digunakan yaitu metode line transek kuadran. Data yang didapatkan selanjutnya diolah dengan analisis struktur komunitas. Terdapat 8 jenis mangrove yang teridentifikasi di Pulau Mantehage, yaitu : Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrical, Ceriops tagal, Sonneratia alba, dan Lumnitzera littorea. Hasil analisis vegetasi mangrove menunjukkan ekosistem dalam keadaan belum stabil Hal ini didasarkan pada nilai indeks keanekaragaman yang masuk dalam kategori rendah (H’= 0,93, H’= 0,91, H’=1,07, H’=1,38). Nilai indeks keseragaman dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dari empat stasiun menunjukkan nilai yang merata (tingkat Semai=0,95, Pancang=0,82, Tiang=64 dan Pohon=0,85). Sedangkan nilai indeks dominansi menunjukkan nilai yang tinggi (tingkat Semai=0,66, Pancang=1,00, Tiang=0,61 dan Pohon=0,37). Faktor lingkungan seperti suhu dan salinitas menunjukkan nilai kisaran 29-33 ppt untuk salinitas dan 27-30 0C untuk suhu. Nilai ini tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Agus Salim ◽  
Risma Illa Maulany ◽  
Ngakan Putu Oka

This study aims to determine (1) Assessment of Bungkutoko Ecotourism Conditions; and (2) Supporting factors for optimizing management, and (3) strategies for optimizing management. This research will be carried out for three months from September to December 2018 in the Bungkutoko mangrove tracking ecotourism area, Kendari City, Southeast Sulawesi (Figure 1). Identification of unknown mangrove species will be carried out at the Laboratory of Conservation of forest resources and ecotourism, Faculty of Forestry, Hasanuddin University. The results of the study: (1) Biophysical potential of mangrove ecotourism in Bungkutoko, namely 8 species of mangrove plants consisting of Avicennia lanata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, L faustis and L faecus, and Lizar. from birds and reptiles. (2) Condition of mangrove ecotourism practices in Bungkutoko Not optimal, both in terms of education, conservation and welfare. (3) The ecotourism development strategy in Bungkutoko is in quadrant II (S-T strategy). The strategies formulated in quadrant II include: increasing the availability of educational facilities, increasing efforts to preserve the environment of mangrove forests, empowering local communities, increasing Human Resources, and working with the Kendari city government and the private sector to add infrastructure.


2011 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
Author(s):  
Mahmud Mahmud

Vegetasi mangrove merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan telah pustaka. Tujuan penelitian untuk mengetahui vegetasi mangrove yang dipergunakan sebagai bahan makanan pada empat suku yang ada di Papua Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 jenis dari 3 suku vegetasi mangrove yang dimanfaatkan sebagai makanan. Ke-7 jenis tersebut :Bruguiera gymnorrhiza Lam, Ceriops tagal B.Rob, Nypa fruticans Wurmb, Bruquiera parviflora, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba J.Sm, dan Sonneratia avota dari 3 suku Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Arecaceae. Kegunaan vegetasi mangrove sebagai bahan makanan di antaranya: sebagai makanan pokok, rujakan, pengganti pinang, pengganti kelapa, penambah rasa, dan minuman.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Syahrul Muharamsyah ◽  
M Sofwan Anwari ◽  
Hafiz Ardian

Mangrove forests are unique ecosystems that have ecological, biological and socio-economic functions. The function of mangrove forests on the environment is very important especially in the coastal and oceanic regions. Mangrove forests providers of wood, leaves as raw material for medicines, and natural dye. This study aims to inventory the diversity of species of mangrove vegetation in Mendalok Village, Sungai Kunyit Subdistrict, Mempawah Regency. The benefits of this study are to provide the data on mangrove forest vegetation as basic data for local government and related agencies in efforts to protect and preserve mangrove forests in Mendalok Village, Sungai Kunyit Subdistrict, Mempawah Regency. Inventory the tree in mangrove forest used a line with measured 200 meters. There are 6 lines and the distance between the lines as far as 100 meters. The lines of observation are placed by purposive sampling. The results of research found 11 types of species and consisted of 6 genera. The genera are Avicennia, Bruguiera, Ceriops, Rhizophora, Soneratia and Xylocarpus. The species found were Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia caseolaris, Xylocarpus mollucensis. Diversity of mangrove species in Mendalok Village, Sungai Kunyit Subdistrict, Mempawah Regency was high and should be maintained for conservation and ecotourism area. Keywords : conservation, ecotourism, mangrove, Mendalok Village


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document