scholarly journals Sebaran spesies dan status kerapatan ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara

Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi ekonomi, fisik, dan ekologi. Salah satu wilayah pesisir yang merupakan habitat ekosistem mangove adalah pesisir Kabupaten Muna Barat. Adanya pembangunan berdampak pada pengurangan luas dan kerapatan ekosistem mangrove sehingga mempengaruhi struktur dan status kerapatan ekosistem mangrove. Jumlah spesies mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Muna Barat adalah sepuluh spesies yang terdiri Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Calophyllum inophyllum. Total kerapatan mangrove adalah 752 pohon/ha yang terdiri dari 879 pohon/ha pada stasiun I, 621 pohon/ha pada stasiun II, 687 pohon/ha pada stasiun III, dan 820 pohon/ha pada stasiun IV dengan status kerapatan termasuk pada kategori rendah.

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 305-318
Author(s):  
Aswin ◽  
Ario Damar ◽  
Gatot Yulianto

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga keberadaannya dapat memperkaya kawasan pesisir dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan luasan dan sebaran ekosistem mangrove dalam kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2020 dan untuk mengetahui kondisi vegetasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2020 di Pulau Tanakeke. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Analisis perubahan luasan ekosistem mangrove dari tahun 2000 sampai 2020 menggunakan metode supervised classification dengan analisis maximum likelihood, sedangkan kondisi vegetasi ekosistem mangrove menggunakan metode analisis indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke dari tahun 2000 sampai 2020 mengalami degradasi seluas -337,41 ha (28,32% dari luas tahun 2000). Pada lokasi penelitian ditemukan 9 jenis mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Phemphis acidula, Lumnitzera racemosa dan Ceriops decandra. Mangrove jenis Rhizophora mucronata memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 192,55%, sementara untuk keanekaragaman jenis secara umum tergolong rendah.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Yostan Lahabu ◽  
Joshian N. W. Schaduw ◽  
Agung B. Windarto

Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannnya. Penelitian ini dilakukan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangrove dan mengetahui kondisi ekologi vegetasi hutan mangrove yang terdapat di kawasan Pulau Mantehage. Metode yang digunakan yaitu metode line transek kuadran. Data yang didapatkan selanjutnya diolah dengan analisis struktur komunitas. Terdapat 8 jenis mangrove yang teridentifikasi di Pulau Mantehage, yaitu : Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrical, Ceriops tagal, Sonneratia alba, dan Lumnitzera littorea. Hasil analisis vegetasi mangrove menunjukkan ekosistem dalam keadaan belum stabil Hal ini didasarkan pada nilai indeks keanekaragaman yang masuk dalam kategori rendah (H’= 0,93, H’= 0,91, H’=1,07, H’=1,38). Nilai indeks keseragaman dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dari empat stasiun menunjukkan nilai yang merata (tingkat Semai=0,95, Pancang=0,82, Tiang=64 dan Pohon=0,85). Sedangkan nilai indeks dominansi menunjukkan nilai yang tinggi (tingkat Semai=0,66, Pancang=1,00, Tiang=0,61 dan Pohon=0,37). Faktor lingkungan seperti suhu dan salinitas menunjukkan nilai kisaran 29-33 ppt untuk salinitas dan 27-30 0C untuk suhu. Nilai ini tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Jemmy Manan ◽  
Abraham W. Manumpil ◽  
Pilipus Y. Asaribab ◽  
Dandi Saleky

Mangrove ecosystem is an important ecosystem in coastal areas which is a habitat for various types of organisms. The existence of mangrove ecosystems in nature is strongly influenced by the availability of mangrove seedlings and seedlings because they are closely related to the secondary succession process in natural habitats. This research was conducted to analyze the potential for regeneration of mangrove seedlings in the coastal area of Dafi Village, Biak Numfor Regency, Papua. Data collection on the potential for regeneration of mangrove seedlings was carried out using the belt transect method. Analysis of species composition and structure of mangrove vegetation at the seedling level used analysis of species density, relative density, species frequency, relative frequency, and important value index. A total of seven mangrove species were found in the coastal area of Dafi Village, Biak Numfor Regency, consisting of Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Ceriops Tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora Stylosa, and Lumnitzera racemoza. The highest species density and relative density values were found in Bruguiera gymnorrizha and Cerops tagal, while the lowest was Rhizophora mucronata and Lumnitzera racemoza. The highest value of species frequency and relative frequency was Bruguiera gymnorrizha, while the lowest was Rhizophora mucronata. The highest Importance Value Index (INP) of mangrove seedlings was found in Ceriops tagal and Bruguiera gymnorrizha, while Rhizophora mucronata had the lowest INP compared to other species.Keywords: Mangrove Ecosystem; Mangrove Regeneration; Important Value Index AbstrakEkosistem mangrove merupakan ekosistem penting di wilayah pesisir yang menjadi habitat bagi berbagai jenis organisme. Keberadaan ekosistem mangrove dialam sangat dipengaruhi oleh ketersediaan anakan dan semai mangrove, karena sangat berkaitan erat dengan proses suksesi sekunder pada habitat alami. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis potensi regenerasi semai mangrove di Pesisir Kampung Dafi Kabupaten Biak Numfor Papua. Pengumpulan data potensi regenerasi semai mangrove dilakukan dengan menggunakan metode belt transek. Analisis komposisi jenis dan struktur vegetasi mangrove tingkat semai menggunakan analisis kerapatan jenis, kerapatan relatif, frekuensi jenis, frekuensi relatif, dan  indeks nilai penting. Total tujuh jenis mangrove ditemukan di Pesisir Kampung Dafi Kabupaten Biak Numfor yang terdiri atas jenis Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Ceriops Tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora Stylosa, dan Lumnitzera racemoza. Nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif tertinggi ditemukan pada jenis Bruguiera gymnorrizha dan Cerops tagal, sedangkan terrendah adalah jenis Rhizophora mucronata dan Lumnitzera racemoza. Nilai frekuensi jenis dan frekuensi relatif tertinggi adalah jenis Bruguiera gymnorrizha sedangkan yang terendah adalah jenis Rhizophora mucronata. Indeks Nilai Penting (INP) semai mangrove tertinggi ditemukan pada  jenis Ceriops tagal dan Bruguiera gymnorrizha sedangkan jenis Rhizophora mucronata  memiliki INP terrendah dibanding jenis lainnya.Kata kunci: Ekosistem Mangrove; Regenerasi Mangrove; Indeks Nilai Penting


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Ariesia Ayuning Gemaputri

Kawasan hutan mangrove di Jawa Timur terdapat di sepanjang pantai utara mulai Kabupaten Tuban sampai dengan Kabupaten Situbondo seluas sekitar 19.916 hektar (Perum Perhutani, 1994). Keberadaan hutan mangrove tersebut kini semakin memprihatinkan, dimana penyusutan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo mencapai 580 hektar pada tahun 2001 (Kompas, 2001), dan 229,5 hektar di Kabupaten Situbondo (Pemerintah Kabupaten Situbondo, 2005). Dengan laju penurunan hutan mangrove yang demikian cepat, maka diperkirakan hutan mangrove akan lenyap pada tahun 2010 (Ramono, 2003). Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan sampai saat ini hanya terbatas pada penanaman pohon-pohon mangrove yang rusak karena penebangan, padahal keberhasilan upaya rehabilitasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, jenis mangrove, dan tata cara penanaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) lokasi di pantai utara Jawa Timur bagian timur menunjukkan bahwa, tanah-tanah didominasi oleh fraksi pasir (13,80-94,92 %), pH asam (8,06-8,94), tingkat salinitas tinggi (0,2302-2,4843 %), kapasitas tukar kation rendah (7,8837-27,2901 me/100g), dan kandungan bahan organik rendah (0,1851-2,4675 %). Sehingga jenis mangrove yang dapat direkomendasikan untuk ditanam di Kabupaten Probolinggo pada zona paling dekat dengan darat (belakang) adalah Ceriops decandra, dan Ceriops tagal, pada zona tengah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus mollucensis, pada zona paling dekat dengan laut (depan) adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa.


2020 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 323-333
Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove litter production is important in the displacement of organic matter from mangrove vegetation to water such as in the coast of West Muna Regency. However, one factor influencing it is the frequency of rainfall. This research, therefore, aims to determine the influence of the frequency of rainfall in mangrove ecosystem by obtaining data through the fractional wet weight. The results showed that the biomass fraction with the largest amount were Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, and Sonneratia alba with of 31.59; 31.07; and 30.96%, respectively, while the lowest was Rhizophora stylosa, Bruguiera cylindrica, and Bruguiera gymnorrhiza with of 30.07; 30.10; and 31.95%, respectively. The species with the largest leaf litter production was Bruguiera cylindrica, with of 1.72 g.m-2.day-1 which occurred in April and the lowest was Rhizophora apiculata, 0.24 g.m-2.day-1 in August. The species with the largest leaf litter production was Bruguiera cylindrica, 1.96 g.m-2.day-1 which occurred in May and the lowest was Sonneratia alba, 0.29 g.m-2.day-1 in August. In addition, the species with the largest fruit litter production was Rhizophora apiculata, 1.76 g.m-2.day-1 in April and the lowest was Sonneratia alba, 0.32 g.m-2.day-1 in September. The total litter production was 18,75 g.m-2.day-1 consisted of 6,69 g.m2.day-1 leaf litter, 6,54 g.m-2.day-1 branch litter, and 5,52 g.m-2.day-1 fruit litter. The higher the frequency of the rain, the greater the litter production.   Keywords: biomass fraction, seasonal litter production, West Muna Regency


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 284
Author(s):  
Elroi Nity ◽  
Suria Darwisito ◽  
Joshian N.W. Schaduw ◽  
Adnan S. Wantasen ◽  
Deiske A. Sumilat ◽  
...  

This study aims to know the percent cover of mangrove and to assess the community structure. It was carried out in Gamtala village, Jailolo district, and west Halmahera regency, using line transect method with 10x10 m plot.. Data analysis covered the community structure and percent cover of mangrove canopy. This study found seven mangrove species, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan  Xylocarpus granatum. Based on Importance Value Index (IVI), Bruguiera gymnorhiza had the highest, 149.06, and Avcsennia alba did the lowest, 9.3507. In addition, Gamtala village had manrove percent cover of 72.11 %.Keywords: canopy, community structure, mangrove, Gamtala.ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentasi tutupan mangrove dan menghitung struktur. Penelitian ini dilakukan di Desa Gamtala Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini menggunakan metode transek garis dengan 10x10 m plot. Penelitian ini menemukan tujuh spesies mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan  Xylocarpus granatum. Berdasarkan Indeks Nilai Penting, Bruguiera gymnorhiza memiliki nilai tertinggi, 149,06, dan Avcsennia alba memiliki nilai terendah 9,3507. Sebagai tambahan, desa Gamtala memiliki tutupan mangrove sebesar 72,11 %.Kata Kunci: kanopi, struktur komunitas, mangrove, Gamtala


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 22-34 ◽  
Author(s):  
Novia Citra Paringsih ◽  
Prabang Setyono ◽  
Sunarto Sunarto

Hutan Mangrove terletak di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur telah mengalami penurunan spesies diakibatkan perilaku konsumtif masyarakat dalam memanfaatkan mangrove. Keberadaan mangrove sangat penting untuk menjaga kesetabilansumberdaya laut khususnya perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) pada tiga zonasi, melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar terkait partisipasi dalam konservasi mangrove, dan membuatstrategi konservasi hutan mangrove berbasis Tanam Rawat Monitoring. Metode penelitian deskriptif kuantitatif, pengambilan data mangrove random sampling dan pengambilan data wawancara kepada masyarakat sekitar purposive sampling. Analisis vegetasi menggunakan Indeks Nilai Penting, analisis partisipasi masyarakat menggunakan Pressure State Response. Hasil penelitian zonasi A didominasi Sonneratia alba (99,84%) kategori pohon, Sonneratia alba (89,03%) kategori anakanpohon, Rhizophora mucronata (80,74%) kategori semai, zonasi B didominasi Sonneratia alba (120,57%) kategori pohon, Sonnratia alba (57,55%) kategori anakan pohon, Sonneratia alba, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata (32,47%)kategori semai, zonasi C didominasi Lumnitzera racemosa (132,40%) kategori pohon, Xylocarpus granatum (113,03%) kategori anakan pohon, Lumnitzera racemosa (60,28%) kategori semai. Pendekatan partisipatif dan kemitraan kepadamasyarakat sekitar melalui Pokmaswas Kejung Samudera berjalan lancar. Kesimpulannya konservasi berbasis Tanam Rawat Monitoringdi kawasan mangrove Cengkrong lebih efektif untuk diterapkan,  konservasi mangrove tersebut diharapkan dapat menjadi role model masyarakat untuk menjaga hutan mangrove dan sumberdaya laut.


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Dewi Wahyuni K Baderan ◽  
Chairunnisah Lamangandjo ◽  
Al Ilham Bin Salim

 Ekosistem mangrove memberikan fungsi ekologis dan ekonomis bagi makhluk hidup di dalamnya dan disekitarnya. Salah satu fungsi ekologisnya adalah sebagi tempat memijah, bertelur, dan bersarang berbagai biota air seperti kepiting, udang, molusca dan berbagai jenis ikan. Guguran daun mangrove yang jatuh akan diuraikan oleh mikroorganisme dan berfungsi sebagai sumber makanan dari berbagai spesies fauna diantaranya adalah udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan struktur vegetasi mangrove dengan kepadatan udang di wilayah pesisir Tabulo Selatan Kabupaten Boalemo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menemukan enam jenis mangrove yaitu, Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata, Brugueira gymnorrhiza Lamk, Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, dan Sonneratia alba. Indeks nilai penting tertinggi ditempati oleh mangrove Rhizophora dengan rata-rata INP pada tiap stasiun adalah 75,5. Jumlah udang yang ditemukan berjumlah 66 individu yang terdiri dari tiga spesies yang berbeda, yaitu dua spesies dari genus Penaeus (Penaeus monodon dan Penaeus canaliculatus) dan 1 spesies dari genus Metapenaeus (Metapenaeus elegans). Spesies dengan kepadatan tertinggi adalah spesies Penaeus monodon dengan nilai rata-rata pada setiap stasiun sebesar 0,005. Hasil korelasi antara Indeks Nilai Penting mangrove dengan kepadatan udang di wilayah pesisir Tabulo Selatan tergolong dalam kriteria hubungan kuat. Hubungan kuat artinya kedua variabel (mangrove dan udang) saling memberikan kontribusi dalam rantai makanan di ekosistem mangrove. Pada stasiun II untuk tingkat pohon, pancang dan semai menempati urutan nilai korelasi tertinggi dibandingkan dengan pohon, pancang dan semai pada stasiun I dan III dengan nilai (r) masing-masing adalah 0,991, 0,994 dan 0,980. Nilai korelasi terendah ditempati oleh mangrove pada stasiun III untuk tingkat pohon, pancang dan semai dengan nilai (r) masing-masing adalah 0,901, 0,836 dan 0,909. Kata Kunci : Mangrove, Kepadatan Udang, Struktur Vegetasi


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 01
Author(s):  
Andriani Rafael

 Abstrak Penelitian ini adalah dari melaksanakan Februari hingga April 2017. menyalak dari tujuh spesies bakau yaitu ,. Ceriops decandra (Griff.) Ding Hou;  Ceriops tagal ( Perr.) CB Rob .; dan Bruguiera cylindrica ; Bruguiera gymnorrhiza (kiri) Lam; Rhizophora stylosa Griff .; Rhizophora mucronata Lam .; dan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Analisis fitokimia dan profil KLT dari ekstrak kasar kulit kayu yang dibandingkan. Analisis kualitatif menunjukkan bahwa Gonggongan Ceriops decandra (Griff.) Ding Hou, Ceriops tagal ( Perr.) CB Rob.,Bruguiera cylindrica, Bru guiera gymnorrhiza ( Kiri ) Lam, Rhizophora stylosa Griff. , Rhizophora mucronata Lam ., Dan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. memiliki beberapa metabolit sekunder yang penting, yaitu senyawa Fenol, Tanin, dan Flavonoid. Flavonoid hanya ada di Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Profil KLT menunjukkan bahwa dibandingkan DENGAN Nilai R f standar , Terdapat doa Titik hati kromatogram Ekstrak kasar  Rhizophora stylosa Griff. sama dengan nilai standar (nilai RfFlavonoid-glikosida turun antara = 0,18; 0,26; 0,30) menunjukkan bahwa Rhizophora stylosa Griff mungkin mengandung Flavonoid-glikosida dan asam fenolat ( nilai R f asam fenolat, 0,63-0, 84). Sedangkan Avicennia marina (Forsk.) Vierh mungkin mengandung asam fenolat. Namun, masih ada senyawa yang belum diketahui yang perlu diidentifikasi dalam penelitian lebih lanjut. Kata kunci: mangrove, fitokimia, Kromatografi Lapis Tipis 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document