scholarly journals HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa

2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 176-186
Author(s):  
Asep Badrujamaludin ◽  
M Budi Santoso ◽  
Deipa Nastrya

The association of physical activity in people with type 2 diabetes and peripheral neuropathyBackground: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to the pancreas not producing enough insulin or the insulin produced cannot be used properly. According to data from International Diabetic Federation in 2019, Indonesia ranks 7th in the world with 10.7 million people with diabetes mellitus. There are pillars of diabetes mellitus management one of which is physical activity. Diabetic neuropathy is one of the complications of type 2 DM that can occur if the diabetes is not managed properly.Purpose:  To determine the association of physical activity in people with type 2 diabetes and peripheral neuropathyMethod: Quantitative research and correlation analytic with cross-sectional design. Sampling took by a purposive sampling of 103 respondents at  Cigugur Public Health Center, Collecting data using questionnaires, and nalyzed univariate (frequency distribution) and bivariate using Chi-Square test.Results: Finding most of the respondents had low physical activity (71.8%), and most of them had diabetic neuropathy (76.7%) with a p-value = 0,000Conclusion: There is a relationship between physical activity and peripheral neuropathy, suggestion for people with diabetes mellitus to do regular physical activity to control blood sugar levels and prevent complications of diabetic neuropathy and aerobic physical exercises such as walking, relaxed cycling, jogging, and swimming.Keywords: Physical activity; Patient; Type 2 diabetes; Peripheral neuropathyPendahuluan: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat digunakan dengan baik. Menurut data dari Internasional Diabetic Ferderation pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke 7 di dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 10,7 juta penderita. Terdapat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus salah satunya adalah aktivitas fisik. Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi dari DM tipe 2 yang dapat terjadi jika DM tersebut tidak dikelola dengan baikTujuan: Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2Metode: Penelitian analitik korelasi dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 103 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Sebagian besar dari responden memiliki aktivitas fisik ringan (71,8%), dan sebagian besar mengalami neuropati diabetik (76,7%) dengan p-value = 0.000.Simpulan: Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2. Saran bagi penderita diabetes mellitus untuk melakukan aktivitas fisik teratur untuk mengontrol kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi neuropati diabetik serta latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 70
Author(s):  
Erna Suwanti ◽  
Sulistyo Andarmoyo ◽  
Lina Ema Purwanti

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi dan perawatan jangka panjang bahkan menyertai seumur hidup penderita. Berbagai komplikasi dapat terjadi bila kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik. Dari komplikasi yang terjadi akan berdampak pada kualitas hidup penderita. Dukungan keluarga sangat diperlukan  bagi kelangsungan hidup penderita Diabetes Melitus, sehingga dengan dukungan keluarga yang baik diharapkan penderita Diabetes Melitus mempunyai kualitas hidup yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli rawat jalan Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan  purposive sampling.  Sampel yang digunakan sejumlah 86 responden yang merupakan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Instrumen penelitian menggunakan 3 kuisioner, yakni kuisioner demografi responden, kuisioner dukungsn keluarga dan kuisioner DQOL (Diabetes Quality Of Life). Analisis hipotesis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun dengan p value = 0.000 (<0,05) dan nilai keeratan hubungan cukup kuat (0,463). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dukungan keluarga dalam bentuk dukungan penghargaan, emosional, instrumental, dan informasi sangat penting dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 14
Author(s):  
Khris Witdiati ◽  
Sulistyo Andarmoyo ◽  
Lina Ema Purwanti

Diabetes Melitus merupakan penyakit dengan jumlah rawat jalan terbanyak dibandingkan dengan penyakit degeneratif lainnya. Kepatuhan merupakan sesuatu yang paling penting untuk dapat mengembangkan kebiasaan yang dapat membantu penderita Diabetes Melitus dalam menjalankan diet. Hal ini dapat berdampak pada kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepatuhan diet dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus. Penelitian ini menggunakan desain korelasi untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Melitus di UGD RSI Siti Aisyah Kota Madiun. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian pasien Diabetes Melitus di UGD RSI Siti Aisyah Kota Madiun sejumlah 54 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan analisis data menggunakan metode Chi Square. Hasil dari penelitian dari kepatuhan diet sebagian besar berada pada kategori kepatuhan rendah (60%). Dan kadar gula darah berada pada kategori kadar gula darah ≥200 mg/dl (26%).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di UGD RSI Siti Aisyah Kota Madiun. Hasil uji statistik chi square diperoleh p value 0,012 dengan menggunakan taraf signifikasi α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet dapat mempengaruhi kadar gula darah pasien Diabetes Melitus. Diharapkan pasien dapat menjalankan diet dengan baik sehingga kadar gula darah terkontrol dan dapat menurunkan risiko komplikasi.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Juwita Moreen Toar

Literasi kesehatan memiliki peranan penting dalam pemberdayaan masyarakat Literasi kesehatan yang tinggi akan memampukan seseorang menggunakan informasi kesehatan yang tepat dalam meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya khususnya pada penyakit Diabetes Melitus (DM). Berbagai studi juga menyatakan bahwa literasi kesehatan berhubungan erat dengan status kesehatan seseorang. Melihat dampak literasi kesehatan yang cukup besar maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengannya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi kesehatan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan tersebut. Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian (N = 52) adalah peserta prolanis penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang berusia  ≥45  tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan lembar observasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Analisis yang digunakan yaitu analisis chi-square. Hasil Hasil penelitian dengan menggunakan analisis chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dengan tingkat literasi kesehatan (p< 0,05) sedangkan factor lainnya seperti jenis kelamin, etnis, bahasa, tingkat pendidikan, status pekerjaan, penghasilan, akses pelayanan kesehatan serta akses informasi kesehatan tidak memiliki hubungan dengan literasi kesehatan. Kesimpulan Faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan seseorang adalah usia.Kata kunci : literasi kesehatan, diabetes mellitus, akses pelayanan kesehatan AbstractHealth literacy has an important role in community empowerment. High health literacy will enable a person to use appropriate health information in improving or maintaining their health, especially in Diabetes Mellitus (DM). Various studies have also stated that health literacy is closely related to a person's health status. Seeing the large impact of health literacy, it is necessary to know what factors are related to it. Aim The aim of this study was to determine the level of literasi kesehatanof patients with Diabetes Mellitus type 2 and the factors related to the level of health literacy. Method This research is a quantitative study with a cross sectional design. The research subjects (N = 52) were prolanis participants with type 2 Diabetes Mellitus who were ≥45 years old. Data collection was carried out through questionnaires and observation sheets. The sampling technique was carried out by purposive sampling. The analysis used is the chi-square analysis. Results The results of the study using the chi-square analysis showed that there was a relationship between age and the level of health literacy (p <0.05), while other factors such as gender, ethnicity, language, education level, employment status, income, access to health services and access health information has no relationship with health literacy. Conclusion A factor related to a person's health literacy is age.Keywords : health literacy, diabetes mellitus, health services access


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 76
Author(s):  
Rosyidah Azhari

Abstrak   Latar Belakang: Indonesia menduduki peringkat keempat pasien DM terbanyak di dunia dengan jumlah pasien mencapai angka 76 juta orang pada rentan usia sekitar 20-79 tahun. Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi seperti hipoglekemia, ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar nonketotik, retinopati diabetik, neuropati, dan nefropati.  Adapun upaya pencengahan diabetes melitus antara lain: dukungan keluarga dan perilaku self-management. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku self-management pada pasien Diabetes melitus  Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, sampel berjumlah 81 responden yang diambil dengan teknik sampel purposive sampling. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (53,1%) menunjukkan dukungan keluarga baik, dan (53,1%) menunjukkan dilakukannya perilaku self-management. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku self-management  pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan p-value = 0,019. Kesimpulan: Diharapkan kepada pihak puskesmas Simpang IV Sipin  dapat memberikan informasi mengenai manajemen gula darah, diet, latihan fisik dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam mengenai pentingnya dukungan keluarga dan perilaku self-management.   Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Dukungan Keluarga, Self-Management


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Maria Karolina Selano

Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes mellitus (DM) tahun 2019 atau setara dengan angka 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan prevalensi DM tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes meningkat seiring penambahan umur menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang (umur 65-79 tahun). Angka diprediksi meningkat hingga 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045. Pusat Data dan Informasi PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia), prevalensi penderita DM dengan komplikasi neuropati sebesar lebih dari 50%. Tujuan untuk mengetahui hubungan lama menderita dengan kejadian neuropati diabetikum pada pasien diabetes melitus      Metode secara deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sejumlah 84 responden/ pasien diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Instrumen menggunakan kuesioner dan monofilament test dan data dianalisa dengan uji statistik chi-square. Hasil didapatkan 71 responden (84,5 %) yang lama menderita DM < 5 tahun, 46 responden (54,8%) mengalami neuropati diabetikum dan nilai Asymp Sig 0,942 (P-value = 0,005). Karena nilai 0,942 > 0,005, maka disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan kejadian neuropati diabetikum.Kata kunci                : diabetes melitus; lama menderita; neuropati diabetikumThe Relationship Of Long Suffering With The Event Of Diabetic Neuropaty In Diabetes Mellitus PatientsAbstractThe International Diabetes Federation (IDF) estimates that there are 463 million people aged 20-79 years in the world suffering from diabetes mellitus (DM) in 2019, equivalent to 9.3% of the total population at the same age. Based on gender, IDF estimates that the prevalence of DM in 2019 is 9% in women and 9.65% in men. The prevalence of diabetes increases with increasing age to 19.9% or 111.2 million people (aged 65-79 years). The figure is predicted to increase to 578 million in 2030 and 700 million in 2045. According to the PERSI Data and Information Center (Indonesian Hospital Association), the prevalence of DM sufferers with neuropathic complications is more than 50%. The purpose of this study was to determine the relationship between length of stay and the incidence of diabetic neuropathy in patients with diabetes mellitus. Descriptive analytical method with a cross sectional approach and sampling technique used purposive sampling with a total of 84 respondents/patients with type 1 and type 2 diabetes mellitus. The instrument used a questionnaire and monofilament test and data. analyzed by chi-square statistical test. The results showed that 71 respondents (84.5%) had long suffered from DM < 5 years, 46 respondents (54.8%) had diabetic neuropathy and the Asymp Sig value was 0.942 (P-value = 0.005). Because the value is 0.942 > 0.005, it is concluded that there is no significant relationship between the length of suffering and the incidence of diabetic neuropathy.Keywords: diabetes mellitus; long suffering; diabetic neuropathy 


2021 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 495-501
Author(s):  
Syalfa Luthfira Nugroho ◽  
Wirawan Anggorotomo ◽  
Rakhmi Rafie

Background : Diabetes Mellitus can cause the  risk of decline in cognitive function. Long suffering and ncontrolled glycemic control associated with chronic hyperglycemia that can change the function and microvascular structure of the central nervous system so that it can lead to decline of cognitive function.  Objective : This study aims to determine the relationship between the long-suffering and glycemic control with the decline of cognitive function in patients with type 2 Diabetes Mellitus in the health center Sriwijaya Mataram Central Lampung  in 2021. Methods: This study used an analytical research design with cross sectional approach. The population used was all patients diagnosed with type 2 Diabetes Mellitus in the health center Sriwijaya Mataram Central Lampung. The sample in this study amounted to 71 people who were taken with total sampling technique. Measuring instruments used were the Mini Mental State Examination (MMSE). The statistical test used was Chi Square test. Results : There is a relationship between the long-suffering (p value 0.000) and glycemic control (p value 0.000) with a decrease in cognitive function in patients with type 2 Diabetes Mellitus. Conclusion : There is a relationship between the long-suffering and glycemic control with the decline of cognitive function in patients with type 2 Diabetes Mellitus. Suggestion can detect a decline in cognitive function so as to improve the quality of life in patients with type 2 diabetes mellitus and education related to complications of type 2 diabetes mellitus is necessary. Keywords : Long-Suffering, Glycemic Control, Cognitive Function.          ABSTRAK Latar Belakang : Diabetes Melitus dapat menyebabkan resiko penurunan fungsi kognitif. Lama menderita dan kontrol glikemik tidak terkontrol berkaitan dengan keadaan hiperglikemia kronik yang dapat mengubah fungsi serta struktur mikrovaskular pada sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama menderita dan kontrol glikemik dengan penurunan fungsi kognitif pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Sriwijaya Mataram Lampung Tengah tahun 2021.Metode  : Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah semua pasien yang didiagnosis Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Sriwijaya Mataram Lampung Tengah. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE). Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil: Terdapat hubungan antara lama menderita (p value 0.000) dan kontrol glikemik (p value 0.000) dengan penurunan fungsi kognitif pada pasien Diabetes Melitus tipe 2.Kesimpulan : Terdapat hubungan antara lama menderita dan kontrol glikemik dengan penurunan fungsi kognitif pada pasien Diabetes Melitus tipe 2.Saran dapat mendeteksi penurunan fungsi kognitif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 serta perlu dilakukan edukasi terkait dengan komplikasi Diabetes Melitus tipe 2. Kata Kunci : Lama Menderita, Kontrol Glikemik, Fungsi Kognitif. 


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Akrom ◽  
Muhammad Muhlis ◽  
Yenny Sri Wahyuni

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Melitus merupakan sindrom metabolis kronis yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Desain Penelitian ini adalah penelitian jenis Observasional, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana subyek penelitian hanya diobservasi. Penelitian ini mengambil subyek sebanyak 109 pasien. Pengambilan data secara prosepektif dan dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari pasien melalui wawancara tatap muka (face-to-face interview) menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berjumlah dua kuesioner yaitu, data demografi pasien, kuesioner kepuasan (TSQM), kuesioner Kualitas Hidup (EQ5D).           Analisis data  menggunakan Uji Statistik dengan bantuan SPSS versi 23. Data sosio-demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, pernikahan, pekerjaan, pendidikan dan penyakit penyerta pasien pendeita DM type 2 disajiakan dalam tabel distribusi frekuensi. Uji Chi Squaredilakukan untuk mengetahui hubungan antara sosio-demografi dengan kepuasan terapi dan hubungan sosio-demografi dengan kualitas hidup.           Hasil hitung dengan bantuan SPSS versi 23 menunjukkan bahwa nilai p value >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sosio-demografi dengan kepuasan terapi dan tidak ada hubungan antara sosio-demografi dengan kualitas hidup. Hubungan antara kepuasan terapi dengan kualitas hidup dilakukan uji korelasi Spearman’s rho. Hasilnya diperoleh nilai p value (0,006) < 0,05. dengan demikian dapat disimpukan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan terapi dengan kualitas hidup pasien penderita DM type-2.   Kata Kunci: Diabetes melitus tipe 2, Kepuasan Terapi dan Kualitas Hidup


Author(s):  
Devy Febrianti ◽  
Ridwan M Thaha ◽  
Healty Hidayanty

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan di derita seumur hidup yang di kenal dengan penyakit kencing manis, dan di juluki “the mother of disease” penyakit ini disebut penyakit metabolic yang ditandai hyperglekemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berkaitan dengan kelainan sekresi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  pola makan penderita DM type 2. Sebuah Penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Wawancara di lakukan pada 58 penderita DM type 2 dari 98 total penderita DM di poli interna Rumah Sakit Pendidikan Unhas. Untuk melihat hubungan Health Belief Model terhadap pola makan pendeita DM type 2, data di analisis dengan menggunakan aplikasi Nutrisuvery versi Indonesia dan uji chi-square pada aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan hubungan pengetahuan dengan ancaman yang dirasakan adalah (p value = 0.391), hubungan manfaat yang dirasakan dengan asupan Energi (p value = 0.001), asupan Karbohidrat (p value = 0.003), asupan protein (p value = 0.012), dan asupan Lemak (p value = 0.019), hubungan ancaman yang dirasakan dengan Asupan Energi (p value = 0.342), asupan Karbohidrat (p value = 0.012), asupan protein (p value = 0.005), dan asupan Lemak (p value = 0.015). Kepada pihak Rumah Sakit Pendidikan Unhas agar melakukan edukasi kepada penderita DM type 2 tentang pola makan dan asupan zat gizi.


Jurnal JKFT ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Imas Yoyoh ◽  
Imam Mutaqqijn ◽  
Nurjanah Nurjanah

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke tungkai, yang dapat berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sampel 54 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan kaki dan lembar observasi tentang risiko ulkus kaki diabetes. Uji analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian sebanyak 54 responden didapatkan data kategori perawatan kaki baik dengan risiko ulkus rendah sebanyak 14 responden (58,3%). Sedangkan kategori perawatan kaki kurang baik dengan risiko ulkus tinggi sebanyak 21 responden (70,0%). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,267 artinya perawatan kaki yang kurang baik mempunyai peluang 3,267 kali untuk risiko tinggi ulkus. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,036 dimana nilai p-value < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Pasien DM dengan perawatan kaki yang kurang baik berpeluang untuk terjadinya risiko ulkus tinggi dibandingkan dengan pasien DM yang perawatan kakinya baik. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document