scholarly journals Etlingera Elatior sebagai Antihperglikemi pada Penderita Diabetes Mellitus

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 189-198
Author(s):  
Hanifah Sapto Putri

Etlingera elatior atau kecombrang merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai efek farmakologis diantaranya yaitu sebagai antihiperglikemi pada penyakit diabetes mellitus. Tujuan literature review ini yaitu untuk mengetahui efek tanaman kecombrang dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Sumber yang digunakan terdiri dari dua puluh delapan sumber yang berasal dari Google Scholar, Pubmed, NCBI, Elsevier, dan situs-situs lainnya dengan rentang waktu 2010-2020. Artikel tersebut kemudian dianalisis dengan metode systematic literature review yaitu mengumpulkan, mengevaluasi dan mengembangkan penelitian pada fokus topik tertentu. Dari beberapa penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tanaman kecombrang memiliki manfaat sebagai antihiperglikemi. Di mana senyawa aktif seperti flavonoid, fenolik dan saponin yang ada pada tanaman kecombrang memiliki kemampuan menghambat enzim amilase dan glukosidase, menetralkan radikal bebas, serta sebagai proteksi terhadap kerusakan sel beta pankreas dalam aktivitas antihiperglikemi pada pasien diabetes melitus.

2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Anita Rosman ◽  
Saldy Yusuf ◽  
Takdir Tahir

ABSTRAKPenderita Diabetes Melitus (DM) tiap tahunnya mengalami peningkatan, apabila tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Komplikasi dan resiko dapat dicegah apabila perilaku terhadap pola hidup dan kebiasan pasien DM dapat berubah. Terdapat beberapa teori perubahan perilaku yang dapat di gunakan dalam melakukan edukasi kesehatan pada pasien DM. Meskipun demikian evaluasi terhadap konsep, model atau teori sebagai media edukasi dalam perubahan perilaku pasien DM belum diketahui. Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui konsep, model atau teori yang efektif digunakan untuk memberikan edukasi kesehatan kepada pasien DM dalam merubah perilaku mereka. Metode yang digunakan dengan cara melakukan pencarian beberapa studi yang diterbitkan melalui database PubMed, Science Direct, Wiley dan Google Scholar. Strategi pencarian menggunakan kombinasi istilah MeSH Terms. Pertanyaan penelitian dirancang dengan menggunakan prinsip PICO. Studi yang dipilih diterbitkan dari tahun 2015-2019. Setelah dilakukan pencarian artikel dengan kata kunci tersebut maka total artikel yang di review dalam tinjauan literatur ini sebanyak delapan artikel. Konsep, model atau teori PRECEDE PROCEED paling banyak digunakan dalam pencarian literatur ini dibandingkan dengan model yang lain dan salah satu penelitian mengatakan bahwa peningkatan yang signifikan sudah terjadi sejak bulan pertama setelah dilakukannya intervensi.Kata Kunci :  diabetes mellitus, theory, model, behaviorABSTRACTPatients with Diabetes Mellitus (DM) have increased every year, if not handled properly it will cause various kinds of complications. Complications and risks can be prevented if behavior towards the lifestyle and habits of DM patients can change. There are several theories of behavior change that can be used in health education for DM patients. However the evaluation of concepts, models or theories as educational media in changing the behavior of DM patients is unknown. The purpose of this literature review is to find out the concepts, models or theories that are effectively used to provide health education to DM patients in changing their behavior. The method used by searching several studies published through the PubMed, Science Direct, Wiley and Google Scholar databases. The search strategy uses a combination of MeSH Terms. Research questions were designed using PICO principles. Selected studies were published from 2015-2019. After searching for articles with these keywords, the total articles reviewed in this literature review were eight articles. The concept, model or theory of PRECEDE PROCEED is the most widely used in this literature search compared to other models and one of the studies says that a significant increase has occurred since the first month after the intervention.Keywords : diabetes mellitus, theory, model, behavior


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Heri Budiawan

Pendahuluan : Penerapan program self-management perlu penyesuaian dengan berbagai aspek termasuk aspek sistem, biaya, efektifitas, hambatan dan dukungan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, review mengenai efektifitas self management pada pasien diabetes mellitus sangat diperlukan sebagai landasan dalam pengembangan metode peningkatan program self management sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita penyakit diabetes mellitus. Objektif : Study yang dilakukan bertujuan untuk melakukan systematic review mengenai metode yang dapat meningkatkan self management pada pasien diabetes mellitus. Metode : Metode yang digunakan dalam penelusura sumber data pada systematic literature review ini yaitu dengan penulusuran database terdiri dari Google Scholar, Pubmed, Ebsco. Artikel diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan melakukan critical apraisel pada setiap artikel. Hasil : Berdasarkan hasil pencarian ditetapkan 10 artikel dengan design Kuantitatif Randomize Control Trial publikasi 10 tahun terakhir (2009-2019) mengenai artikel yang berhubungan dengan peningkatan  self management  pada pasien dengan diabetes mellitus. Kesimpulan : Metode peningkatan self management pasien diabetes mellitus diantaranya Kunjungan kelompok dan bimbingan kelompok berbasis komunitas, peer coaching dan peer leader, motivasi, dukungan berbasis teknologi.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 51-62
Author(s):  
Rivaldi Marzel

Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit gangguan kronis dalam metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. DM digambarkan sebagai peningkatan glukosa darah setelah semua jenis makan.. Pada tahun 2019 International Diabetes Federation memperkirakan ada 463 juta penderita DM di seluruh dunia. Tujuan dilakukannya literature review ini adalah untuk membahas tatalaksana yang tepat pada kasus diabetes melitus tipe 1. Sumber referensi yang digunakan untuk menyusun tulisan ini meliputi 20 artikel yang didapat dengan melakukan literature searching di Sumber NCBI, Google scholar dan 4 buku yang semuanya dipublikasikan dalam rentang tahun 2000-2020. Literature sarching tersebut dilakukan dengan menggunakan kata kunci Diabetes, diabetes melitus tipe 1, tatalaksana dan filter berupa rentang publikasi tahun 2000-2020. Hasil yang ditemukan dari literature searching ini adalah 9897 artikel yang kemudian dipilih 20 artikel dan 4 buku berdasarkan informasi yang dibutuhkan. Referensi yang telah didapatkan kemudian dianalisis dengan metode systematic literature review yang mencakup kegiatan mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengembangkan penelitian dengan topik tertentu secara sistematis. Hasil literature review in menunjukkan bahwa tatalaksana pengelolaan DM tipe-1 dilakukan dengan beberapa penangaan, yaitu dengan pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga,dan edukasi, yang didukung oleh pemantauan mandiri.


e-CliniC ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Pomantow A. L. Roeroe ◽  
Bisuk P. Sedli ◽  
Octavianus Umboh

Abstract: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by SARS-CoV-2 and has been declared as a pandemic by WHO in March 11, 2020. This disease is an additional problem in people with type 2 diabetes mellitus (T2DM). Several studies have shown that diabetes is a risk factor for COVID-19. This study was aimed to determine the risk factors for the occurrence of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in T2DM patients. This was a literature review study using several journal databases, namely Google Scholar, PubMed, and Science Direct. Literature searching was performed by using the PICOS method and the analysis was carried out qualitatively The results obtained 10 literatures reporting that T2DM would increase the severity and mortality of COVID-19 patients related to elderly age, obesity, chronic systemic inflammation, increased coagulation activity, potential direct damage to the pancreas, changes in expression of ACE2 receptors, dysregulation of the number, activity of immune cells, alveolar dysfunction, and endothelial dysfunction. There was not yet strong evidence regarding discontinuation or continuation of various diabetes drugs in COVID-19 patients, but insulin remains the recommended agent for blood glucose control. In conclusion, T2DM increases the severity and mortality rate of COVID-19 patients Keywords: diabetes mellitus; COVID-19; risk factors Abstrak: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dan telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Penyakit ini menjadi masalah tambahan bagi penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diabetes merupakan salah satu faktor risiko terjadinya COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya COVID-19 pada penyandang DMT2. Jenis penelitian ialah literature review menggunakan laporan penelitian dari beberapa database jurnal, yaitu google scholar, PubMed, dan ClinicalKey. Pencarian artikel menggunakan metode PICOS dan analisis dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian mendapatkan 10 laporan penelitian yang melaporkan bahwa DMT2 meningkatkan tingkat keparahan dan mortalitas pasien COVID-19 akibat adanya mekanisme terkait dengan usia lanjut, obesitas, peradangan sistemik kronis, peningkatan aktivitas koagulasi, potensi kerusakan langsung pankreas, perubahan ekspresi reseptor ACE2, disregulasi jumlah dan aktivitas sel imun, disfungsi alveolar, dan disfungsi endotel. Belum terdapat bukti kuat mengenai penghentian atau pelanjutan berbagai obat diabetes pada pasien COVID-19, tetapi insulin tetap menjadi obat yang disarankan untuk mengontrol glukosa darah. Simpulan penelitian ini ialah DMT2 meningkatkan tingkat keparahan dan mortalitas dari pasien COVID-19.Kata kunci: diabetes melitus tipe 2 (DMT2), COVID-19, faktor risiko


2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Fitri Andi Sabil ◽  
Kusrini S Kadar ◽  
Elly Lilianty Sjattar

ABSTRAK Latar belakang: Diabetes Melitus tipe 2 merupakan diabetes melitus yang paling sering dijumpai dan merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tingginya angka kejadian Diabetes mellitus ini menjadi dasar bagi masyarakat dan tenaga dalam perawatan yang lebih jauh dengan cara melakukan manajemen perawatan diri ( Self care management ) yang tepat.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor Yang mendukung Perawatan diabetes mellitus Pasien tipe 2.Metode: Data base yang dalam studi literatur ini adalah Google Scholar, Science Direct dan Pubmed. Didapatkan 58 artikel terkait perawatan diri dan diabetes mellitus tipe 2 yang sempurna dan dari tahun 2009-2017. Dari 58 artikel 10 artikel yang memenuhi syarat review.Hasil : Dari 10 artikel di dapatkan bahwa faktor- faktor yang mendukung self care management adalah health literacy, self efficacy  dan dukungan keluarga. Namun dari beberapa hasil penelitian tersebut health literacy  dan self efficacy merupakan faktor yang lebih mendominasi untuk mendukung Self care management yang tepat.Kata kunci: Literasi kesehatan dan self efficacy merupakan faktor yang mendukung manajemen perawatan diri yang tepat. Namun masih diperlukan beberapa literatur untuk mengetahui lebih jauh tentang kedua faktor tersebut untuk manajemen perawatan diri. Kata Kunci: Diabetes melitus tipe 2, literasi kesehatan, self efficacy , Keluarga, manajemen perawatan diri. 


e-CliniC ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 328
Author(s):  
Made K. Murtiningsih ◽  
Karel Pandelaki ◽  
Bisuk P. Sedli

Abstract: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease caused by insulin resistance and beta cell dysfunction. It is ranked as the seventh of top 10 causes of death worldwide, and the highest prevalence of cases is T2DM. The dominant lifestyle that triggers T2DM is diet and physical inactivity. This study was aimed to determine whether lifestyle was a risk factor of T2DM. This was a literature review study using two databases, namely Pubmed and Google Scholar. The keywords used were "lifestyle risk factors and type 2 diabetes mellitus". There were 10 literatures obtained based on inclusion and exclusion criteria. The results showed that lifestyle such as unhealthy eating pattern and less physical activity significantly influence the risk factors of T2DM. In conclusion, lifestyles such as unhealthy foods and less physical activity are at high risk of suffering from T2DM.Keywords: risk factors, lifestyle, type 2 diabetes mellitus (T2DM)  Abstrak: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolisme yang disebabkan karena resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas. DM berada diperingkat ke tujuh sebagai 10 penyakit penyebab kematian di dunia, denganDMT2 sebagai prevalensi kasus tertinggi. Pola hidup yang dominan menjadi pencetus DMT2 ialah pola makan dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup sebagai faktor risiko DMT2. Jenis penelitian ialah literature review. Pencarian data menggunakan dua database yaitu Pubmed dan Google Scholar. Dengan kata kunci yaitu “faktor risiko gaya hidup dan diabetes melitus tipe 2”. Setelah diseleksi, didapatkan 10 literatur berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian mendapatkan bahwa gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat dan pola aktivitas fisik kurang secara bermakna berpengaruh terhadap terjadinya faktor risiko DMT2. Simpulan penelitian ini ialah gaya hidup dengan mengonsumsi makanan tidak sehat dan aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko tinggi mengalami DMT2.Kata kunci: faktor risiko, gaya hidup, diabetes melitus tipe 2 (DMT2)


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 64
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Sitti Rahmatiah ◽  
Nopan Muhammad Asif

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang diakibatkan peran insulin yang tidak maksimal. Komplikasi yang sering terjadi adalah terjadinya luka kaki yang kerap kali bertambah parah menjadi ulkus kaki diabetic dan kemungkinan terburuk jika tidak dilakukannya perawatan luka yang baik adalah tindakan amputasi. Oleh karenanya penderita sangat perlu memiliki perilaku pencegahan agar luka kaki diabetik tidak terjadi. Perilaku pencegahan akan dilakukan dengan baik apabila didahului oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang baik dari penderita Diabetes Melitus itu sendiri. Penelitian ini adalah penelitian pendekatan studi literature. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi literature, artikel ataupun dokumen terkait hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Terjadinya Luka Kaki Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus. Data dikumpulkan dengan menggunakan literature review seperti Google Scholar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 15 artikel teridentifikasi dan dipublikasikan pada tahun 2010-2019. Terdapat 8 artikel dari 15 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pengetahuan sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup sehat salah satunya dalam hal perawatan kaki. Keseimpulan dari penelitian ini adalah pencegahan luka kaki diabetic didasari dari sebuah pengetahuan yang sangat mempengaruhi perilaku pasien diabetes mellitus. Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya peran yang kuat antara petugas kesehatan beserta penderita diabetes mellitus dalam hal pemberian edukasi guna menceah terjadina luka kaki diabetic.


e-CliniC ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Rivaldy Wahab ◽  
Efata Poli ◽  
Cerelia Sugeng

Abstract: SARS-CoV-2 infection causes various symptoms, including mild, moderate, severe, and critical symptoms. Severe SARS-CoV-2 infection can cause pneumonia, acute respiratory syndrome, kidney failure, and even death. This study was aimed to evaluate patients with COVID-19 pneumonia associated with acute kidney injury (AKI). This was a literature review study using three databases, namely PubMed, ClinicalKey, and Google Scholar. The keywords used were acute kidney injury AND pneumonia AND COVID-19. The results showed 10 selected literatures based on inclusion and exclusion criteria. All literatures stated that males dominated the study samples (52.4-73%). The risk factors of AKI in COVID-19 pneumonia were co-morbidities which were predominantly hypertension, diabetes mellitus, COPD, cardiovascular diseases, and respiratory diseases, as well as nephrotoxic drugs. AKI was the complication of pneumonia COVID-19. The mortality rate was higher among pneumonia COVID-19 patients with AKI compared to pneumonia COVID-19 patients without AKI. In conclusion, AKI is the complication of COVID-19 pneumonia. Nephrotoxic drugs and co-morbidities are the risk factors of AKI in COVID-19 pneumonia.  The mortality rate is higher in patients with AKI compared to those without AKI.Keywords: acute kidney injury, pneumonia COVID-19, coronavirus disease 2019  Abstrak: Infeksi SARS-CoV-2 menimbulkan berbagai gejala baik yang ringan, sedang, berat        hingga kritis. Infeksi SARS-CoV-2 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, bahkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pneumonia COVID-19 dengan gangguan ginjal akut (GGA). Jenis penelitian ialah literature review dengan pencarian data menggunakan tiga database yaitu PubMed, ClinicalKey, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan ialah acute kidney injury AND pneumonia AND COVID-19. Hasil penelitian mendapatkan 10 literatur berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada semua literatur didapatkan jenis kelamin laki-laki yang mendominasi sampel penelitian (52,4-73%). Riwayat penyakit didominasi oleh hipertensi, diabetes melitus, PPOK, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan. GGA merupakan komplikasi pada pneumonia COVID-19. Pasien pneumonia COVID-19 dengan gangguan ginjal akut memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien pneumonia COVID-19 tanpa gangguan ginjal akut di rumah sakit. Faktor risiko gangguan ginjal akut pada pneumonia COVID-19, antara lain: penggunaan obat yang bersifat nefrotoksik, memiliki komorbid (usia tua, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal kronis, dll). Sinpulan penelitian ini ialah GGA merupakan komplikasi pada pneumonia COVID-19. Penggunaan obat yang bersifat nefrotoksik dan adanya komorbid merupakan faktor risiko terjadinya GGA pada pasien pneumonia COVID-19. Angka kematian lebih tinggi terdapat pada pasien pneumonia COVID-19 dengan GGA dibandingkan dengan yang tanpa GGA.kata kunci: gangguan ginjal akut, pneumonia COVID-19, coronavirus disease 2019


Diabetes ◽  
2018 ◽  
Vol 67 (Supplement 1) ◽  
pp. 1159-P
Author(s):  
GLENN M. DAVIES ◽  
ANN MARIE MCNEILL ◽  
ELIZA KRUGER ◽  
STACEY L. KOWAL ◽  
FLAVIA EJZYKOWICZ ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document