scholarly journals The Effect of Problem-Based Learning with Character Emphasis toward Students’ Higher-Order Thinking Skills and Characters

Author(s):  
Suhirman Suhirman ◽  
Yusuf Yusuf ◽  
Agus Muliadi ◽  
Saiful Prayogi

This study aimed to investigating the effect of problem-based learning with char-acter emphasis toward the students’ higher-order thinking skills (HOTS) and characters. This study an experimental research using the single factor independ-ent group design which conducted on secondary school in Mataram - Indonesia. The treatment was given to three independent randomly selected groups, namely Problem-Based Learning with Character Emphasis (PBL-CE), Problem Based-Learning (PBL), and Regular Learning (RL). The data of the students’ HOTS were collected through essay tests and the data of the students’ characters were collected through self-assessment sheets, and analyzed using MANOVA. The results showed that the highest mean score for HOTS was found in the PBL-CE group, its was significantly different with RL group, and not significantly differ-ent with PBL group. Meanwhile, for the average score of student characters, the PBL-CE group scored higher and was significantly different from the other two groups (PBL and RL). The generalization of the study results has shown that there is an effect of problem-based learning with character emphasis on students' higher order thinking skills and character.

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 371
Author(s):  
Febry Royantoro ◽  
Mujasam Mujasam ◽  
Irfan Yusuf ◽  
Sri Wahyu Widyaningsih

Higher Order Thinking Skills (HOTS) sangat diperlukan oleh peserta didik guna meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi masalah pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik di SMA Negeri 1 Manokwari yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika yang menurut mereka rumit. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir peserta didik atau HOTS melalui penyelesaian masalah yaitu Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan HOTS peserta didik yang diajar menggunakan model PBL dengan yang diajar menggunakan model konvensional. Metode yang digunakan yaitu Quasi Eksperimental dengan Non Equivalent Control Group Design. Teknik purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel yaitu Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 24 orang dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32 orang. Hasil analisis uji prasyarat diperoleh bahwa data nilai HOTS peserta didik tidak terdistribusi normal dan tidak homogen sehingga dilakukan uji non parametrik wilcoxon. Nilai rata-rata HOTS peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol ditinjau dari aspek kognitif menganalisis 35,6 dan 32,6, mengevaluasi 60,8 dan 63,3, serta mengkreasi 32,3 dan 16,9. Nilai signifikansi uji wilcoxon sebesar 0,000 (sig 2-tailed < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan HOTS peserta didik yang diajar menggunakan model PBL dengan yang diajar menggunakan model konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap HOTS peserta didik. Higher Order Thinking Skills (HOTS) is needed by students to improve their ability to overcome learning problems. The results of the observation show that there were still many students in SMA Negeri 1 Manokwari who have difficulties in understanding the concept of physics which they think is complicated. One learning model that can train students' thinking skills or HOTS through problem solving is Problem Based Learning (PBL). The purpose of this study was to analyze whether there was a significant influence of HOTS students that were taught using PBL models with those taught using conventional models. The method used was Quasi-Experimental with Non-Equivalent Control Group Design. The purposive sampling technique was used in the selection of samples, namely Class XI Science 2 as an experimental class totalling 24 people and class XI IPA 5 as a control class totalling 32 people. The results of the prerequisite test analysis showed that the HOTS valuesof students were not normally distributed and were not homogeneous so that the non parametric test of Wilcoxon was carried out. The average score of HOTS of students in the experimental and control classes viewed from the cognitive aspect analyzed 35.6 and 32.6, evaluated 60.8 and 63.3, and created 32.3 and 16.9. Wilcoxon tested significance value was 0,000 (sig 2-tailed <0,05) which shows that there was a significant influence of HOTS students that were taught using PBL models with those taught using conventional models. It can be concluded that PBL learning models affect HOTS students.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 170
Author(s):  
Rizky Tyas Aria Kurniasari ◽  
Supriyono Koeshandayanto ◽  
Sa’dun Akbar

<p><strong>Abstract:</strong> Thematic learning carried out in elementary schools has not trained students' high-level thinking skills as a whole due to the use of learning models that tend to be monotonous and make students bored. This study aims to determine the effect of the Problem Based Learning (PBL) model on HOTS (Higher Order Thinking Skillls). The research method used is quantitative experiments with the design of nonequivalent group design. The results showed that the teacher's implementation was sufficient in accordance with the syntax of the PBL learning model so that it could influence HOTS students. The difference in HOTS scores between the two classes is indicated by the average post-test scores. The use of PBL models should be implemented for students to be able to train HOTS students.</p><strong>Abstrak:</strong><em> </em>Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di SD belum melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa secara keseluruhan dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang cenderung monoton dan membuat siswa jenuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model <em>Problem Based Learning </em>terhadap <em>Higher Order Thinking Skillls</em>. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif eksperimen dengan desain <em>nonequivalent group design. </em>Hasil penelitian menunjukan bahwa keterlaksanaan guru sudah cukup sesuai dengan sintaks model pembelajaran <em>PBL</em> sehingga dapat berpengaruh terhadap HOTS siswa. Perbedaan skor HOTS antara dua kelas ditunjukkan oleh rata-rata nilai <em>post-test</em>. Penggunaan model PBL hendaknya dapat diimplementasikan kepada siswa agar dapat melatih HOTS siswa.


2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 189 ◽  
Author(s):  
Edi Susanto ◽  
Heri Retnawati

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika bercirikan problem-based learning (PBL) yang valid, praktis, dan efektif untuk mengembangkan higher order thinking skills (HOTS) siswa SMA kelas X semester 2 berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) yang dilengkapi instrumen tes hasil belajar. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan 4-D dari Thiagarajan dengan empat tahapan, yaitu: pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Uji coba dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: uji coba ahli, uji coba terbatas, dan uji coba lapangan. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah guru dan siswa yang dipilih dari dua sekolah. Instrumen yang digunakan terdiri atas lembar validasi, penilaian guru, penilaian siswa, dan instrumen tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan telah memenuhi aspek validitas, kepraktisan, dan keefektifan.(1) Hasil validitas menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan pada kategori valid dengan indeks Aiken pada RPP sebesar 0,69 dan LKS sebesar 0,70. (2) Hasil uji coba terbatas menunjukkan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada kategori praktis. (3) Hasil uji coba lapangan menunjukkan perangkat pembelajaran efektif ditinjau dari HOTS siswa dengan persentase ketuntasan secara klasikal subjek uji coba lebih dari 75%.Kata Kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran matematika, problem-based learning, higher order thinking skills Mathematics teaching kits based on PBL to develop hots of senior high school students  AbstractThis research is aimed at developing mathematics teaching kit based on problem-based learning which is valid, practical, and effective to develop the higher order thinking of grade X students senior high school in their second semester, which consists of lesson plan and students’ worksheet with test instrument. The research development used the model adapted from 4-D model developed by Thiagarajan with employing steps: defining, planning, developing, and disseminating. The tryout is conducted three steps: expert validation, limited tryout, and field tryout. The tryout subjects were teachers and students from two schools. The instruments used in this research were validation sheet, teacher’s assessment sheet, student’s assessment sheet, and test. The result of the research shows that the developed mathematics teaching kitbased on problem-based learning has met the aspect of validity, practicality, and effectiveness. (1) The result of validation shows that the lesson plan and the students’ worksheet are chategorized as valid with the Aiken analysis showing the index for the lesson plan has achieved 0.69 and the 0.70 for the students’ worksheet. (2) teh result of limited tryout shows that the developed of mathematics teaching kit is practical. (3) the result of field tryout shows that the developed of mathematics teaching is effective interm students’s HOTS with percentage of clasisical mastery subjects reached 75%.Keywords: development, mathematics teaching kit, problem-based learning, higher order thinking skills


2021 ◽  
Vol 2 (5) ◽  
pp. 652-664
Author(s):  
Mrs. Cik‘ani

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 103 tahun 2014 mengenai pembelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah pasal 2 ayat 1, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan dasar dan menengah harus berbasis aktivitas, kreatifitas dengan karakteristik. Amanat pemerintah mengharapkan peserta didik dapat mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan Keterampilan abad 21, dan hasil observasi dan wawancara di SMPN 2 Sukorejo aktivitas pembelajaran IPA, aspek pembelajaran berbasis masalah, tingkat berpikir HOTS dan keterampilan abad 21 masih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan 2 siklus masing-masing siklus ada empat tahap dengan jenis diskriptif kualitatif, instrumen yang digunakan berupa : 1)lembar observasi, 2)lembar catatan lapangan dan 3)soal tes dan soal lembar kerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMPN 2 Sukorejo ditemukan data bahwa pembelajaran berbasis aktifitas dengan karakteristik yang sesuai dengan amanat Permendikbud No 103 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 pada proses pembelajaran masih belum maksimal sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitihan dengan tujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran PBL(Problem Based Learning) dapat meningkatkan aktifitas dengan karakteristik dengan berorientasi pada pembelajajaran HOTS dan keterampilan abad 21. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa yakni 68,28% pada siklus 1 menjadi 83,8,% pada siklus II artinya ada peningkatan sebesar 15,52%, sedangkan untuk tingkat pemecahan masalah dari 63,8 % pada siklus 1 menjadi 78,975 % pada siklus II artinya ada peningkatan sebesar 15,175 %i Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Base Learning dengan berorientasi HOTS dan keterampilan abad 21 dapat meningkatkan aktifitas belajar dan keterampilan pemecahan masalah dengan karakteristik siswa.


2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
Sucipto Sucipto

AbstrakSecara umum capaian ketrampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik masih rendah dibanding negara lain. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir  tingkat  tinggi, pendidik dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang  mendukung  dan  menggunakan   strategi pembelajaran. Upaya meningkatkan ketrampilan berpikir peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan metakognisinya. Ada berbagai jenis strategi metakognitif yang dapat dipilih pendidik, satu diantaranya menggunakan strategi pemecahan masalah (problem solving). Dalam proses pemecahan masalah, individu menggunakan kedua kemampuan kognitif dan keterampilan praktis, yang meliputi kegiatan metakognitif seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Pembelajaran  berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah yang nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. AbstractIn general, higher order thinking skills achievements of learners is still low compared to other countries. To develop higher order thinking skills, educators are required to create a learning atmosphere that supports and use learning strategies. Efforts to improve thinking skills that learners can do to improve metacognitive skills. There are different types of metacognitive strategies that can be selected educators, one of which uses problem solving strategies. In the process of solving problems, individuals using both cognitive abilities and practical skills, which include metacognitive activities such as analysis, synthesis and evaluation. Problem-based learning is an instructional approach used to stimulate students' higher order thinking in situations oriented real problems, including learning how to learn.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 23
Author(s):  
Puji Dwi Kurniasih ◽  
Agung Nugroho ◽  
Sri Harmianto

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kerjasama antar peserta didik. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kerjasama antar peserta didik. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Prosedur penelitian ini menggunakan model Kemmis & McTaggart yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Dukuhwaluh dengan jumlah 27 peserta didik yang terdiri dari 17 peserta didik perempuan dan 10 peserta didik laki-laki. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes dan non-tes. Instrumen tes berupa penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), non-tes berupa lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik siklus I memperoleh persentase ketuntasan 59,48% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,20%. Kerjasama antar peserta didik pada siklus I memperoleh persentase 63,45% dan pada siklus II meningkat menjadi 75,80%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantu media KOKAMI dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kerjasama antar peserta didik di kelas IV SD Negeri 2 Dukuhwaluh.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Ilmi Zajuli Ichsan ◽  
Diana Vivanti Sigit ◽  
Mieke Miarsyah

21st-century learning emphasizes several important abilities, one of which is the ability of Higher Order Thinking Skills (HOTS). This ability can be possessed by students by familiarizing students with HOTS-based questions. The purpose of this study was to develop HOTS-based questions on environmental learning based on green consumerism. The research method used is research and development using Borg and Gall Model. The study was conducted in November 2018 at State Junior High School 1 South Tambun. The validation results show that the assessment on green consumerism-based environmental learning developed has a very valid category according to the experts, and is valid and reliable after measurement. This is because the questions developed are relevant to the current environmental conditions. The results of HOTS male students 44.98 and female students 46.61. The average score of Male and Female 45.79 are still relatively low and need to be improved. The conclusion is that the questions developed have a valid, reliable and appropriate category of use in the process of learning science in junior high school.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Maulida Agustin Sasmi ◽  
Iis Holisin ◽  
Himmatul Mursyidah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dan signifikan pendekatan RME dengan model CPS terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Surabaya pada pembelajaran matematika. Desain penelitian adalah pretest-posttest control group design. Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Surabaya, dengan sampel penelitian adalah kelas VII A dan VII B. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random, yaitu kelas VII A terdiri dari 30 siswa sebagai kelas kontrol, dan kelas VII B juga terdiri dari 30 siswa sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian ini diuji dengan menggunakan uji perbedaan atau uji-t. Hasil analisis uji-t diperoleh . Oleh karena itu, dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME dan model CPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa atau HOTS.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document