scholarly journals Penerapan “Sleep Education After Midnigth” Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pasien DM Type 2 Di RSUD Tarakan Jakarta

2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 156-170
Author(s):  
Ali Fendi ◽  
Asih Dwi Suryanti ◽  
Rika Mustika Abriyanti

Latar Belakang Diabetes adalah kondisi jangka panjang yang serius dengan dampak besar pada kehidupan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat di seluruh dunia. Diabetes mellitus adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian pada orang dewasa dan diperkirakan menyebabkan empat juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2019, mengikuti peningkatan signifikan  sebesar 70% sejak tahun 2000 (WHO,2020) Pengeluaran biaya kesehatan global untuk diabetes juga mengalami peningkatan sehingga diperkirakan mencapai USD 727 miliar pada tahun 2017. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh Penerapan Sleep Education After Midnight terhadap peningkatan kualitas tidur pada  penderita diabetes mellitus. Metode : Evidence Base Nursing Practice (EBNP) yaitu penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan pencarian melalui 3 sumber jurnal yaitu pubmed, cochrane dan proquest dari hasil informasi ini akan diaplikasikan pada kegiatan praktik keperawatan untuk mendapatkan bukti kebenaran dari teori. Hasil : 1). Dilihat dari usia bahwa diabetes mellitus banyak dialami oleh penderita dengan usia >60 tahun dan laki-laki lebih banyak menderita diabetes mellitus daripada perempuan. 2). Ada peningkatan kualitas tidur pasien diabetes mellitus setelah dilakukan intervensi “Sleep Education After Night”. Kesimpulan : Didapatkan nilai pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebesar 8,47 sebelum dilakukan intervensi pada kelompok intervensi, kemudian dilakukan pengukuran kembali setelah dilakukan intervensi maka diperoleh nilai PSQI sebesar 2,47 dengan Pvalue 0,00 (atau<0,05) ini artinya Penerapan Sleep Education After Night memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kualitas tidur pasien diabetes mellitus. Kata Kunci : Sleep Education After Night, Kualitas Tidur, Diabetes mellitus Tipe 2.

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 945-949
Author(s):  
Fuji Rahmawati

Gejala sekunder yang biasa dirasakan oleh penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah gangguan tidur. Sleep hygiene merupakan suatu latihan atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Sleep Hygiene terhadap kualitas tidur penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional melalui pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 responden dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Alat ukur menggunakan kuesioner sleep hygiene index (SHI) untuk mengukur skor sleep hygiene dan kuesioner Pittsburgh sleep quality index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian didapatkan skor rata-rata sleep hygiene adalah 15,79 dan skor rata-rata kualitas tidur adalah 9,31. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sleep hygiene dengan kualitas tidur penderita DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Indralaya (p value = 0,017). Diharapkan pada perawat komunitas yang ada di Puskesmas Indralaya yang salah satu perannya sebagai edukator, memasukkan teknik sleep hygiene dalam pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada penderita DM tipe 2.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Anggri Noorana Zahra ◽  
Misella Elvira Farida

ABSTRAKKualitas tidur yang buruk pada pasien diabetes melitus tipe 2 akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh komplikasi diabetes melitus yang diakibatkan oleh status kontrol gula darah yang buruk. Kadar HbA1c dapat menggambarkan status kontrol gula darah pasien dalam tiga bulan terakhir. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kadar HbA1c dengan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Responden adalah pasien diabetes melitus tipe 2 sebanyak 110 orang yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Lokasi penelitian di Poli Endokrin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Data kadar HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan HbA1c responden dalam tiga bulan terakhir dan kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan uji deskriptif dan analisis bivariat dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar HbA1c dengan kualitas tidur responden (p=0,000) dimana responden dengan kadar HbA1c pada kategori diabetes memiliki peluang 45 kali untuk memiliki kualitas tidur yang buruk dibandingkan responden dengan kadar HbA1c pada kategori normal. Diskusi: Kontrol gula darah yang buruk dapat menyebabkan penderita diabetes menderita neuropati diabetik yang menyebabkan nyeri pada kaki dan osmotik diabetes yang dapat menyebabkan nokturia. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas tidur pasien diabetes. Kesimpulan: Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat agar memberikan intervensi yang tepat dalam penatalaksanaan diabetes melitus sehingga pasien dapat mempertahankan status kontrol gula darah yang baik dan mendapatkan kualitas tidur yang baik.Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kadar HbA1c, kualitas tidur, Pittsburgh Sleep Quality Index.The Relationship Between HbA1c Level and Sleep Quality in Patients with Type 2 Diabetes MellitusABSTRACTPoor sleep quality in patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) will have an impact on their quality of life. Poor sleep quality is caused by complications of diabetes mellitus that is caused by poor glycemic control. HbA1c level describes the patient’s glycemic control in the last three months. Objective: This study aims to identify the relationship between HbA1c level and sleep quality in patients with T2DM. Methods: The study was using a cross sectional approach, 110 patients with T2DM at the Endocrine Polyclinic of Dr. Cipto Mangunkusumo National General Referal Hospital Jakarta were recruited by consecutive sampling technique. HbA1c level was taken from the results of HbA1c examination of respondents in the last three months and sleep quality was measured by the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The gathered data were analyzed using descriptive and chi-square test. Results: The results of this study indicated that there was a significant correlation between HbA1c level and the sleep quality of respondents (p=0,000). The respondents with HbA1c level in the diabetes category have a 45 times greater chance of experiencing poor sleep quality compared to respondents with levels HbA1c in the normal category. Discussion: Poor blood glycemic control can cause patients to suffer from diabetic neuropathy, which causes pain or uncomfortable sensation in the legs, and osmotic diuresis, which can cause nocturia. It can reduce the sleep quality of diabetes patients. Conclusion: This study recommends the nurses to provid education and encourage patients with T2DM to maintain their glycemic control to promote healthy sleep among diabetic.Keywords: Type 2 diabetes mellitus, HbA1c level, sleep quality, pittsburgh sleep quality index.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 17-24
Author(s):  
Fuji Rahmawati ◽  
Jaji ◽  
Firnaliza Rizona

Penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2 memiliki gejala klinis seperti polidipsia, polyuria,dan nyeri yang juga terjadi pada malam hari dan dapat menyebabkan gangguan tidur.Bertambahnya frekuensi terbangun, susah untuk tertidur kembali, dan ketidakpuasantidur yang menyebabkan kualitas tidur menurun adalah serangkaian akibat yangdisebabkan oleh gangguan tidur. Sleep hygiene merupakan salah satu metode untukmeningkatkan kualitas tidur berupa sekumpulan daftar kegiatan yang dapat dilakukanuntuk memfasilitasi mulainya tidur dan mempertahankannya. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pengaruh sleep hygiene terhadap kualitas tidur penderita DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif denganrancangan penelitian praeksperimen dan Desain One Group Pretest Posttest. Sejumlah29 responden dipilih untuk menjadi sampel berdasarkan kriteria inklusi. Alat ukurmenggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitastidur. Data kemudian dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan setelah intervensi sleephygiene (p-value =0.000) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh sleephygiene terhadap kualitas tidur penderita DM Tipe 2. Berdasarkn hasil tersebut, perawatkomunitas di Puskesmas Indralaya diharapkan dapat memasukkan sleep hygiene dalampendidikan kesehatan yang wajib diberikan pada penderita DM tipe 2 dan keluarganya.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 93-100
Author(s):  
Alya Bakti Destiani ◽  
Fransisca Chondro

LATAR BELAKANGDiabetes mellitus (DM) banyak dijumpai di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Salah satu pemeriksaan glukosa darah pada pasien DM adalah pemeriksaan kadar HbA1c yang telah terstandarisasi sesuai The Diabetes Control and Complication Trial (DCCT). Kadar HbA1c menunjukkan kadar glukosa di dalam hemoglobin pasien, sehingga kadar HbA1c yang tinggi biasanya akan disertai dengan gejala klinis DM yang semakin jelas, salah satunya poliuria. Poliuria ini dapat berpengaruh pada beberapa hal, salah satunya adalah kualitas tidur pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dengan kualitas tidur pada pasien DM tipe-2. METODEPenelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan desain cross sectional. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik consecutive non-random sampling yang berjumlah 44 responden. Data responden diperoleh melalui wawancara pengisian kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan pengambilan data HbA1c dari rekam medis. Analisis data yang diolah dengan program SPSS versi 23 ini dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistic Fisher. HASILPenelitian ini diikuti oleh 44 orang pasien DM tipe-2 yang memiliki hasil kadar HbA1c. Berdasarkan hasil statistik didapatkan p sebesar 0,69 dimana p>0,05 sehingga tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. KESIMPULANPenelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar HbA1c dengan kualitas tidur pada pasien DM tipe-2.  


Nutrients ◽  
2021 ◽  
Vol 13 (6) ◽  
pp. 1757
Author(s):  
Michael R. Szymanski ◽  
Gabrielle E. W. Giersch ◽  
Margaret C. Morrissey ◽  
Courteney L. Benjamin ◽  
Yasuki Sekiguchi ◽  
...  

Euhydration remains a challenge in children due to lack of access and unpalatability of water and to other reasons. The purpose of this study was to determine if the availability/access to a beverage (Creative Roots®) influences hydration in children and, therefore, sleep quality and mood. Using a crossover investigation, 46 participants were randomly assigned to a control group (CON) or an intervention group and received Creative Roots® (INT) for two-week periods. We recorded daily first morning and afternoon urine color (Ucol), thirst perception, and bodyweight of the two groups. Participants reported to the lab once per week and provided first morning urine samples to assess Ucol, urine specific gravity (USG), and urine osmolality (Uosmo). Participants also completed the questionnaires Profile of Mood States-Adolescents (POMS-a) and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Dependent t-tests were used to assess the effects of the intervention on hydration, mood, and sleep quality. Uosmo was greater and Ucol was darker in the control group (mean ± SD) [Uosmo: INT = 828 ± 177 mOsm·kg−1, CON = 879 ± 184 mOsm·kg−1, (p = 0.037], [Ucol:INT = 5 ± 1, CON = 5 ± 1, p = 0.024]. USG, POMS-a, and PSQI were not significant between the groups. At-home daily afternoon Ucol was darker in the control group [INT = 3 ± 1, CON = 3 ± 1, p = 0.022]. Access to Creative Roots® provides a small, potentially meaningful hydration benefit in children. However, children still demonstrated consistent mild dehydration based on Uosmo, despite consuming the beverage.


Gut Pathogens ◽  
2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
A. L. Cunningham ◽  
J. W. Stephens ◽  
D. A. Harris

AbstractA strong and expanding evidence base supports the influence of gut microbiota in human metabolism. Altered glucose homeostasis is associated with altered gut microbiota, and is clearly associated with the development of type 2 diabetes mellitus (T2DM) and associated complications. Understanding the causal association between gut microbiota and metabolic risk has the potential role of identifying susceptible individuals to allow early targeted intervention.


Author(s):  
Andy Chien ◽  
Fei-Chun Chang ◽  
Nai-Hsin Meng ◽  
Pei-Yu Yang ◽  
Ching Huang ◽  
...  

Abstract Purpose Robot-assisted gait rehabilitation has been proposed as a plausible supplementary rehabilitation strategy in stroke rehabilitation in the last decade. However, its exact benefit over traditional rehabilitation remain sparse and unclear. It is therefore the purpose of the current study to comparatively investigate the clinical benefits of the additional robot-assisted training in acute stroke patients compared to standard hospital rehabilitation alone. Methods Ninety acute stroke patients (< 3 month) were recruited. All participants received the standard hospital neurorehabilitation comprises 45–60 min sessions daily for 3 weeks. Sixty patients also received an additional 30 min of robot-assisted gait training with the HIWIN MRG-P100 gait training system after each of the standard neurorehabilitation session. Outcome measures included: 1. Berg Balance Scale (BBS); 2. Brunnstrom Stage; 3. Pittsburgh Sleep Quality Index and 4. Taiwanese Depression Questionnaire (TDQ) which were assessed pre-treatment and then after every five training sessions. Results Both groups demonstrated significant improvement pre- and post-treatment for the BBS (robotic group p = 0.023; control group p = 0.033) but no significant difference (p > 0.1) between the groups were found. However, the robotic training group had more participants demonstrating larger BBS points of improvement as well as greater Brunnstrom stage of improvement, when compared to the control group. No significant within and between group statistical differences (p > 0.3) were found for Pittsburgh Sleep Quality Index and Taiwanese Depression Questionnaire. Conclusion The addition of robotic gait training on top of standard hospital neurorehabilitation for acute stroke patients appear to produce a slightly greater improvement in clinical functional outcomes, which is not transferred to psychological status.


2016 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
pp. 1045-1051 ◽  
Author(s):  
Johanna Takács ◽  
Róbert Bódizs ◽  
Péter Przemyslaw Ujma ◽  
Klára Horváth ◽  
Péter Rajna ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document