scholarly journals IDENTIFIKASI Aspergillus sp PADA ROTI MANTAO YANG DI PERJUALBELIKAN DI KOTA MAKASSAR

Jurnal Medika ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 14-17
Author(s):  
Isna Rahmasari Burhanuddin ◽  
Dewi Arisanti ◽  
Mujahidah Basarang

Roti mantao merupakan salah satu pangan semi basah yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Roti mantao berwarna putih dan bertekstur empuk yang dapat disajikan dengan cara dikukus, dibakar, ataupun digoreng. Bahan utama untuk membuat roti mantao  yaitu tepung terigu, gula, susu dan ragi. Pertumbuhan jamur yang sangat cepat pada roti mantao dikarenakan komposisi dari bahan dasar dari pembuatan roti mantao yang merupakan sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme seperti Aspergillus sp. Jenis jamur ini juga merupakan kontaminan umum pada berbagai pangan, yang menyebabkan kerusakan pangan. Jamur terdapat pada bahan makanan, dan tumbuh dengan sangat cepat dengan koloni berwarna putih, hitam, hijau tua, dan hitam kecoklatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Aspergillus sp pada roti mantao. Metode penelitian ini adalah observasi laboratorik dengan menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar) yang diinkubasi selama 5 hari. Dengan melakukan pengamatan setiap hari pada 10 sampel untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan Aspergillus sp pada roti mantao. Hasil pengamatan memperlihatkan adanya pertumbuhan Aspergillus sp pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan ciri-ciri koloni dengan tekstur seperti kapas (cotton), dengan warna koloni hijau tua. Kesimpulan  penelitian ini adalah 10% roti mantao yang diperjualbelikan di Kota Makassar terkontaminasi Aspergillus sp.

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 107-123
Author(s):  
Norma Farizah Fahmi ◽  
Dwi Aprilia Anggraini ◽  
Yogi Khoirul Abror

Onikomikosis merupakan infeksi pada lempeng kuku yang dapat disebabkan oleh jamur dermatofita (Tinea unguium), non dermatofita atau yeast. Onikomikosis adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita dan non-dermatofita. Infeksi onikomikosis menyebabkan kerusakan pada kuku yang menyebabkan lempeng kuku menebal, rapuh dan mudah hancur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi jamur kuku tangan dan kaki pada pekerja penitipan hewan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan di empat tempat penitipan hewan yang berbeda sebanyak 20 sampel di Surabaya dan tempat pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Analis Kesehatan STIKES Ngudia Husada madura. Metode pemeriksaan yang dilakukan melalui metode pengamatan langsung dan metode kultur jamur. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dari 20 sampel sebanyak 11 sampel (55%) positif Tinea unguium (jamur kuku). Pada pengamatan metode kultur jamur hasil positif sebanyak 6 sampel (30%) dengan kode P1, P4, P8, P11, P15 dan P20 terinfeksi oleh jamur Aspergillus sp , Penicillium 10% dengan kode P5 dan P14, Rhizopus sp 5% kode P18, Microsporum gypseum sebanyak 5% kode P13, dan Trichophyton mentagrophytes 5% kode P19. Hasil screening pada penelitian ini menunjukkan para pekerja belum memiliki hygiene diri yang baik khususnya dalam memelihara kebersihan kuku kaki dan tangan sehingga menyebabkan faktor resiko terjadinya infeksi jamur kuku.


Author(s):  
Putri Kumala Dewi ◽  
Nia Rossiana ◽  
Ida Indrawati

ABSTRAK Kawasan laut Pantai Barat Pananjung Pangandaran merupakan salah satu kawasan perairan laut yang memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi khususnya mikroorganisme. Pada pantai Barat Pananjung Pangandaran Zona intertidal diindikasikan memiliki tingkat pencemaran akibat pola kegiatan manusia jauh lebih tinggi dari pada zona subtidal sehingga mempengaruhi keberadaan mikroorganisme khususnya mikrofungi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi mikrofungi yang terdapat pada perairan zona intertidal dan subtidal pantai Barat Pananjung Pangandaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Prosedur pengerjaan meliputi tahap pengambilan sampel, pengenceran, penanaman sampel dilakukan dengan teknik pour plate di cawan petri pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Koloni mikrofungi dimurnikan dengan metode titik dan agar miring. Identifikasi mikrofungi dilakukan dengan teknik Moist Chamber. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis mikrofungi pada zona intertidal yaitu Cladosporium sp1., Cladosporium sp2., Aspergillus sp., dan Sp1.. Pada zona subtidal terdapat 2 jenis mikrofungi yaitu Fusarium sp. Dan Penicillium sp. Kata kunci : Mikrofungi; Intertidal; Subtidal.


Jurnal Medika ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Anita Anita ◽  
Nurhidayat Nurhidayat ◽  
Dewi Arisanti ◽  
Lilis Wahyuningsih

Salah satu tanaman hortikultura yang dibudidayakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan   dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pangan dan bahan baku industri makanan yaitu Kentang (Solanum tuberosum). Agar kentang tidak mudah busuk sehingga dapat diolah menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomis maka penyimpanannya pun harus diperhatikan dengan baik Kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin air didalam kentang merupakan  komponen utama bagi pertumbuhan jamur, sehingga memungkinkan kentang terkontaminasi jamur berbahaya seperti jamur Aspergillus sp.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Aspergillus sp pada kentang (Solanum tuberosum) yang diperjulabelikan dipasar tradisional Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasi laboratorik dengan menggunakan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang diinkubasi selama 5 hari pada suhu 370C. Dari hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik didapatkan 1 sampel yang positif terdapat Aspergillus sp dari 10 sampel kentang yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sampel yang diteliti terdapat jamur Aspergillus sp.


Planta Medica ◽  
2016 ◽  
Vol 81 (S 01) ◽  
pp. S1-S381
Author(s):  
LA Peyrat ◽  
V Eparvier ◽  
C Eydoux ◽  
JC Guillemot ◽  
D Stien ◽  
...  

Author(s):  
A. Muntala ◽  
P. M. Norshie ◽  
K. G. Santo ◽  
C. K. S. Saba

A survey was conducted in twenty-five cashew (Anacardium occidentale) orchards in five communities in the Dormaa-Central Municipality of Bono Region of Ghana to assess the incidence and severity of anthracnose, gummosis and die-back diseases on cashew. Cashew diseased samples of leaves, stem, inflorescences, twigs, flowers, nuts and apples showing symptoms (e. g. small, water-soaked, circular or irregular yellow, dark or brown spots or lesions on leaves, fruits and flowers, sunken surface, especially on the apples, blight, gum exudates) were collected for isolation of presumptive causative organism. The pathogen was isolated after disinfecting the excised diseased pieces in 70% ethanol, plated on potato dextrose agar (PDA) and incubated at 28 oC for 3 to 7 days. The identity of the putative pathogen was morphologically and culturally confirmed as belonging to Colletotrichum gloeosporioides species complex using standard mycological identification protocols. The pathogen had varied conidia sizes of between 9-15 up to 20 μm in length and diameter of 3-6 μm. The conidia were straight and cylindrically shaped with rounded or obtuse ends. The septate mycelium was whitish-grey, velvety and cotton-like in appearance from the top. The results confirmed the presence of the pathogen in the orchards with incidence ranging from 6.9% and 14.0% for gummosis and averaged 22.9% for anthracnose infected orchards. The result of the pathogenicity test confirmed the isolates to be pathogenic on inoculated cashew seedlings and were consistently re-isolated, thereby establishing the pathogen as the true causal agent of the said diseases in cashew trees and thus completed the Koch’s postulate.


PERENNIAL ◽  
2010 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Astuti Arif ◽  
. Syahidah ◽  
Sitti Nuraeni

Fungi have a great diversity and wide distribution at the world. It can be used as the alternative technology for controlling of subterranean termite attack, particularly genus Coptotermes knowned as the wooden destructive organism, by using entomophatogenic fungi. For the purpose of the study, several isolate sources were taken from some locations. The results show that eight numbers of pathogenic fungi was founded by screening and identification of fungi taken from 19 numbers of isolate sources. The pathogenic fungi were Beauveria sp., Penicillium brevicompactum, P. rubrum, Paecilomyces fulvus, Fusarium verticolloides, Pythium sp., and Aspergillus sp. Key words: Jamur entomopatogen, Coptotermes sp.


2018 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 74-90
Author(s):  
José Roberto Chaves Neto ◽  
Renato Carnellosso Guerra ◽  
Ricardo Boscaini ◽  
Nívea Raquel Ledur ◽  
Maurivan Travessini ◽  
...  

O controle das podridões das espigas e grãos de milho é realizado principalmente com a aplicação de fungicidas químicos em todas as regiões produtoras do Rio Grande do Sul. O presente trabalho teve como objetivo avaliar a influência da aplicação foliar de fungicidas na incidência de grãos ardidos e de fungos dos gêneros Penicillium sp., Fusarium sp. e Aspergillus sp. em grãos de milho. O experimento foi conduzido na safra agrícola 2014/15, em Cruz Alta, RS. O delineamento experimental utilizado foi o de blocos casualizados (DBC), com 4 tratamentos (3 com aplicação de fungicidas e 1 testemunha sem aplicação) em 4 repetições. Os tratamentos basearam-se nas aplicações dos fungicidas Piraclostrobina + epoxiconazol (380 mL ha-1), Picoxistrobina + ciproconazole (300 mL ha-1) e Azoxistrobina + benzovindiflupir (150 g ha-1). As variáveis analisadas foram: percentagem de grãos ardidos, massa de mil grãos e rendimento de grãos. Houve efeito da aplicação de fungicidas sobre toas as variáveis avaliadas. Os componentes de produção assim como a incidência de grãos ardidos e de fungos fitopatogênicos, em grãos de milho são influenciados pela aplicação via foliar de fungicidas no estádio fenológico V8 da cultura do milho.


2014 ◽  
Vol 16 (4) ◽  
pp. 597-608 ◽  

<div> <p>Removal of Fe(II) and Mn(II) ions from aqueous solution by fungal biosorbent <em>Aspergillus sp. TU-GM14</em>immobilized on <em>Detarium microcarpum</em> matrix was investigated in this study. Effects of biosorption parameters pH, biosorbent concentration, bead size and equilibrium time on Fe(II) and Mn(II) ions sorption were also determined. Equilibrium was attained within in 3 hours while optimum Fe(II) and Mn(II) ions removal was observed at pH 6, 8 mm bead size, 2 g l<sup>-1</sup> spore load respectively. Adsorption capacity was described using Langmuir, Freundlich and BET isotherm models. The experimental data fitted best to the Freundlich model (<em>R</em><sup>2</sup> 0.992 and 0.996 for Mn(II) and Fe(II) respectively). Favourable surface sorption process was described by Langmuir isotherm for both metals (<em>Q</em><sub>max </sub>34 and 14 mg g<sup>-1</sup> for Mn(II) and Fe(II) ions) while the BET isotherm constant, <em>B</em>, described high metals sorption beyond the biosorbent surface in a multi-layer sorption process (4.8 and 9.0 for Mn(II) and Fe(II)&nbsp; respectively). Results of the study showed that <em>Aspergillus sp. TU-GM14 </em>biosorbent can remove large quantities of Fe(II) and Mn(II) ions from solution in both surface and multi-layer sorption process with <em>Detarium microcarpum</em> acting as a cheap immobilization matrix.</p> </div> <p>&nbsp;</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document