JURNAL KEDOKTERAN
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

72
(FIVE YEARS 72)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

2620-5890, 2460-9749

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Ni Luh Ranthi Kurniawathi ◽  
Indramawan Setyojatmiko ◽  
Ni Nyoman Sri Budayanti

Resistesi antibiotik meningkat secara global dalam beberapa tahun ini, terutama kejadian Escherichia coli (E.coli) dan Klebsiella pneumoniae (K.pneumoniae) penghasil Extended Spektrum Beta Lactamases (ESBL). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran prevalensi keberadaan dan antibiogram isolat E.coli dan K. pneumoniae penghasil ESBL di rumah sakit tersier di Bali. Penelitian retrospektif potong lintang ini dlikaukan pada Januari 2018- Desember 2020 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Bali. Identifikasi bakteri dan uji sensitivitas antibiotik dilakukan dengan alat otomatis Vitek®2 Compact. Hasil penelitian menunjukkan dari 2972 isolat, 1067 (63,82%) isolat adalah E. coli penghasil ESBL dan 902 isolat (69,39%) adalah K. pneumoniae penghasil ESBL. Isolat penghasil ESBL ditemukan terbanyak pada non-ICU (89,39%). Bakteri E.coli penghasil ESBL menunjukkan sensitivitas > 80% terhadap Amikacin, Ertapenem, Meropenem, Nitrofurantoin, Piperacillin-tazobactam, dan Tigecycline. Sedangkan, K. pneumoniae penghasil ESBL menunjukkan sensitivitas > 80% terhadap Amikacin, Ertapenem, Meropenem, dan Tigecycline. Penelitian ini menyoroti tingginya prevalensi E.coli dan K.pneumoniae penghasil ESBL di rumah sakit rujukan tersier di Bali. Analisis yang seksama dari antibiogram kedua spesies penghasil ESBL tersebut akan membantu menyusun kebijakan penggunaan antibiotik dan pencegahan, pengendalian penyebaran bakteri penghasil ESBL.Kata Kunci: Escherichia coli; Klebsiella pneumoniae; Extended Spectrum Beta Lactamases; ICU dan Non-ICU


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Sidhi Laksono

Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) merupakan uji diagnostik untuk melihat gambaran aktivitas elektrik dari listrik jantung, sehingga dapat diketahui gangguan listrik jantung atau aritmia. EKG ini rutin dilakukan untuk melihat gangguan listrik jantung, sehingga diperlukan kemampuan praktisi medis dalam membaca interpretasinya. Secara praktis, EKG dapat dibaca melalui 8 tahapan mulai dari menentukan irama sinus hingga morfologi gelombang T. Dari tinjauan mini ini akan dibahas secara ringkas dan praktis dalam menginterpretasikan EKG bagi praktisi medis.Kata kunci: EKG; interpretasi praktis; praktisi medis


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Ferdi Afian ◽  
Oloan Hasiholan ◽  
Dasti Anditiarini

Asupan air yang cukup selama penerbangan merupakan hal yang penting untuk kesehatan dan kenyamanan kru dan penumpang. Risiko kontaminasi mikroba di air yang digunakan pesawat terbang oleh hewan atau kotoran manusia, dapat berasal dari sumber air bandara, terjadi saat kegiatan perpindahan air ke dalam pesawat, atau saat air disimpan di dalam pesawat. Pengukuran kualitas air di pesawat telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan lembaga. Hal ini ditujukan untuk menilai seberapa bagus upaya penjagaan sanitasi air yang dilakukan oleh operator penerbangan yang menunjukkan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun masih diperlukan lebih banyak penelitian serupa yang menggunakan metode analisis yang lebih dalam untuk menguji variabel-variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas air di pesawat.Kata Kunci: Penerbangan; Air; Kualitas; Pesawat.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Baiq Lenysia Puspita Anjani ◽  
Yuli Fitriana ◽  
Reza Afifatul Hasanah

Tenaga kefarmasian di Apotek memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa tenaga kefarmasian berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Tenaga kefarmasian harus men­jalankan pelayanan kefarmasian sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Penerapan Standar Pelayan­an Kefarmasian Di Apotek “X” Kota Mataram Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. Metode yang digunakan yaitu Pendekatan Kualitatif, dengan sumber data primer yaitu Cheklist dan wawancara sesuai dengan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, serta sumber data sekunder yang mendukung data primer pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Apotek “X” Kota Mataram Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016 diperoleh hasil sebagai berikut, standar pelayanan kefarmasian pada kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek “X” sudah sepenuhnya diterapkan. Standar pelayanan kefarmasian pada kegiatan pelayanan farmasi klinik, informasi obat terkait farmakokinetik tidak dilakukan. Kegiatan konseling tidak dilakukan konseling yang terdokumentasi, kegiatan pelayanan kefarmasian dirumah belum sepenuhnya dilaksanakan. Pemantauan terapi obat dan monitoring efek samping obat belum dilaksanakan sepenuhnya.Kata Kunci: Evaluasi; Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek; Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Baiq Annisa Mulya Kartini

Granulomatosis dengan polyangiitis (GPA) merupakan penyakit sistemik yaitu vaskulitis pada pembuluh darah kecil dan sedang yang terkait dengan anti-neutrophil-cytoplasmic-antibody (ANCA). Gejala klinis GPA yaitu vaskulitis nekrotikans sistemik, inflamasi granulomatosa dan glomerulonefritis nekrosis. Sebagian besar pasien dengan GPA memiliki manifestasi sistem telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dan mencari intervensi medis untuk manifestasi ini. Lebih dari 80% memiliki masalah rinologi dan 20-40% memiliki masalah otologik. Angka kejadian GPA di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan prevalensi sebesar 21,8 per 100.000 dan peningkatan insiden tahunan 1,3 kasus per 100.000. Sedangkan di Indonesia belum ada data pendukung terkait dengan insiden GPA. Insiden puncak pada usia 65-74 tahun. GPA disebabkan oleh multifaktorial yaitu infeksi, lingkungan dan induksi obat. Pada patofisiologi GPA, terdapat dua ANCA yang berperan yaitu proteinase 3 (PR3) dan myeloperoxidase (MPO). Keduanya akan mengativasi monosit dan neutrofil yang pada akhirnya melakukan reaksi inflamasi yang merusak pembuluh darah. Manifestasi otologik yang paling sering muncul pada pasien GPA adalah otitis media unilateral atau bilateral dengan efusi serosa. Pengobatan GPA dibagi menjadi terapi induksi meliputi kombinasi siklofosfamid dan kortikosteroid, rituximab, metotreksat dan glukokortikosteroid. Terapi pemeliharaan meliputi azathioprine, metotreksat, leflunomide, rituximab, cotrimoxazole dan plasma exchange. Jika tidak diobati, penyakit ini biasanya menjadi fatal dan 82% pasien meninggal dalam waktu 1 tahun.Kata kunci: Granulomatosis dengan polyangiitis; manifestasi otologic; etiologic; patofisiologi; diagnosis; tatalaksana; prognosis


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 176
Author(s):  
Haryandi Haryandi ◽  
Veni Rori Setiawati

Aspek K3 berorientasi menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan sehat bagi pekerja. Industri pertambangan memiliki tingkat resiko cukup tinggi khususnya terkait kebisingan di tempat kerja yang berasal dari intensitas suara tinggi pada aktivitas penambangan, peledakan, alat, mesin, dan perbengkelan. Penelitian dilakukan di area penambangan PT. XYZ, salah satu perusahaan tambang terbuka yang berlokasi di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat dengan pengukuran kebisingan dilakukan dengan metode personal sampling dilakukan menggunakan peralatan Edge 5, dan mengetahui upaya pengendalian kebisingan dengan cara observasi dan wawancara mendalam dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian didapatkan pembagian 12 Similar Exposure Group (SEG) di area mining PT.XYZ dengan hasil pengukuran kebisingan personal menunjukkan rentang 81.1-87 dB dengan SEG tertinggi di area Mine Batch Plant dan terendah di SEG Mine Drill Sampler. PT. XYZ telah melakukan upaya pengendalian kebisingan dengan prinsip hirarki kontrol yaitu eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, administrasi, dan alat pelindung diri.Keywords:  Kebisingan, K3, Mining, Similar Exposure Group, Hirarki Kontrol ABSTRACTOccupational Health and Safety aspects create a safe and healthy work environment for workers. The mining industry has a high level of risk, especially related to workplaces originating from high noise intensity in mining, explosions, tools, and machinery and workshop activities. The research was conducted in the mining area of PT. XYZ, a company located in West Sumbawa, West Nusa Tenggara Province, was carried out using a private sampling method using Edge 5 equipment, and knowing control efforts by observation and in-depth qualitative descriptive methods. The results showed that there were 12 Similar Exposure Groups (SEG) in the mining area of PT. XYZ. Personal noise dosimetry measurement results showing a range of 81.1-87 dB with the highest SEG in the Mine Batch Plant area and the lowest in the SEG Mine Drill Sampler. PT. XYZ has carried out control efforts with the principles of the control hierarchy, namely elimination, substitution, engineering, administration, and personal protective equipment.Keywords: Noise, OHS, Mining, Similar Exposure Groups, Hierarchy Control  


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 188
Author(s):  
Tri Wira Jati Kusuma Hamdin ◽  
Risky Irawan ◽  
Dian Rahadianti ◽  
Kadek Dwi Pramana

Latar Belakang: Asma merupakan salah satu masalah utama baik di negara maju dan negera berkembang. Pada tahun 2017 angka kejadian asma di berbagai negara sekitar 1-18% dan diperkirakan sebanyak 300 juta penduduk di dunia menderita asma menurut Global Initiatif for Astma (GINA). Kejadian asma dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya usia, jenis kelamin, perokok aktif maupun pasif, genetik, Indeks massa tubuh (IMT. Penurunan faal paru dapat diakibatkan IMT berlebih kurang sehingga meningkatkan terjadinya asma. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor pejamu penyebab asma yang dapat di modifikasi karena reversibel. Seseorang dengan IMT berlebih (over-weight-obesitas) maupun IMT kurang (underweight) cenderung memiliki perubahan pada sistem tubuh yang menimbulkan perburukan pada asma sehingga menjadi tidak terkontrol. Tujuan: Mengetahui hubungan indek massa tubuh dengan status kontrol pasien asma di RSUD Kota Mataram Tahun 2019. IMT bersifat Metode: Penelitian ini merupakan analitik observasional, dengan rancangan cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari rekam medik pasien asma yang menjalani rawat jalan di RSUD Kota Mataram 2019. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang. Analisis data menggunakan rank spearman. Hasil: Hasil analisis menggunakan Rank Spearmen didapatkan nilai p-value 0,000 (p-value 0,05), yang berarti terdapat hubungan antara IMT dengan status kontrol pasien asma di RSUD Kota Mataram tahun 2019. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan status kontrol pasien asma di RSUD Kota Mataram tahun 2019.Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Status Kontrol, Asma. ABSTRACTBackground: Asthma is one of the main problems in both developed and developing countries. In 2017 the prevalence of asthma incidence in various countries was around 1-18% and an estimated 300 million people in the world suffer from asthma according to the Global Initiatif for Astma (GINA). The asthma incidence influenced by many factors. These factors include age, sex, active and passive smoker, genetics, body mass index (BMI). Decreased lung function can be caused by excess BMI and low BMI which increases the asthma insidence. Body Mass Index (BMI) is one of the factors of host that caused asthma can be modified because they were reversible. A person with an over-weight-obesity and underweight BMI tends was have changes in the body's systems that worsen asthma so that becomes uncontrollable. Purpose: Knowing the correlation between body mass index and control status of asthma patients at RSUD Kota Mataram in 2019. Methods: This reseacrh was an observational analytic study, with a cross sectional design. The data source used in this study is secondary data from the medical records of asthma patients who was undergoing outpatient care at the Mataram City Hospital 2019. Data was collected from 118 samples. Data analysis used rank spearman. Results There is a correlation between Body Mass Index and the control status of asthma patients at Mataram City Hospital in 2019. Key Words: Asthma, body mass index, asthma control status.Key Words: body mass index, control status, asthma.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 165
Author(s):  
Dewi Meliyani Ramadlana Suleman ◽  
Dewi Setiawati ◽  
Arlina Wiyata Gama ◽  
Azizah Nurdin ◽  
Rahmi Damis

Preeklampsia dan eklampsia adalah hipertensi dalam kehamilan, yang bersifat progresif dan memiliki risiko kesehatan paling signifikan bagi wanita hamil dan janin. Penyakit ini menyebabkan lebih dari 60.000 kematian ibu dan 500.000 kematian janin per tahun di seluruh dunia. Salah satu dampak yang ditimbulkan terhadap janin adalah kelahiran prematur. Tujuan : Untuk menganalisis hubungan antara preeklampsia-eklampsia gravidarum dengan kejadian persalinan prematur pada ibu bersalin di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe periode Januari-September tahun 2020. Metode : Penelitian analitik observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Ibu yang bersalin di RSUD Prof. Dr. H Aloei Saboe selama periode waktu Januari-September 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu berjumlah 66 sampel. Data diperoleh dari rekam medis dan dianalisais menggunakan Chi-square, dengan tingkat signifikansi 10% (α = 0,10). Hasil : Diperoleh nilai  0.048 ( <0,10), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara preeklampsia-eklampsia gravidarum dengan kejadian persalinan prematur pada ibu bersalin di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Periode Januari-September Tahun 2020. Kesimpulan : Ada hubungan signifikan antara preeklampsia-eklampsia gravidarum dengan persalinan prematur di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Periode Januari-September Tahun 2020.Kata kunci : Preeklampsia, Eklampsia Gravidarum, Prematur ABSTRACTPreeclampsia and eclampsia are hypertension in pregnancy, which is progressive and has the most significant health risk for pregnant women and fetuses. This disease has caused more than 60,000 maternal mortality and 500,000 fetal mortality per year worldwide. One of the effects appearing on the fetus is preterm birth. Objective: To analyze the relationship between preeclampsia-eclampsia gravidarum and the occurrence of preterm birth in women in labor at Prof. Dr. H. Aloei Saboe Regional Public Hospital period January-September 2020. Method: This research is an observational study using a cross-sectional approach. Women in labor at Prof. Dr. H. Aloei Saboe Regional Public Hospital in the January-September 2020 period qualifying the inclusion and exclusion criteria were sampled in this study, consisting of 66 samples. Data were obtained from medical records and analysis employing Chi-square, with a significance level of 10% (α = 0.10). Results: The study obtained a p-value 0.048 (p <0.10), which implies that there was a significant relationship between preeclampsia-eclampsia gravidarum and the occurrence of preterm birthinwomen in labor at Prof. Dr. H. Aloei Saboe Regional Public Hospital in the January-September 2020 period.Conclusion: There was a significant relationship between preeclampsia-eclampsia gravidarum and preterm birth at Prof. Dr. H. Aloei Saboe Regional Public Hospital in the January-September 2020 period.Keywords: Preeclampsia, Eclampsia Gravidarum, Preterm Birth


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 152
Author(s):  
Prasetya Angga Firmansyah ◽  
Risky Irawan ◽  
Dian Rahadianti ◽  
Fachrudi Hanafi

Saat ini asma masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma. Prevalensi asma di Indonesia sendiri pada tahun 2018 sebesar 2,4%. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di peringkat ke 7 dengan angka kejadian mencapai 2,5%. Asma adalah penyakit heterogen dengan berbagai proses penyebab yang mendasarinya. Salah satu penyebab asma yang telah diidentifkasi adalah asma dengan obesitas. Gold standart  dalam pemeriksaan penyakit asma adalah spirometri. Parameter yang dinilai dalam pemeriksaan spirometri untuk menilai derajat obstruksi pasien asma adalah VEP1/KVP. Perubahan pada IMT baik overweight maupun underweight akan menyebabkan perubahan mekanik dan kimiawi sistem pernapasan yang nantinya berperan sebagai faktor yang berpengaruh dan memperberat nilai VE1/KVP pada pasien asma. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui hubungan indek massa tubuh dengan rasio volume ekspirasi paksa satu detik pertama per kapasital vital paksa pada pasien asma stabil di RSUD Kota Mataram 2019. Penelitian ini merupakan analitik observasional, dengan rancangan cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari rekam medik pasien asma yang menjalani rawat jalan di RSUD Kota Mataram 2019 berupa data berat badan dan tinggi badan serta nilai VEP1/KVP. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang. Analisis data menggunakan rank spearman dengan bantuan software SPSS versi 25. Hasil analisis didapatkan nilai p-value 0,000 (p-value ≤0,05), yang berarti terdapat hubungan antara IMT dan VEP1/KVP pada pasien asma stabil. Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan rasio VEP1/KVP pada pasien asma stabil di RSUD Kota Mataram 2019.Kata Kunci: Asma, indeks massa tubuh, VEP1/KVP.ABSTRACTRight now, asthma is as yet one of the principle medical issues in both created and non-industrial nations. The highest quality level in inspecting asthma is spirometry. The boundary evaluated in the spirometry assessment to survey the level of impediment in asthma patients was FEV1/FVC. Changes in BMI both overweight and underweight will cause mechanical and synthetic changes in the respiratory framework which will later go about as an impacting factor and bother the VE1/KVP esteem in asthma patients. The reason for this examination to decide the connection between weight file and the proportion of constrained expiratory volume of the first second per constrained fundamental limit in stable asthma patients at Mataram City Clinic 2019. This examination was an observational scientific contemplated, with a cross sectional plan. This examination utilizing optional information from clinical records of asthma patients as weight and tallness information just as VEP1/KVP esteems. The patients are going through outpatient at the Mataram City Medical clinic in 2019. The example in this investigation added up to 118 individuals. Information examination utilized position spearman with the assistance of SPSS form 25 programming The aftereffects of the investigation utilizing Rank Spearmen acquired a p-value of 0.000 (p-value ≤0.05), which implies that there is a connection among BMI and FEV1/FVC in stable asthma patients at Mataram City Clinic 2019.Keywords: Asthma, body mass index, FEV1/FVC.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 121
Author(s):  
I Nyoman Arnatha ◽  
Komang Januartha Putra Pinatih ◽  
Ni Luh Ranthi Kurniawathi

Proteus mirabilis merupakan salah satu bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih yang dapat memicu pembentukan kristal atau batu saluran kemih (BSK). Pemberian antibiotik yang adekuat dapat menurunkan resiko pembentukan BSK. Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik Proteus mirabilis yang diisolasi dari spesimen urin dan pola kepekaannya terhadap antibiotik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara potong lintang dengan kurun waktu 2 tahun (1 Januari 2018 sampai 31 Desember 2019) di RS Sanglah, Denpasar, Bali. Semua kultur urin dengan Proteus mirabilis dimasukkan dalam penelitian. Identifikasi bakteri dan sensitivitas terhadap antibiotik dilakukan dengan menggunakan mesin Vitek®2 Compact (BioMerieux). Dari 4.094 spesimen urin yang dikultur, didapatkan 49 isolat Proteus mirabilis dengan karakteristik pasiennya adalah : 49% laki-laki dan 51% perempuan. Usia mayoritas adalah 18-65 tahun (77.6%). Isolat yang menunjukkan adanya BSK adalah 13 isolat (26.5%) dengan lokasi batu paling banyak berada di ginjal sejumlah 9 isolat (69.2%). Rerata jumlah leukosit adalah 13.88 x103/mL (± 7.56).  Rerata persentase neutrofil adalah 67.24 % (± 25.38). Rerata kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) adalah 27.25 mg/dL (± 26.66). Rerata kadar serum kreatinin adalah 2.64  mg/dL (± 9.15). Persentase Multidrug Resistant Organisms (MDRO) sejumlah 38.8%. Hasil sensitivitas Proteus mirabilis terhadap amikacin sebesar 100%. Penelitian menunjukkan bahwa bakteri Proteus mirabilis cenderung mampu untuk membentuk kristal / BSK. Marker infeksi, fungsi ginjal pasien, dan sensitivitas terhadap antibiotik, tidak  menunjukkan perbedaan yang signifikan antara isolat dengan BSK dan tanpa BSK.Kata Kunci :  Proteus mirabilis, batu saluran kemih, MDRO ABSTRACTProteus mirabilis is one of the main causes of urinary tract infections which can lead to formation of urinary tract stones. Adequate antibiotics can reduce the risk of stone formation. The aim of this study was to determine characteristics of Proteus mirabilis isolated from urine specimens and its sensitivity to antibiotics. This was a cross-sectional descriptive study with a period of 2 years (1 January 2017 to 31 December 2018) in Sanglah Hospital, Denpasar, Bali. All urine cultures with Proteus mirabilis were included in this study. Identification and sensitivity test were conducted using Vitek-2 Compact machine (BioMerieux). Out of 4,094 urine specimens were cultured, in which 49 isolates of Proteus mirabilis were obtained. Characteristics of patients as follows 49% male and 51% female. The majority of the age is 18-65 years (77.6%). Isolates that showed the presence of stone were 13 isolates (26.5%) with location of the stones were mostly in the kidneys (9 isolates/69.2%). The mean leukocyte count was 13.88 x103/mL (± 7.56). The average percentage of neutrophils was 67.24% (± 25.38). The mean Blood Urea Nitrogen levels was 27.25 mg/dL (± 26.66). The mean serum creatinine level was 2.64 mg/dL (± 9.15). Percentage of Multidrug Resistant Organisms was 38.8%. All of isolates were sensitive to amikacin (100%). This study showed that Proteus mirabilis might be as a cause of urinary tract stone. Infection markers, patient kidney function, and sensitivity to antibiotics did not show a significant difference between isolates with and without stones.Keywords: Proteus mirabilis, urinary tract stones, MDRO


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document