scholarly journals OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULGATOR DALAM REPELAN MINYAK ATSIRI DAUN SERE (Cymbopogon citratus (D.C) Stapf) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti BETINA PADA BASIS VANISHING CREAM DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN

Pharmaciana ◽  
2012 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Endah Nurlaela ◽  
Nining Sugihartini ◽  
Azis Ikhsanudin
2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 77-86
Author(s):  
Agitya Resti Erwiyani ◽  
Fania P. Luhurningtyas ◽  
Istianatus Sunnah

Daun alpukat dan daun sirih hijau memiliki kandungan fitokimia yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi sediaan krim ekstrak etanol daun alpukat dan krim ekstrak etanol daun sirih hijau dan mendapatkan formula yang paling optimum.  Optimasi sediaan krim yang dibuat menggunakan software Design-Expert® 7 (DX7) versi 7.1.5 menggunakan metode Simplex Lattice Design dengan melakukan komposisi kandungan emulgator Span 80 (X1) dan Tween 80 (X2) pada sediaan krim ekstrak etanol daun alpukat, serta vaselin album (Y1) dan cera alba (Y2) sebagai basis krim pada sediaan krim ekstrak etanol daun sirih hijau. Sediaan krim yang dibuat dilakukan penentuan karakteristik fisik krim. Persentase formula optimum dengan komposisi span 80 dan tween 80 berturut – turut sebesar 4,469% : 6,531%, sedangkan komposisi cera alba dan vaselin album berturut – turut sebesar 8.798% : 1.202%. Sediaan krim dengan komposisi cera alba dan vaselin album yang optimum menghasilkan krim yang stabil ditandai tidak mengalami pemisahan pada pengujian secara mekanik, ditunjukkan dengan nilai F = 1. Sediaan krim dengan optimasi cera alba dan vaselin album lebih stabil ditandai dengan tidak terjadi pemisahan emulsi pada uji sentrifugasi.


2019 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Eva Husein ◽  
Agatha Budi Susiana Lestari

Minyak biji bunga matahari (sunflower oil) banyak digunakan dalam krim pelembab untuk menjaga kehalusan dan kelembapan kulit. Penggunaan emulgator yang tepat dapat membantu terbentuknya sediaan krim yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi optimum antara Tween 80 dan Span 80 yang menghasilkan sediaan krim dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik ditinjau dari viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas setelah 30 hari. Kemampuan krim dalam mempertahankan kelembapan kulit diuji dengan metode Transepidermal Water Loss (TEWL). Rancangan penelitian menggunakan Simplex Lattice Design 2 faktor 2 level. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari formula yang diuji, terdapat 3 formula yang memenuhi persyaratan untuk respon yang diuji, yaitu pada kombinasi Tween 80:Span 80 (6:4)%, (7;3)% dan (8:2)%. Viskositas yang diperoleh berada dalam kisaran 143,3-153,3 dPas, daya sebar antara 5,0-5,3 cm, dan pergeseran viskositas antara 4,3-6,8%. Uji TEWL dilakukan terhadap formula optimum yang diperoleh, dan penurunan TEWL yang diperoleh berkisar antara 17,9-38,0%. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sunflower oil dapat diformulasikan dalam sediaan krim menggunakan kombinasi Tween 80 dan Span 80 pada konsentrasi (6:4)%, (7;3)% dan (8:2)% yang memenuhi persyaratan viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas selama waktu penyimpanan 30 hari, dan terbukti mampu mempertahankan kelembapan kulit.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Gabriel Jonathan Suneidesis Alpons ◽  
Siti Aisiyah ◽  
Nuraini Harmastuti

Ibuprofen merupakan obat golongan Non Steroid Anti-Inflamantory Drug (NSAID) yang digunakan dalam pengobatan nyeri atau inflamasi. Metode dispersi padat dapat meningkatan kelarutan ibuprofen. Ibuprofen dibuat sediaan gel untuk menghindari efek samping. Penambahan enhancer dalam gel dapat meningkatkan penetrasi zat aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi enhancer tween 80 dan etanol terhadap pelepasan dan penetrasi zat aktif ibuprofen dalam sediaan gel, pengaruhnya terhadap mutu fisik sediaan serta formula optimum dari kombinasi keduanya. Penelitian ini menggunakan metode simplex lattice design dengan 2 faktor yaitu tween 80 dan etanol pada sediaan gel formula 1; formula 2; dan formula 3 secara berurutan 100%:0%; 50%:50%; 0%:100%. Dispersi padat ibuprofen-PEG 6000 dibuat dengan metode peleburan, kemudian dilakukan uji FTIR lalu dibuat sediaan gel. Uji penetrasi zat dilakukan dengan menggunakan alat sel difusi franz dengan membran selofan kemudian dilakukan penentuan formula optimum berdasarkan counterplot yang diperoleh dari optimasi menggunakan Design Expert 10.0.1 trial version dengan parameter titik kritis viskositas dan penetrasi zat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi tween 80 dan etanol dapat mempengaruhi viskositas dan penetrasi zat, tween 80 memiliki pengaruh yang lebih besar daripada etanol. Konsentrasi tween 80 4.681% dan etanol 16.319% menghasilkan formula optimum dengan viskositas, daya lekat, dan penetrasi obat paling optimum.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 125-134
Author(s):  
Septiana Indratmoko Indratmoko

Ekstrak daun sirsak (Annona Muricata) memilki kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai antibakteri diantaranya yaitu flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Pemanfaatan ekstrak daun sirsak diformulasikan dalam sediaan SNEDDS untuk meningkatkan kelarutan sehingga tercapai efek terapi yang maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula optimum SNEDDS ekstrak daun sirsak berserta uji sifat fisik dan efektivitasnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penggunaan nanoemulsi dioptimalkan dengan menggunakan Simplex Lattice Design sehingga didapatkan perbandingan formulasi terbaik (tween 80) 6 : (PEG 400) 1 : (Minyak terpilih) 1 dengan nilai desirability 0,987 dengan drug loading ekstrak sebesar 25 mg/mL. Parameter uji sifat fisik SNEDDS diperoleh pengamatan stabilitas sediaan stabil, nilai transmitan 97,7%, emulsification time 3 menit dan pH sebesar 6. Uji aktivitas antibakteri sediaan SNEDDS ekstrak daun sirsak memiliki daya hambat lebih besar daripada ekstrak daun sirsak murni. Hasi uji efektivitas antibakteri dianalisis dengan paired sample t-test memiliki signifikasi < 0,05 sehingga ada perbedaan antar kelompok.


Author(s):  
Maya Uzia Beandrade

<p>Jinten hitam (<em>Nigella sativa</em>) mengandung senyawa timokuinon yang berefek sebagai imunostimulan. Ekstrak jinten hitam dikembangkan menjadi SNEDDS (<em>Self-nanoemulsifying Drug Delivery System</em>) karena masalah kelarutan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik SNEDDS ekstrak jinten hitam yang meliputi viskositas, ukuran tetesan nanoemulsi, <em>extract loading</em>, dan stabilitas. Pengujian aktivitas imunostimulan SNEDDS meliputi rasio sel makrofag dan indeks fagositosis.</p><p>SNEDDS ekstrak jinten hitam dioptimasi dengan metode <em>Simplex Lattice Design</em> menggunakan <em>Design Expert 7.1.5., </em>selanjutnya SNEDDS optimal diuji ukuran tetesan nanoemulsi dan zeta potensial, viskositas, serta uji stabilitas. Uji aktivitas imunostimulan dilakukan dengan metode <em>biolatex assay</em> terhadap tikus <em>Sprague Dawley</em> sebanyak 5 tikus/kelompok selama 15 hari dengan pemberian satu kali sehari yaitu kontrol positif (ekstrak meniran 7,2 mg/tikus), kelompok perlakuan yaitu ekstrak jinten hitam dengan dosis 200 mg/kgBB serta SNEDDS ekstrak jinten hitam (200 mg/kgBB), kelompok plasebo berupa formula SNEDDS tanpa ekstrak jinten hitam, dan kontrol normal, selanjutnya dihitung rasio dan indeks fagositosis makrofag.</p>SNEDDS ekstrak jinten hitam optimal mengandung 15% minyak ikan hiu cucut botol, 67,344% surfaktan (10,102% croduret 50 ss dan 57,242% tween 80), 17,656% PEG 400 sebagai ko-surfaktan dengan hasil ukuran tetesan nanoemulsi 16,3 nm, PI sebesar 0,202, zeta potensial -43,5 mV, dan viskositas antara 234,69 – 255,71 cP. Hasil <em>extract loading</em> sistem SNEDDS mencapai 600 mg ekstrak/g sistem. SNEDDS stabil setelah penyimpanan selama 90 hari pada suhu kamar dan uji <em>freeze-thawing</em>. SNEDDS ekstrak jinten hitam dengan dosis 200 mg/kgBB dapat meningkatkan rasio sel makrofag dan indeks fagositosis dibandingkan dengan ekstrak jinten tanpa formulasi (P&lt;0,05).


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 34-42
Author(s):  
Sesilia Putri Nandita ◽  
Ilham Kuncahyo ◽  
Reslely Harjanti

Furosemide is a potent diuretic drug that has low bioavailability. Furosemide can be formulated into nanoemulsion preparations using the SNEDDS method to increase its bioavailability as SNEDDS can form stable nanoemulsions with droplet sizes 200 nm. This study aims to identify the optimum formula for variations in the concentration of surfactant Tween 80 and cosurfactant PEG 400 based on the characterization tests of emulsification time, percent transmittance, and drug loading. The independent variables used in this study were Tween 80 and PEG 400. Seven furosemide SNEDDS formulas from the Simplex Lattice Design (SLD) method were tested for characterization in the form of emulsification time, percent transmittance, and drug loading. The characterization results were optimized using Simplex Lattice Design. The optimum formula was re-characterized, including emulsification time, percent transmittance, drug loading, particle size, zeta potential, and in vitro dissolution. The results were then compared with theoretical values and analyzed using the One-Sample T-test method. Optimization results showed Tween of 61.4922% and PEG 400 of 18.5078% with the characterization of emulsification time 15.25 seconds, percentage transmittance 94.20%, drug loading 50 100.2 ppm, particle size 12.18 nm. Furthermore, the zeta potential was -17.6 mV, and the in vitro dissolution rate reached 106.71% within 15 minutes.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Uqwatul Alma Wizsa

A mixture experiment is a special case of response surface methodology in which the value of the components are proportions. In case there are constraints on the proportions, the experimental region can be not a simplex. The classical designs such as a simplex-lattice design or a simplex-centroid design, in some cases, cannot fit to the problem. In this case, optimal design come up as a solution. A D-optimal design is seeking a design in which minimizing the covariance of the model parameter.  Some model parameters are important and some of them are less important. As the priority of the parameters, the prior information of parameters is needed in advance. This brings to a Bayesian D-optimal design. This research was focus on a baking experiment in which consisted of three ingredients with lower bounds on the proportion of the ingredients. The assumption model was a quadratic model. Due to the priority of the model parameters, the Bayesian D-optimal design was used to solve the problem. A point-exchange algorithm was developed to find the optimal design. Nineteen candidates is used to choose twelve design points. It found that the potential term is feasible to the actual model and design points represent overall points in the design area.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document