JPSCR Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

87
(FIVE YEARS 54)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sebelas Maret

2503-331x

Author(s):  
Nurul Latifah ◽  
Tri Murti Andayani ◽  
Zullies Ikawati

<p>Infeksi daerah operasi (IDO) merupakan infeksi yang terjadi hingga 30 hari setelah operasi atau satu tahun setelah operasi pada pasien yang menerima implan dan mempengaruhi sayatan atau jaringan dalam di lokasi operasi. Sefalosporin golongan pertama yaitu cefazolin merupakan antibiotik pilihan sebagai proflaksis bedah karena merupakan antibiotik spektrum luas, memiliki profil farmakokinetik yang baik, angka kejadian efek samping yang kecil, serta harga relatif murah. Pada praktek klinis, ceftriaxone banyak digunakan karena merupakan antibiotik yang lebih murah dibanding cefazolin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan keamanan cefazolin dibandingkan dengan ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis pasien bedah ortopedi <em>Open Reduction Internal Fixation </em>(ORIF) fraktur tertutup. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan kohort retrospektif dari rekam medis pasien yang menjalani ORIF fraktur tertutup periode 1 Januari hingga 31 Desember 2020 di sebuah rumah sakit swasta tipe B di Yogyakarta. Luaran klinis yang diamati dalam penelitian ini adalah kejadian IDO dan kejadian efek samping selama 90 hari sejak pasien dilakukan prosedur bedah<em>. </em>Terdapat 59 pasien yang menjalani ORIF yang masuk kriteria inklusi pada penelitian ini yang terbagi mejadi dua kelompok yaitu pasien yang mendapat antibiotik profilaksis cefazolin (n=25) dan ceftriaxone (n=34). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian IDO pada pasien yang menjalani ORIF fraktur tertutup sebesar 5,08% dari total subjek atau 8,82% dari  yang diberikan ceftriaxone dan 0% dari pasien yang diberikan cefazolin. Perbedaan probabilitas kejadian IDO pada pemberian ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis tidak berbeda bermakna dengan pemberian cefazolin (RR = 1,097; 95% CI = 0,988 – 1,218; p = 0,064).</p>


Author(s):  
Nur Anna Chalimah Sa’dyah ◽  
Farroh Bintang Sabiti ◽  
Sandra Thertianing Susilo

<p>Diabetes Melitus ialah penyakit yang ditandai dengan nilai kadar HbA1c &gt;7%. Hampir 80% pasien Diabetes Mellitus Tipe II mengalami kematian. Kepatuhan dalam meminum obat merupakan peran penting bagi penderita penyakit Diabetes Melitus tipe II. Perlu adanya peningkatan kepatuhan dalam penggunaan obat sehingga keberhasilan dalam pengobatan tercapai serta nilai kadar indeks glikemik yang terkontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan indeks glikemik kontrol pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan rancangan <em>The one Group Pretest-Posttes</em> dilakukan secara cross sectional. Sampel sebanyak 96 pasien yang diberikan kuisioner kepatuhan ARMS diambil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Pengambilan data dilakukan pada periode Agustus-Oktober 2020 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini didapatkan hasil 0,000 yang dikatakan terdapat indeks glikemik kontrol HbA1c pada pasien Diabetes Melitus type II di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang menunjukan nilai <em>p 0</em><em>,000</em> <em>(p</em> &lt; 0,05) bahwa terdapat hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan Indeks glikemik kontrol kadar HbA1c.</p>


Author(s):  
Yeni Farida ◽  
Yumna Zulfa Salsabila ◽  
Alfiani Amsari ◽  
Rasmaya Niruri ◽  
Adi Yugatama ◽  
...  

<p>Hipertensi yang tidak terkendali dengan baik dapat meningkatkan terjadinya komplikasi, untuk itu diperlukan kepatuhan pasien dalam terapi hipertensi. Kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktornya adalah pengetahuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan terapi pasien hipertensi di Puskesmas Pucangsawit Surakarta. Studi <em>crosssectional</em> dilakukan pada populasi pasien hipertensi di Puskesmas Pucang Sawit Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel ditetapkan dengan kriteria pasien mendapatkan terapi hipertensi minimal 1 bulan, melakukan kunjungan kontrol ke Puskesmas di bulan Maret 2019, serta bersedia menjadi responden yang dibuktikan dengan <em>informed consent</em>. Pengetahuan dinilai dengan kuesioner yang disusun peneliti berdasarkan panduan <em>pharmaceutical care </em>untuk penyakit hipertensi, sedangkan kepatuhan dinilai dengan kuesioner <em>hill-bone</em>. Pengetahuan dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang, sedangkan kepatuhan dikategorikan menjadi patuh dan tidak patuh. Analisis variabel dilakukan dengan uji <em>Pearson correlation</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5,3% responden memiliki pengetahuan yang baik, 27,1% berpengetahuan cukup dan 17,6% berpengetahuan kurang. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan terapi hipertensi pada pasien di Puskesmas Pucang Sawit Surakarta, sedangkan arah korelasinya positif tetapi korelasi antara keduanya sangat lemah (p = 0,319; r = 0,109). </p>


Author(s):  
Indrawati Kurnia Setyani ◽  
Wahyono Wahyono ◽  
Teuku Nanda Saifullah Sulaiman

Standardisasi merupakan suatu upaya untuk menjaga kualitas bahan baku yang berasal dari tanaman. Standardisasi meliputi parameter spesifik dan non spesifik. Kubebin merupakan senyawa utama yang terkandung di dalam buah kemukus (<em>Piper cubeba </em>Lf.). Senyawa ini bisa digunakan sebagai marker untuk mengendalikan kualitas kemukus. Perbedaan tempat tumbuh memberi pengaruh terhadap variasi kadar kubebin. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan standardisasi dan membandingkan kadar kubebin dari tiga daerah yang berbeda yaitu Kulonprogo, Magelang, dan Wonosobo sebagai bahan baku untuk pembuatan sediaan kapsul jamu sesak nafas. Kemukus diekstrak dengan metode maserasi. Kadar kubebin merupakan parameter utama dalam pemilihan sumber bahan baku. Penetapan kadar kubebin dengan metode kromatografi lapis tipis-densitometri. Simplisia dengan kadar kubebin yang tertinggi selanjutnya dilakukan standardisasi. Standardisasi simplisia meliputi penetapan kadar air, kadar minyak atsiri, susut pengeringan, kadar abu, kadar abu tak larut asam, cemaran logam berat, residu pestisida dan aflatoksin total. Standardisasi mikrobiologi ekstrak meliputi angka kapang/ khamir, angka lempeng total, mikroba patogen (<em>E</em><em>scerichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp </em>dan<em> Shigella sp</em>). Perbedaan tempat tumbuh tidak berpengaruh terhadap kadar kubebin di dalam ekstrak tetapi berpengaruh terhadap randemen. Proses granulasi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap senyawa kubebin. Hasil standardisasi kemukus dari Wonosobo menunjukkan bahwa parameter non-spesifik untuk simplisia dan ekstrak memenuhi persyaratan bahan baku obat tradisional sesuai acuan standar <em>WHO Guidelines</em> dan Farmakope Herbal Indonesia.


Author(s):  
Suhrah Febrina Karim ◽  
Nurfiddin Farid ◽  
Hilmiati Wahid ◽  
Musdalifa Musdalifa

Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa telur cacing kedalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan manusia karena adanya pencemaran melalui tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anthelmintik ekstrak etanol daun kemangi (<em>Ocimum americanum </em>L.) terhadap cacing gelang <em>Ascaris lumbricoides</em> dan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (<em>Ocimum americanum </em>L.) yang efektif sebagai anthelmintik terhadap cacing gelang (<em>Ascaris lumbricoides).</em> Penelitian ini merupakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Daun Kemangi di lakukan ekstraksi dengan metode maserasi kemudian dilakukan skrining fitokimia. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok yaitu Kelompok 1 (ekstrak daun kemangi dosis 10%), Kelompok 2 (ekstrak daun kemangi dosis 20%), Kelompok 3 (ekstrak daun kemangi dosis 30%), Kelompok 4 Kontrol Positif (pirantel pamoat 5 mg/ml) dan Kelompok 5 Kontrol Negatif (NaCl 0,9%). Pengamatan dilakukan tiap 1 jam setelah perendaman sampai semua cacing mati. Hasil penelitian menunjukkan 100% kematian cacing yaitu ekstrak etanol daun kemangi Konsentrasi 10% pada jam ke 24, Konsentrasi 20% pada jam ke 16, dan Konsentrasi 30% pada jam ke 8, Kelompok kontrol positif pada jam ke 2, Kontrol negatif (larutan NaCl 0,9%) pada jam ke 76. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (<em>Ocimum americanum </em>L.) konsentrasi 30% memberikan efek anthelmintik terhadap cacing gelang (<em>Ascaris lumbricoides)</em> pada jam ke 8.


Author(s):  
Dhiya Ulhaq Salsabila ◽  
Syifa Athia Zainun Faqiha ◽  
Afivah Dewi Anggraeni ◽  
Muthi' Ikawati

<p>Kematian akibat kanker payudara sebagian besar disebabkan oleh metastasis. Kemoterapi sebagai agen terapi kanker payudara juga menimbulkan efek samping metastasis. Daun awar-awar (<em>Ficus septica</em> Burm. F.) mengandung senyawa golongan alkaloid fenantroindolisidin. Ekstrak daun awar-awar dan alkaloid fenantroindolisidinnya berefek sitotoksik pada sel kanker payudara dan sinergis terhadap agen kemoterapi. Artikel ini mengulas potensi daun awar-awar sebagai agen pendamping kemoterapi (ko-kemoterapi), khususnya melalui mekanisme antimetastasis. Aktivitas sitotoksik daun awar-awar pada sel kanker terjadi melalui peningkatan apoptosis dan modulasi siklus sel. Daun awar-awar menghambat metastasis sel kanker payudara dengan menurunkan ekspresi VEGF, MMP-9, dan Rac-1 yang terlibat dalam metastasis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa daun awar-awar berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen ko-kemoterapi antimetastasis untuk kanker payudara. </p>


Author(s):  
Adistyara Nur Faizah ◽  
Wisnu Kundarto ◽  
Heru Sasongko
Keyword(s):  

<p>Demam merupakan kondisi terjadinya kenaikan suhu tubuh di atas suhu normal. Demam terjadi sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Penelitian terdahulu, meniran dan sambung nyawa mengandung flavonoid dan secara ilmiah ekstrak tunggal kedua tanaman tersebut memiliki aktivitas antipiretik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antipiretik kombinasi ekstrak etanol herba meniran dan daun sambung nyawa pada mencit yang diinduksi ragi dan untuk membandingkan dengan ekstrak tunggalnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Pengujian antipiretik pada penelitian ini mencit diinduksi ragi dengan dosis 20 mL/kgBB secara subkutan dan diukur suhu badan melalui rektal. Kelompok uji dibagi menjadi 8 kelompok yaitu kelompok kontrol positif (Parasetamol 1,3 mg/20 gram BB mencit), kontrol normal, kontrol negatif (CMC-Na), ekstrak daun sambung nyawa (EDS) mengandung 10 mg/kgBB mencit kuersetin (100%), ekstrak herba meniran (EHM) mengandung 10 mg/kgBB mencit kuersetin (100%); EDS 75% : EHM 25%; EDS 50% : EHM 50%; dan EDS 25% : EHM 75% yang diinjeksikan secara intraperitoneal pada mencit. Pengukuran suhu dilakukan dengan interval waktu 30 menit selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai AUC semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan (p≤0,05) dengan kontrol negatif, yang artinya ekstrak tunggal maupun ekstrak kombinasi herba meniran dan daun sambung nyawa memiliki aktivitas antipiretik. Ekstrak kombinasi herba meniran dan daun sambung nyawa tidak lebih baik dalam menurunkan demam dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya. Dosis tunggal ekstrak daun sambung nyawa memiliki aktivitas antipiretik yang paling baik karena memiliki nilai AUC yang paling kecil (10.549,50).</p>


Author(s):  
Rr Asih Juanita ◽  
Herleeyana Meriyani ◽  
Dwi Arymbhi Sanjaya ◽  
Nyoman Budiartha Siada ◽  
Putu Sukma Purnamasari

COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. COVID-19 dengan kehamilan sangat meningkatkan risiko Tromboemboli Vena (TEV), sehingga diperlukan terapi antikoagulan. Heparin jenis low molecular weight heparin atau LMWH dipilih untuk kehamilan dan menyusui. Tujuan dari penelitian ini yaitu memuat informasi mengenai pemberian profilaksis TEV berupa LMWH pada ibu hamil dengan COVID-19. Metode yang digunakan adalah studi kajian pustaka yang mengumpulkan dan menelaah informasi dari beberapa jurnal atau pedoman terkait dosis pemberian, efek samping, dan rekomendasi pemberian LMWH pada pasien COVID-19 dengan kehamilan oleh badan kesehatan dunia. Hasil kajian yang telah dilakukan, dosis LMWH sebagai profilaksis TEV adalah 4000 IU (40 mg) melalui subkutan sekali sehari. Efek samping penggunaan LMWH memiliki efek yang tidak diinginkan, diantaranya trombositopenia, hipersensitivitas pada kulit, nekrosis pada kulit, pendarahan, osteoporosis dan fraktur. Dalam penggunaannya untuk ibu hamil dengan resiko TEV akibat COVID-19, LMWH memberikan manfaat yang lebih besar. LMWH berperan penting dalam terapi antikoagulan yang dibutuhkan dalam pengobatan modern. Penggunaan LMWH pada pasien COVID-19 dengan kehamilan, harus mempertimbangkan rasio manfaat dan efek samping agar tidak membahayakan kondisi ibu dan janin.


Author(s):  
Yuli Wahyu Tri Mulyani ◽  
Siti Nurjanah ◽  
Samsuar Samsuar ◽  
Laila Susanti

<p class="Judul1"><span lang="EN-US">Pediculosis is a disease caused by infestation of head lice (<em>Pediculus humanus capitis</em>) which is a blood-sucking obligate ectoparasite. The essential oil of durian fruit peel has active compounds that have the potential as vegetable pediculosides that can kill head lice. This study aimed to find the best concentration <span>of </span>essential oil from durian fruit peels that can kill head lice. The research design used with an essential oil concentration of 100%, 75%, 50%, 25%, distilled water as negative control and permethrin 1% as positive control, three repetitions and each concentration consisting of 10 flea tails. The parameters observed were the condition of lice morphologically based on the activity of limb movement, antenna movement and digestion, then the calculation of mortality was observed based on the time of the test. The results showed that the concentration of durian peel essential oil as an antipediculosis had a significant effect on the time of death of head lice, limb movement and digestion. The test result showed that the concentration is 100%, has a death time of 12 minutes <span>32 </span>seconds, 75% concentration was 16 minutes 28 seconds, 50% concentration was 21 minutes 11 seconds, 25% concentration was 32 minutes 23 seconds, negative control was 61 minutes 15 seconds. The fastest time of death in positive control for chemical pediculosides was 10 minutes 15 seconds. The conclusion in this study was that essential oils the dominan one is 1,5-naphthyridin-2-amine were proven to kill head lice and the best concentration was close to positive control, namely at a concentration of 100%.</span></p>


Author(s):  
Ilham Kuncahyo ◽  
Juniar Kalpika Resmi ◽  
M Muchalal
Keyword(s):  

Naringenin merupakan flavonoid isolat kulit buah jeruk yang mempunyai kelarutan yang rendah. Potensi naringenin dalam terapi dermatitis atopik pada sistem penghantaran transfersom dapat meningkatkan kemampuan naringenin dalam berpenetrasi ke dalam kulit sehingga mampu mengefektifkan proses penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbandingan molar fosfatidilkolin sebagai pembentuk vesikel dan Tween 80 yang berfungsi sebagai surfaktan terhadap karakteristik transfersom naringenin dan mengetahui permeasi narigenin terinkorporasi dalam trasfersom berbasis hidrogel. Formula dibuat menjadi 4 untuk diaplikasikan pada proses pembuatan transfersom naringenin dengan variasi perbandingan molar fosfatidilkolin dan Tween 80 yaitu 97,5:2,5 (FI), 90:10 (FII), 85:15 (FIII), dan 80:20 (FIV) menggunakan teknik <em>evaporation-ultrasonication</em>. Hasil transfersom naringenin masing-masing formula dilakukan karakterisasi terhadap ukuran partikel, indeks polidispersi, dan efisiensi penjerapan. Formula transfersom terpilih diformulasikan dalam sediaan gel dan dilakukan uji permease menggunakan membran selofan (WMCO 8 kDa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah surfaktan akan menurunkan ukuran partikel dan peningkatan jumlah fosfatidilkolin akan meningkatkan jumlah obat yang terjerap. Formula dengan perbandingan Phospholipon 90G: Tween 80 (85:15, F3) merupakan formula terpilih dengan ukuran dan indeks polidispersi partikel masing-masing 115,6 nm dan 0,274 serta efisiensi penjerapan sebesar 88,63 ± 0,59%. Sediaan gel naringenin transfersom memberikan nilai jumlah kumulatif dan laju penetrasi yang besar dibandingkan gel naringenin tanpa transfersom.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document