Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove Di Pesisir Pantai Kepulauan Karimunjawa

2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 176-186
Author(s):  
Faradis Ulyah ◽  
Endah Dwi Hastuti ◽  
Ema Prihastanti

Mangrove merupakan tumbuhan yang berada di wilayah intertidal pesisir laut. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis struktur vegetasi mangrove (frekuensi, kerapatan, dominan) dan karakteristik habitatnya (kualitas lingkungan) di kawasan pesisir pantai kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada Desember 2019 di 3 stasiun dengan metode plot bertingkat, masing-masing stasiun dibuat 3 transek yang berukuran 10m x 10m (pohon), 5m x 5m (pancang), dan 2m x 2m (semai). Hasil penelitian ditemukan 7 jenis mangrove yaitu Rhizophora stylosa, Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, dan Ceriops decandra. Indeks nilai penting tumbuhan mangrove pada strata pohon, pancang, dan semai paling tinggi adalah Rhizopora stylosa (244,77%), (163,03%), dan (157,96%).  Nilai kerapatan Rhizopora stylosa tingkat pohon, tingkat pancang dan semai yaitu (2.500-10.100 ind/ha), (10.400-48.400 ind/ha), dan (97.500-280.000 ind/ha). Kondisi lingkungan di sekitar kawasan mangrove yaitu rata-rata suhu (28,75%), pasir (10,75%), lanau (51,46%/), lempung (37,79%), salinitas (26,60%), pH (7,26), DO (3,28 mg/L), N total tanah (0,24%), P total tanah (120,49 ppm), C Organik tanah (2,10%), N total air (0,28%), P total air (0,27 mg/L), C Organik air (1,56 mg/L).ABSTRACTMangroves are a plant that are found in the intertidal area of marine coastal environments. The study aim to analyze structure of mangrove vegetation (frequency, density, and dominance) and the mangrove habitat (environmental condition) in Coastal Coast Karimunjawa Island. The research was conducted in December 2019 at the three stations using the stratified plot method, and one stations divided three observation transects sized 10m x 10m (trees), 5m x 5m (saplings), and 2m x 2m (seedlings). The result of the study found seven mangroves species were Rhizophora stylosa, Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, and Ceriops decandra. The highest value index of mangroves for trees, saplings and seedlings is the highest Rhizopora stylosa (244,77%), (163,03%), and (157,96%). Density value Rhizopora stylosa in tree level, saplings, and seedlings were (2.500-10.100 ind/ha), (10.400-48.400 ind/ha), dan (97.500-280.000 ind/ha). The environmental conditions around the mangrove area are average temperature (28,75%), sand (10,75%), silt (51,46%/), clay (37,79%), salinity (26,60%), pH (7,26), Dissolved Oxygen (3,28 mg/L), N total land (0,24%), P total land (120,49 ppm), C Organic land (2,10%), N total water (0,28%), P total water (0,27 mg/L), C Organic water (1,56 mg/L).

2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Analuddin Analuddin ◽  
Andi Septiana ◽  
Wa Ode Harlis

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menentukan senyawa antioksidan teh hijau dan menjelaskan efektifitas teh hijau daun mangrove sebagai anticholesterol pada mencit. Senyawa kimia bahan antioksidaan teh hijau pada daun mangrove Bruguiera gymnorrhiza, B. parviflora, Rhizophora stylosa, R. mucronata, Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal dan C. decandra dianalisis dengan GCMS, sedangkan khasiat teh hijau daun mangroves sebagai antikolesterol di ujikan pada mencit. Hasil penelitian menunjukan bahwa senyawa bahan teh hijau bervariasi diantara daun mangrove yaitu polifenol sederhana ditemukan pada daun semua jenis mangrove yang menjadi sampel penelitian dengan konsentrasi yang bervariasi. Senyawa katekin hanya ditemukan pada daun mangrove Ceriops decandra, L. racemosa, R. mucronata dan R. apiculata. Di sisi lain, flavonoid terdeteksi hanya pada daun C. tagal, B. gymnorrhiza dan R. stylosa, sedangkan senyawa T-flavin hanya ditemukan pada daun B. parviflora. Teh hijau daun mangrove mampu menurunkan kadar kolesterol mencit dengan kisaran 33,33 sampai 53,67% mengindikasikan besarnya potensi daun mangrove sebagai bahan  teh hijau antikolesterol.Kata kunci: bahan teh hijau, polifenol sederhana, katekin, flavonoid, antikolesterol, daun mangroveABSTRACTThis study aimed to determine the antioxidant properties of green tea material in mangrove leaves and elucidate their capacity on reducing the cholesterol of mice. The chemical properties in  leaves of Bruguiera gymnorrhiza, B. parviflora, Rhizophora stylosa, R. mucronata, Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal and C. decandra were analyzed by GCMS, while their capability as anticholesterol of mice were examined. The results showed that simple polyphenols were found in all sampled mangrove leaves with different concentration, while the chatechine was found only in leaves of four mangroves including Ceriops decandra, L. racemosa, R. mucronata and R. apiculata. On the other hand, flavonoids was detected only in leaves of C. tagal,  B. gymnorrhiza and R. stylosa. Meanwhile, T-flavine was detected only in leaves of B. parviflora. However, green tea material for all of sampled mangroves showed high capacity to reduce cholesterol of mice that ranging from 33.33% to 53.67%, which indicated high potentitiality of mangroves leaves as green tea material of anticholesterol.Keywords: Green tea material, simple polyphenol, cathechin, flavonoid, anticholesterol, Mangroves leaves


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Ariesia Ayuning Gemaputri

Kawasan hutan mangrove di Jawa Timur terdapat di sepanjang pantai utara mulai Kabupaten Tuban sampai dengan Kabupaten Situbondo seluas sekitar 19.916 hektar (Perum Perhutani, 1994). Keberadaan hutan mangrove tersebut kini semakin memprihatinkan, dimana penyusutan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo mencapai 580 hektar pada tahun 2001 (Kompas, 2001), dan 229,5 hektar di Kabupaten Situbondo (Pemerintah Kabupaten Situbondo, 2005). Dengan laju penurunan hutan mangrove yang demikian cepat, maka diperkirakan hutan mangrove akan lenyap pada tahun 2010 (Ramono, 2003). Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan sampai saat ini hanya terbatas pada penanaman pohon-pohon mangrove yang rusak karena penebangan, padahal keberhasilan upaya rehabilitasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, jenis mangrove, dan tata cara penanaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) lokasi di pantai utara Jawa Timur bagian timur menunjukkan bahwa, tanah-tanah didominasi oleh fraksi pasir (13,80-94,92 %), pH asam (8,06-8,94), tingkat salinitas tinggi (0,2302-2,4843 %), kapasitas tukar kation rendah (7,8837-27,2901 me/100g), dan kandungan bahan organik rendah (0,1851-2,4675 %). Sehingga jenis mangrove yang dapat direkomendasikan untuk ditanam di Kabupaten Probolinggo pada zona paling dekat dengan darat (belakang) adalah Ceriops decandra, dan Ceriops tagal, pada zona tengah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus mollucensis, pada zona paling dekat dengan laut (depan) adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 305-318
Author(s):  
Aswin ◽  
Ario Damar ◽  
Gatot Yulianto

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga keberadaannya dapat memperkaya kawasan pesisir dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan luasan dan sebaran ekosistem mangrove dalam kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2020 dan untuk mengetahui kondisi vegetasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2020 di Pulau Tanakeke. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Analisis perubahan luasan ekosistem mangrove dari tahun 2000 sampai 2020 menggunakan metode supervised classification dengan analisis maximum likelihood, sedangkan kondisi vegetasi ekosistem mangrove menggunakan metode analisis indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke dari tahun 2000 sampai 2020 mengalami degradasi seluas -337,41 ha (28,32% dari luas tahun 2000). Pada lokasi penelitian ditemukan 9 jenis mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Phemphis acidula, Lumnitzera racemosa dan Ceriops decandra. Mangrove jenis Rhizophora mucronata memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 192,55%, sementara untuk keanekaragaman jenis secara umum tergolong rendah.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


Jurnal Biota ◽  
2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 19-23
Author(s):  
Andi Nur Samsi ◽  
Sharifuddin Bin Andy Omar ◽  
Andi Niartiningsih

The mangrove ecosystem has different density levels per location. It can be influenced by environmental factors or because of human assistance. This research was conducted in Tongke-tongke Village, Sinjai Regency and Pannikiang Island, Barru District. Observations were conducted on three groups, namely groups of trees, stakes, and seedlings. Tree group used plot size 10 m x 10 m, stakes group used plot size 5m x 5m, and the group of seedlings used plot size 1 m x 1m. The result of tree group density will be compared with the standard criteria of mangrove damage of the Minister of Environment to know the criteria and the level of density. The mangrove ecosystem in Tongke-tongke village is overgrown by Rhizophora mucronata and Avicennia sp. and is dominated by R. mucronata with very dense density. In the tree group, R. mucronata has a density of 8020 Ind Ha-1. The mangrove ecosystem in Pannikiang Island is overgrown with Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Aegiceras floridum, Ceriops tagal, Avicennia sp., Excoearia agallocha, and Lumnitzera racemosa and has a rare and moderate density. In the tree group, the highest density in C. tagal with a density of 1270 Ind Ha-1 and indicated moderate density. Competition is always there in the ecosystem. The species of this ecosystem is fighting for space and nutrients. Therefore, competition can determine the density of plants in it.


1997 ◽  
Vol 48 (7) ◽  
pp. 601 ◽  
Author(s):  
N. Saintilan

Above- and below-ground biomass of five species of mangroves was estimated for the Mary River, south-eastern Queensland. Below-ground : above-ground biomass ratios of species in the upstream reaches (Avicennia marina, Aegiceras corniculatum and Excoecaria agallocha) averaged <0.5, and those of species in the saline conditions of the mouth (Avicennia marina, Rhizophora stylosa) ranged between 0.9 and 1.5. Within the estuary mouth, above-ground biomass of Avicennia marina and Ceriops tagal decreased between frontal saline and upper-intertidal hypersaline environments, and this was reflected in the below-ground : above-ground biomass ratios, which increased to approximately 3.5 for both species.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Pande Komang Egar Prihandana ◽  
I Dewa Nyoman Nurweda Putra ◽  
Gede Surya Indrawan

Karang Sewu Beach is one of the areas in the West Bali National Park (TNBB) which has a natural mangrove ecosystem. One of parameters affecting mangrove growth is substrate. This research aims to determine the vegetation structure, substrate characteristics, and different vegetation groups of mangroves based on its substrate characteristics in Karang Sewu Beach. This study collected the data on vegetation structure using a plotted line method with 2x2, 5x5, 10x10 and 20x20 meters transects. Substrate texture was analyzed using a pipette method while total organic material was analyzed using the Loss on Ignition (LOI) method. Mangrove vegetation was categorized based on substrate characteristics using the descriptive quantitative method. Results showed there were nine species of mangrove found in Karang Sewu Beach, namely Ceriops tagal, Sonneratia alba, S. caseolaris, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R. lamarckii, Lumnitzera racemosa, and Avicennia marina. INP in the first station was dominated by R. apiculata for tree levels (152,88 %), pole (174,24 %), sapling (139,04 %), and seedling (111,48 %). R. lamarckii dominated the second station with a tree level value of 226,94 % while C. tagal dominated for pole level (220,82 %), sapling (243,65 %), and seedling (182,94 %). INP in the third stasion was dominated by C. tagal for pole level (103,68 %), sapling (98,77 %) and seedling (95,51 %). Mangrove substrate in Karang Sewu Beach was characterized as having a sand like texture, dusty loam, sandy loam, loamy sand, and sandy clay with moderate organic matter (2.44 %) to low (0.79 %). Mangrove vegetation grouping based on substrate characteristics in Karang Sewu Beach was different in general. A. marina is found in the middle zone, where this species is usually found in the front zone.  


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 01
Author(s):  
Andriani Rafael

 Abstrak Penelitian ini adalah dari melaksanakan Februari hingga April 2017. menyalak dari tujuh spesies bakau yaitu ,. Ceriops decandra (Griff.) Ding Hou;  Ceriops tagal ( Perr.) CB Rob .; dan Bruguiera cylindrica ; Bruguiera gymnorrhiza (kiri) Lam; Rhizophora stylosa Griff .; Rhizophora mucronata Lam .; dan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Analisis fitokimia dan profil KLT dari ekstrak kasar kulit kayu yang dibandingkan. Analisis kualitatif menunjukkan bahwa Gonggongan Ceriops decandra (Griff.) Ding Hou, Ceriops tagal ( Perr.) CB Rob.,Bruguiera cylindrica, Bru guiera gymnorrhiza ( Kiri ) Lam, Rhizophora stylosa Griff. , Rhizophora mucronata Lam ., Dan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. memiliki beberapa metabolit sekunder yang penting, yaitu senyawa Fenol, Tanin, dan Flavonoid. Flavonoid hanya ada di Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Profil KLT menunjukkan bahwa dibandingkan DENGAN Nilai R f standar , Terdapat doa Titik hati kromatogram Ekstrak kasar  Rhizophora stylosa Griff. sama dengan nilai standar (nilai RfFlavonoid-glikosida turun antara = 0,18; 0,26; 0,30) menunjukkan bahwa Rhizophora stylosa Griff mungkin mengandung Flavonoid-glikosida dan asam fenolat ( nilai R f asam fenolat, 0,63-0, 84). Sedangkan Avicennia marina (Forsk.) Vierh mungkin mengandung asam fenolat. Namun, masih ada senyawa yang belum diketahui yang perlu diidentifikasi dalam penelitian lebih lanjut. Kata kunci: mangrove, fitokimia, Kromatografi Lapis Tipis 


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 15-22
Author(s):  
Rico Febriansyah ◽  
Fitri Agustriani ◽  
Andi Agussalim

Hutan mangrove di Solok Buntu Taman Nasional Sembilang telah mengalami kerusakan akibat aktifitas manusia seperti penebangan hutan untuk aktifitas tambak, kayu bakar, dan pengambilan kayu untuk kontruksi rumah masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis vegetasi dan pemanfaatan mangrove oleh masyarakat di Solok Buntu. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2015. Metode yang digunakan adalah metode transek kuadrat dimana ukuran plot pohon 10 x 10 meter, anakan 5 x 5 meter dan semai 2 x 2 meter. pengambilan data vegetasi mangrove dibagi menjadi dua  cara yaitu transek tegak lurus sungai dan transek sejajar sungai. Hasil yang diperoleh ditemukan 7 jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, Xylocarpus granatum dan Nypa fruticans. Vegetasi mangrove yang terdapat disepanjang Sungai Solok Buntu Taman Nasional Sembilang yaitu Rhizophora apiculata dengan INP tertinggi sebesar 182,98% pada tingkat pohon sedangkan pada tingkat anakan Rhizophora apiculata dan Excoecaria agallocha memiliki INP tertinggi sebesar 300% dan pada tingkat semai Rhizophora apiculata memiliki nilai tertinggi sebesar 200%. Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat di Solok Buntu banyak dimanfaatkan sebagai tempat mencari ikan, udang, kepiting. Jenis mangrove yang banyak dimanfaatkan adalah Avicennia sp karena jenis ini banyak tumbuh disekitar tempat tinggal masyarakat sehingga mudah untuk diambil.   Analysis Of Mangrove Vegetation And Utilization By Communities In Solok Buntu National Park, Banyuasin Regency, South Sumatera Province   The mangrove forests in Solok Buntu Sembilang National Park have suffered damage as a result of human activities such as deforestation for aquacultur, firewood and horsing construction. The purpose of this study was to analyze the mangrove vegetation in Solok Buntu and its utilization. The experiment was conducted in December 2015. The method used is the square of the transect method in which a plot size of 10 x 10 meter tree, 5 x 5 meter saplings and seedlings, 2 x 2 meters. Mangrove vegetation data collection is divided into two ways ie perpendicular transects and river transects parallel to the river. There are 7 mangrove species Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, Xylocarpus granatum and Nypa fruticans found in the location. Mangrove vegetation found along the Sungai Solok Buntu Sembilang National Park is Rhizophora apiculata with the highest INP at  tree level  is 182.98%, while at the seedling level Rhizophora apiculata and Excoecaria agallocha has the highest INP 300% and for seedlings of Rhizophora apiculata had the highest value 200%. Utilization of mangrove communities in Solok Buntu used by the public to catch fishes, shrimps, and crabs. Species of mangrove that often used are Avicennia sp because this species are widely grown in the community area.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Syahrul Muharamsyah ◽  
M Sofwan Anwari ◽  
Hafiz Ardian

Mangrove forests are unique ecosystems that have ecological, biological and socio-economic functions. The function of mangrove forests on the environment is very important especially in the coastal and oceanic regions. Mangrove forests providers of wood, leaves as raw material for medicines, and natural dye. This study aims to inventory the diversity of species of mangrove vegetation in Mendalok Village, Sungai Kunyit Subdistrict, Mempawah Regency. The benefits of this study are to provide the data on mangrove forest vegetation as basic data for local government and related agencies in efforts to protect and preserve mangrove forests in Mendalok Village, Sungai Kunyit Subdistrict, Mempawah Regency. Inventory the tree in mangrove forest used a line with measured 200 meters. There are 6 lines and the distance between the lines as far as 100 meters. The lines of observation are placed by purposive sampling. The results of research found 11 types of species and consisted of 6 genera. The genera are Avicennia, Bruguiera, Ceriops, Rhizophora, Soneratia and Xylocarpus. The species found were Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia caseolaris, Xylocarpus mollucensis. Diversity of mangrove species in Mendalok Village, Sungai Kunyit Subdistrict, Mempawah Regency was high and should be maintained for conservation and ecotourism area. Keywords : conservation, ecotourism, mangrove, Mendalok Village


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document