scholarly journals STATUS HIDRASI SETELAH TES KETAHANAN FISIK MAHASISWA JURUSAN TARI USIA 19 – 22 TAHUN (STUDI KASUS DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG)

2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 180-188
Author(s):  
Anjarsari Retno Utami ◽  
Nurmasari Widyastuti

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat . Penari harus mempunyai ketahanan fisik yang baik untuk menunjang performa dalam menari dan mengurangi kejadian cedera tari  Pada saat melakukan latihan tubuh membutuhkan cairan yang lebih banyak sebagai akibat dari pengeluaran cairan yang berlebihan melalui keringat dan pernafasan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup jika kekurangan akan berpotensi mengalami dehidrasi. Dehidrasi dapat mempengaruhi kelelahan pada penari.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan status hidrasi setelah tes ketahanan fisik pada mahasisiwi jurusan tariMetode : Peneliti menggunakan deskriptif analitis yang melibatkan 53 mahasiswi jurusan tari (usia 19-22 tahun) di Universitas Negeri Semarang. Subjek dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek, konsumsi cairan, tes ketahanan fisik, data aktifitas fisik, status hidrasi setelah tes harvard. Konsumsi cairan diukur dengan menggunakan food recall, data aktivitas fisik didapatkan melalui formulir International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), tes ketahanan fisik diukur dengan nilai VO2max dan status hidrasi setelah tes harvard diketahui dengan pemeriksaan berat jenis urin. Hasil : Rerata konsumsi cairan pada sebelum, selama dan sesudah melakukan test harvard (4.2827±208.17 ml, 3.4454±157.1ml, dan 3.817±188.00 ml) masih kurang dari kebutuhan (400-2000 ml). Semua subjek mengalami dehidrasi, yang terdiri dari 56,6% mengalami minimal dehydration dan 43,4% mengalami significant dehydration. Subjek mempunyai nilai VO2max yang rendah (62.3%), dan baik (9.4%).Simpulan  Sebagian mahasisiwi jurusan tari mengalami dehidrasi dan mempunyai nilai vo2max yang rendah

2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Ajeng Putri Rahmandita ◽  
Merryana Adriani

Background: Central obesity cases in Indonesia gradually increase time to time. Central obesity is a situation when there is excess fat in abdomen. It can be triggered by over consumption of high calories food, less consumption of fiber, and lack of physical activities. Objective: This study aimed to analyze the differences of intake level and physical activity on women (20-54 years) with central and non central obesity. Methods: This study was an observational analytic comparative using cross sectional design, 58 women (29 women with central obesity and 29 women with non-central obesity) 20-54 years were selected using simple random sampling technique. Data were collected by measuring weight, height, abdominal circumference, 2x24 hours recall for intake level, and interview using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Results: the results showed that there was differences in intake level of energy (p=0.000), intake level of carbohydrate (p=0.001), intake level of protein (0.000), intake level of fat (p=0.000), and physical activity (0.041) between women with central obesity and non central. Meanwhile, there was no difference in intake level of fiber (p=0.076) between women with central and non central obesity. Conclusion: Women with central obesity had higher intake of energy, carbohydrate, protein, and fat compared to women with non central obesity. Meanwhile, fiber intake and physical activity were low in women with central obesity. So, women with central obesity were needed to improve energy, carbohydrate, protein, and fat intake as recommended in the AKG and increased physical activity at least three times a week to reduce abdominal fat.ABSTRAKLatar Belakang: Kejadian obesitas sentral di Indonesia terus mengalami peningkatan. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak pada daerah perut. Gaya hidup seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak, rendahnya konsumsi serat, dan rendahnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas sentral.Tujuan: tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik pada wanita (20-54 tahun) obesitas sentral dan non sentral.Metode: penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik komparasi menggunakan desain penelitian cross sectional pada 58 wanita (29 obesitas sentral dan 29 obesitas non sentral) berusia 20-54 tahun dan dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data terdiri dari pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, recall 2x24 jam untuk mengetahui tingkat konsumsi, dan wawancara dengan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi (p=0,000), tingkat konsumsi karbohidrat (p=0,001), tingkat konsumsi protein (p=0,000), tingkat konsumsi lemak (p=0,000), dan aktivitas fisik (p=0,041) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Akan tetapi, tidak ada Xperbedaan tingkat konsumsi serat (p=0,076) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Kesimpulan: wanita obesitas sentral memiliki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan wanita obesitas non sentral. Namun, asupan serat dan aktivitas fisik masih rendah pada wanita obesitas sentral. Dengan demikian maka wanita obesitas sentral diharapkan dapat memperbaiki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sesuai anjuran pada AKG dan meningkatkan aktivitas fisik minimal tiga kali seminggu untuk mencegah penumpukan lemak dalam perut.


2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Ajeng Putri Rahmandita ◽  
Merryana Adriani

Background: Central obesity cases in Indonesia gradually increase time to time. Central obesity is a situation when there is excess fat in abdomen. It can be triggered by over consumption of high calories food, less consumption of fiber, and lack of physical activities. Objective: This study aimed to analyze the differences of intake level and physical activity on women (20-54 years) with central and non central obesity. Methods: This study was an observational analytic comparative using cross sectional design, 58 women (29 women with central obesity and 29 women with non-central obesity) 20-54 years were selected using simple random sampling technique. Data were collected by measuring weight, height, abdominal circumference, 2x24 hours recall for intake level, and interview using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Results: the results showed that there was differences in intake level of energy (p=0.000), intake level of carbohydrate (p=0.001), intake level of protein (0.000), intake level of fat (p=0.000), and physical activity (0.041) between women with central obesity and non central. Meanwhile, there was no difference in intake level of fiber (p=0.076) between women with central and non central obesity. Conclusion: Women with central obesity had higher intake of energy, carbohydrate, protein, and fat compared to women with non central obesity. Meanwhile, fiber intake and physical activity were low in women with central obesity. So, women with central obesity were needed to improve energy, carbohydrate, protein, and fat intake as recommended in the AKG and increased physical activity at least three times a week to reduce abdominal fat.ABSTRAKLatar Belakang: Kejadian obesitas sentral di Indonesia terus mengalami peningkatan. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak pada daerah perut. Gaya hidup seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak, rendahnya konsumsi serat, dan rendahnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas sentral.Tujuan: tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik pada wanita (20-54 tahun) obesitas sentral dan non sentral.Metode: penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik komparasi menggunakan desain penelitian cross sectional pada 58 wanita (29 obesitas sentral dan 29 obesitas non sentral) berusia 20-54 tahun dan dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data terdiri dari pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, recall 2x24 jam untuk mengetahui tingkat konsumsi, dan wawancara dengan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi (p=0,000), tingkat konsumsi karbohidrat (p=0,001), tingkat konsumsi protein (p=0,000), tingkat konsumsi lemak (p=0,000), dan aktivitas fisik (p=0,041) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Akan tetapi, tidak ada Xperbedaan tingkat konsumsi serat (p=0,076) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Kesimpulan: wanita obesitas sentral memiliki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan wanita obesitas non sentral. Namun, asupan serat dan aktivitas fisik masih rendah pada wanita obesitas sentral. Dengan demikian maka wanita obesitas sentral diharapkan dapat memperbaiki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sesuai anjuran pada AKG dan meningkatkan aktivitas fisik minimal tiga kali seminggu untuk mencegah penumpukan lemak dalam perut.


2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 447-457
Author(s):  
Ulfah Puspita Dewi ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang : Kualitas diet rendah dikaitkan dengan konsumsi makanan berdensitas energi tinggi yang secara langsung berkontribusi dalam peningkatan asupan energi total dan berakibat pada peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara densitas energi dan kualitas diet dengan IMT (Indek Massa Tubuh) pada remaja. Metode : Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, bertempat di SMA N 9 Semarang dengan jumlah sampel 71 remaja usia 16-18 tahun yang dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi identitas sampel, Indeks Massa Tubuh (IMT), densitas energi, kualitas diet, dan aktisfitas fisik. IMT diperoleh dari perhitungan Z-score berdasarkan BMI/U, densitas energi  menggunakan recall 3x24 jam, kualitas diet menggunakan formulir DQI-I (Diet Quality indexs International), dan aktifitas fisik menggunakan kuisioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire). Data dianalisis dengan uji rank spearman. Hasil : Konsumsi makanan berdensitas energi tinggi lebih banyak pada perempuan (32,4%) dibandingkan laki-laki (5,9%). Kualitas diet pada laki-laki 8,8% tergolong tinggi sedangkan pada perempuan 100% tergolong rendah. Gizi lebih (obesitas dan overweight) pada remaja sebesar 35,2% dan secara umum lebih tinggi pada perempuan 37,8% dibandingkan laki-laki 32,3%. Ada hubungan signifikan antara kualitas diet dengan densitas energi (r = -0,502; p=0,000). Ada hubungan signifikan antara densitas energi dengan IMT (r = 0,569; p=0,000). Namun, tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan IMT (r = -0,194; p=0,106). Simpulan : Remaja yang mengkonsumsi lebih banyak makanan berdensitas energi rendah (buah dan sayur) kualitas dietnya lebih baik dan IMT nya lebih rendah daripada remaja yang mengkonsumsi makanan berdensitas energi tinggi (sumber lemak). Kualitas diet rendah berhubungan dengan tingginya konsumsi makanan berdensitas energi tinggi yang dapat berdampak pada peningkatan IMT.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 169-180
Author(s):  
Juandita Widowianti Permono ◽  
Chandradewi Kusristanti

Taruna sebagai siswa pada Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) dihadapkan pada berbagai macam tuntutan, baik akademik maupun non-akademik, yang dapat memicu stres. Salah satu respons yang dihasilkan oleh stres yaitu respons emosional. Respons emosi dari stres tersebut perlu ditangani agar tidak memberikan efek yang lebih besar kepada para taruna. Oleh karena itu, para taruna perlu meregulasi emosinya. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan taruna terkait upaya regulasi emosi dan juga yang menjadi karakteristik dari PTK yaitu aktivitas fisik berupa olahraga wajib. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara olahraga dengan regulasi emosi pada taruna PTK. Sampel penelitian berjumlah 270 orang taruna yang dipilih dengan menggunakan teknik sampling (stratified random sampling). Penelitian ini menggunakan alat ukur adaptasi dari International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Emotion Regulation Questionnaire. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara olahraga dengan regulasi emosi reappraisal (r = .109, p = .074) maupun supresi (r = .031, p = .612).


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Anandita Mega Kumala ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 169
Author(s):  
Juandita Widowianti Permono ◽  
Chandradewi Kusristanti

<div class="WordSection1"><p>Taruna sebagai siswa pada Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) dihadapkan pada<strong> </strong>berbagai macam tuntutan, baik akademik maupun non-akademik, yang dapat memicu stres. Salah satu respons yang dihasilkan oleh stres yaitu respons emosional. Respons emosi dari stres tersebut perlu ditangani agar tidak memberikan efek yang lebih besar kepada para taruna. Oleh karena itu, para taruna perlu meregulasi emosinya. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan taruna terkait upaya regulasi emosi dan juga yang menjadi karakteristik dari PTK yaitu aktivitas fisik berupa olahraga wajib. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara olahraga dengan regulasi emosi pada taruna PTK. Sampel penelitian berjumlah 270 orang taruna yang dipilih dengan menggunakan teknik sampling (<em>stratified random sampling</em>). Penelitian ini menggunakan alat ukur adaptasi dari <em>International Physical Activity Questionnaire</em> (IPAQ) dan <em>Emotion</em> <em>Regulation Questionnaire</em>. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara olahraga dengan regulasi emosi <em>reappraisal</em> (<em>r</em> = .109, <em>p =</em> .074) maupun supresi (<em>r</em> = .031, <em>p =</em> .612).</p></div><p><strong>Kata Kunci: </strong>Olahraga; regulasi emosi; aktivitas fisik; stres.</p>


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 133-140
Author(s):  
Teguh Ady Nur Cahyo ◽  
Martha Irene Kartasurya

Latar Belakang : Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan profil lemak dalam darah dan berakibat terjadinya penyakit kardiovaskular (CVD). Kandungan utama kacang merah seperti isoflavon, proantosianidin dan serat berperan dalam menurunkan kolesterol LDL. Bakteri Asam Laktat (BAL) pada yoghurt kacang merah dapat mengaktifkan isoflavon menjadi aglikon sehingga menurunkan kolesterol LDL.Tujuan: Menganalisis pengaruh pemberian yoghurt kacang merah terhadap kadar kolesterol LDL pada wanita dislipidemia.Metode : Jenis penelitian adalah true experiment dengan rancangan pre-post test with control group. Subjek penelitian adalah 37 wanita dengan kadar kolesterol LDL ≥130 mg/dL yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan perlakuan (225 ml yoghurt kacang merah/hari). Intervensi dilakukan selama 15 hari. Kadar kolesterol LDL dihitung dengan kolesterol total - kadar kolesterol HDL-1/5 kadar trigliserida. Asupan makanan selama intervensi diukur menggunakan metode food recall 24 jam dan dianalisis menggunakan program nutrisurvey. Aktivitas fisik dianalisis menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Analisis statistik menggunakan uji dependent t-test, Wilcoxon, independent t-test dan Mann Whitney.Hasil : Tidak terdapat perbedaan kolesterol LDL awal antara kedua kelompok. Ada penurunan kolesterol LDL pada kelompok perlakuan dari 174,67 mg/dL menjadi 158,7 mg/dL. Ada penurunan kolesterol LDL pada kelompok kontrol dari 162,96 mg/dL menjadi 155,49 mg/dL. Pada kelompok perlakuan lebih besar daripada kelompok Kontrol (p=0,001). Penurunan kadar kolesterol LDL pada kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing sebesar 15,97 mg/dL (9,4%) dan 7,47 mg/dL (4,6%). Simpulan : Konsumsi yoghurt kacang merah dengan dosis 225ml/hari selama 15 hari menurunkan kadar kolesterol LDL pada wanita dislipidemia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document