scholarly journals Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Aktivitas Fisik pada Wanita (20-54 Tahun) Obesitas Sentral dan Non Sentral

2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Ajeng Putri Rahmandita ◽  
Merryana Adriani

Background: Central obesity cases in Indonesia gradually increase time to time. Central obesity is a situation when there is excess fat in abdomen. It can be triggered by over consumption of high calories food, less consumption of fiber, and lack of physical activities. Objective: This study aimed to analyze the differences of intake level and physical activity on women (20-54 years) with central and non central obesity. Methods: This study was an observational analytic comparative using cross sectional design, 58 women (29 women with central obesity and 29 women with non-central obesity) 20-54 years were selected using simple random sampling technique. Data were collected by measuring weight, height, abdominal circumference, 2x24 hours recall for intake level, and interview using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Results: the results showed that there was differences in intake level of energy (p=0.000), intake level of carbohydrate (p=0.001), intake level of protein (0.000), intake level of fat (p=0.000), and physical activity (0.041) between women with central obesity and non central. Meanwhile, there was no difference in intake level of fiber (p=0.076) between women with central and non central obesity. Conclusion: Women with central obesity had higher intake of energy, carbohydrate, protein, and fat compared to women with non central obesity. Meanwhile, fiber intake and physical activity were low in women with central obesity. So, women with central obesity were needed to improve energy, carbohydrate, protein, and fat intake as recommended in the AKG and increased physical activity at least three times a week to reduce abdominal fat.ABSTRAKLatar Belakang: Kejadian obesitas sentral di Indonesia terus mengalami peningkatan. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak pada daerah perut. Gaya hidup seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak, rendahnya konsumsi serat, dan rendahnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas sentral.Tujuan: tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik pada wanita (20-54 tahun) obesitas sentral dan non sentral.Metode: penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik komparasi menggunakan desain penelitian cross sectional pada 58 wanita (29 obesitas sentral dan 29 obesitas non sentral) berusia 20-54 tahun dan dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data terdiri dari pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, recall 2x24 jam untuk mengetahui tingkat konsumsi, dan wawancara dengan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi (p=0,000), tingkat konsumsi karbohidrat (p=0,001), tingkat konsumsi protein (p=0,000), tingkat konsumsi lemak (p=0,000), dan aktivitas fisik (p=0,041) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Akan tetapi, tidak ada Xperbedaan tingkat konsumsi serat (p=0,076) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Kesimpulan: wanita obesitas sentral memiliki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan wanita obesitas non sentral. Namun, asupan serat dan aktivitas fisik masih rendah pada wanita obesitas sentral. Dengan demikian maka wanita obesitas sentral diharapkan dapat memperbaiki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sesuai anjuran pada AKG dan meningkatkan aktivitas fisik minimal tiga kali seminggu untuk mencegah penumpukan lemak dalam perut.

2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Ajeng Putri Rahmandita ◽  
Merryana Adriani

Background: Central obesity cases in Indonesia gradually increase time to time. Central obesity is a situation when there is excess fat in abdomen. It can be triggered by over consumption of high calories food, less consumption of fiber, and lack of physical activities. Objective: This study aimed to analyze the differences of intake level and physical activity on women (20-54 years) with central and non central obesity. Methods: This study was an observational analytic comparative using cross sectional design, 58 women (29 women with central obesity and 29 women with non-central obesity) 20-54 years were selected using simple random sampling technique. Data were collected by measuring weight, height, abdominal circumference, 2x24 hours recall for intake level, and interview using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Results: the results showed that there was differences in intake level of energy (p=0.000), intake level of carbohydrate (p=0.001), intake level of protein (0.000), intake level of fat (p=0.000), and physical activity (0.041) between women with central obesity and non central. Meanwhile, there was no difference in intake level of fiber (p=0.076) between women with central and non central obesity. Conclusion: Women with central obesity had higher intake of energy, carbohydrate, protein, and fat compared to women with non central obesity. Meanwhile, fiber intake and physical activity were low in women with central obesity. So, women with central obesity were needed to improve energy, carbohydrate, protein, and fat intake as recommended in the AKG and increased physical activity at least three times a week to reduce abdominal fat.ABSTRAKLatar Belakang: Kejadian obesitas sentral di Indonesia terus mengalami peningkatan. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak pada daerah perut. Gaya hidup seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak, rendahnya konsumsi serat, dan rendahnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas sentral.Tujuan: tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik pada wanita (20-54 tahun) obesitas sentral dan non sentral.Metode: penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik komparasi menggunakan desain penelitian cross sectional pada 58 wanita (29 obesitas sentral dan 29 obesitas non sentral) berusia 20-54 tahun dan dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data terdiri dari pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, recall 2x24 jam untuk mengetahui tingkat konsumsi, dan wawancara dengan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi (p=0,000), tingkat konsumsi karbohidrat (p=0,001), tingkat konsumsi protein (p=0,000), tingkat konsumsi lemak (p=0,000), dan aktivitas fisik (p=0,041) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Akan tetapi, tidak ada Xperbedaan tingkat konsumsi serat (p=0,076) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Kesimpulan: wanita obesitas sentral memiliki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan wanita obesitas non sentral. Namun, asupan serat dan aktivitas fisik masih rendah pada wanita obesitas sentral. Dengan demikian maka wanita obesitas sentral diharapkan dapat memperbaiki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sesuai anjuran pada AKG dan meningkatkan aktivitas fisik minimal tiga kali seminggu untuk mencegah penumpukan lemak dalam perut.


2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 447-457
Author(s):  
Ulfah Puspita Dewi ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang : Kualitas diet rendah dikaitkan dengan konsumsi makanan berdensitas energi tinggi yang secara langsung berkontribusi dalam peningkatan asupan energi total dan berakibat pada peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara densitas energi dan kualitas diet dengan IMT (Indek Massa Tubuh) pada remaja. Metode : Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, bertempat di SMA N 9 Semarang dengan jumlah sampel 71 remaja usia 16-18 tahun yang dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi identitas sampel, Indeks Massa Tubuh (IMT), densitas energi, kualitas diet, dan aktisfitas fisik. IMT diperoleh dari perhitungan Z-score berdasarkan BMI/U, densitas energi  menggunakan recall 3x24 jam, kualitas diet menggunakan formulir DQI-I (Diet Quality indexs International), dan aktifitas fisik menggunakan kuisioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire). Data dianalisis dengan uji rank spearman. Hasil : Konsumsi makanan berdensitas energi tinggi lebih banyak pada perempuan (32,4%) dibandingkan laki-laki (5,9%). Kualitas diet pada laki-laki 8,8% tergolong tinggi sedangkan pada perempuan 100% tergolong rendah. Gizi lebih (obesitas dan overweight) pada remaja sebesar 35,2% dan secara umum lebih tinggi pada perempuan 37,8% dibandingkan laki-laki 32,3%. Ada hubungan signifikan antara kualitas diet dengan densitas energi (r = -0,502; p=0,000). Ada hubungan signifikan antara densitas energi dengan IMT (r = 0,569; p=0,000). Namun, tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan IMT (r = -0,194; p=0,106). Simpulan : Remaja yang mengkonsumsi lebih banyak makanan berdensitas energi rendah (buah dan sayur) kualitas dietnya lebih baik dan IMT nya lebih rendah daripada remaja yang mengkonsumsi makanan berdensitas energi tinggi (sumber lemak). Kualitas diet rendah berhubungan dengan tingginya konsumsi makanan berdensitas energi tinggi yang dapat berdampak pada peningkatan IMT.


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 180-188
Author(s):  
Anjarsari Retno Utami ◽  
Nurmasari Widyastuti

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat . Penari harus mempunyai ketahanan fisik yang baik untuk menunjang performa dalam menari dan mengurangi kejadian cedera tari  Pada saat melakukan latihan tubuh membutuhkan cairan yang lebih banyak sebagai akibat dari pengeluaran cairan yang berlebihan melalui keringat dan pernafasan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup jika kekurangan akan berpotensi mengalami dehidrasi. Dehidrasi dapat mempengaruhi kelelahan pada penari.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan status hidrasi setelah tes ketahanan fisik pada mahasisiwi jurusan tariMetode : Peneliti menggunakan deskriptif analitis yang melibatkan 53 mahasiswi jurusan tari (usia 19-22 tahun) di Universitas Negeri Semarang. Subjek dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek, konsumsi cairan, tes ketahanan fisik, data aktifitas fisik, status hidrasi setelah tes harvard. Konsumsi cairan diukur dengan menggunakan food recall, data aktivitas fisik didapatkan melalui formulir International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), tes ketahanan fisik diukur dengan nilai VO2max dan status hidrasi setelah tes harvard diketahui dengan pemeriksaan berat jenis urin. Hasil : Rerata konsumsi cairan pada sebelum, selama dan sesudah melakukan test harvard (4.2827±208.17 ml, 3.4454±157.1ml, dan 3.817±188.00 ml) masih kurang dari kebutuhan (400-2000 ml). Semua subjek mengalami dehidrasi, yang terdiri dari 56,6% mengalami minimal dehydration dan 43,4% mengalami significant dehydration. Subjek mempunyai nilai VO2max yang rendah (62.3%), dan baik (9.4%).Simpulan  Sebagian mahasisiwi jurusan tari mengalami dehidrasi dan mempunyai nilai vo2max yang rendah


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Anandita Mega Kumala ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).


MEDIKORA ◽  
2015 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Prijo Sudibjo ◽  
Novita Intan Arovah ◽  
Rachmah Laksmi Ambardini

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan dipersiapkan menjadi pelatih yang kompeten. Salah satu kompetensi yang diperlukan oleh pelatih adalah pemahaman dan keterampilan dalam pengukuran tingkat aktivitas fisik, status kecukupan energi dan status antropometrik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengukuran level aktivitas fisik, status kecukupan energy, dan status antropometrik mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY. Penelitian ini merupakan penelitian observasi cross sectional pada 30 mahasiswa Program Stusi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY yang telah menempuh mata kuliah Anatomi. Pengukuran tingkat pemahaman dilaksanakan dengan metode tes. Level aktivitas fisik diukur dengan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire), status kecukupan energi diukur dengan membagi antara asupan kalori dibagi dengan kebutuhan kalori, dan status antropometris dinilai dengan menggunakan rumus BMI (body mass index) dansomatotype berdasarkan Health Charter Manual. Data diolah secara deskriptif dan korelatif menggunakan analisis Korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara tingkat pemahaman dan status level aktivitas fisik, status kecukupan energy, dan status antropometrik dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY mempunyai level aktivitas fisik yang baik (skor IPAQ rata-rata 7248,13 ± 2420,58 METS), dan status kecukupan energi yang baik pula (rata-rata kecukupan energi sebesar 96,62 ± 19,81%). Di sisi lain, status gizi pada 90 % mahasiswa menunjukkan kriteria yang normal. Uji Korelasi Pearson menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat kuat antara tingkat pemahaman level aktivitas fisik dan level aktivitas fisik (korelasi 0.902 dan p < 0,05), namun tidak terbukti adanya korelasi yang signifikan (p > 0,05) antara tingkat pemahaman dan status kecukupan energi dan status gizi yang secara berurutan didapatkan nilai korelasi sebesar 0,27 dan 0,048.Kata Kunci: level aktivitas fisik, status kecukupan energi, status antropometrik


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 94-101
Author(s):  
Maria Dolorosa Sus Renata ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Choirun Nissa

Background : Inadequate of vitamin B6, magnesium, zinc, and calcium intake and a lower body mass index can lead to Premenstrual syndrome (PMS) in vegetarian woman. The objective of this study was to determine the association between micronutrients intake, nutritional status and PMS among vegetarian women.Objectives : The objective of this study was to determine the association between micronutrients intake, nutritional status and PMS among vegetarian women.Methods : A cross sectional study was conducted to 44 vegetarians women.Subjects of this study were collected consecutively. Dietary intake were measured by Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Score of PMS were measured by Shortened Premenstrual Assessment Form (sPAF).Physical activity were measured by International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Score of stress level were measured by International Physical Activity Questionnaire (PSS-10). Data were analyzed by Chi Square test and ratio prevalence to determine the risk factor.Results : There were 54.55% of subject have a moderate PMS level. There were a correlation between vitamin B6 and PMS (p=0.019;RP=2.96;95%CI=0.9-10), magnesium and PMS (p=0.033;RP=3.8;95%CI=0.6-23), zinc and PMS (p=0.002;RP=6.17;95%CI=0.9-39), physical activity and PMS (p=0.033;RP=3.79;95%CI=0.6-23), stress level and PMS(p=0.045;RP=0.39;95%CI=0.1-1.3). There were no correlation between calcium intake and PMS (p=0.211;RP=1.816;95%;CI=0.569-5.794), BMI and PMS (p=0.355;RP=0.753;95 %; CI=1.443).Conclusion : Intake of vitamin B6, magnesium and zinc, physical activity and stress level were correlated to PMS. Calcium intake and BMI were not correlated to PMS.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Natania Natania ◽  
Evelin Malinti

Peningkatan asam urat darah menjadi tanda perubahan fungsi metabolic dan hemodinamik. Faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan produksi asam urat adalah konsumsi makanan yang banyak mengandung purin dan asam urat, obesitas, penggunaan obat, aktivitas fisik dan penyakit tertentu dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar asam urat. Jenis penelitian adalah analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 71 orang dewasa laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 25-45 tahun. Sampel dipilih dengan metode convenience sampling. Data meliputi karakteristik responden, aktivitas fisik tujuh hari terakhir, dan kadar asam urat. Aktivitas fisik diperoleh melalui pengisian international physical activity questionnaire (IPAQ). Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan alat ukur digital (Autocheck) dan strip asam urat. Data dianalisis menggunakan Chi-Square Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat (p>.05). Kadar asam urat sebagian besar responden termasuk dalam kategori normal dan aktivitas fisik sebagian responden tinggi. Menjaga keseimbangan antara kadar asam urat melalui makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik yang dilakukan. Saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya ialah penggunaan metode purposive sampling, melakukan perhitungan calon sampel secara menyeluruh, serta mempertimbangkan variabel lain seperti pola makan,  tekanan darah, status gizi, indeks massa tubuh.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 71-80
Author(s):  
Valensia Br Napitupulu ◽  
Hubaybah . ◽  
Rd. Halim

Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali dialami remaja putri, dimana secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium. Tujuan  penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik terhadap usia menarche pada siswi di Sekolah Dasar Negeri 47/IV Kota Jambi Tahun 2018. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan  cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Besar sampel sebanyak 65 siswi. Penelitian ini dilaksanakan pada  di Sekolah Dasar Negeri 47/IV Kota Jambi pada bulan Maret 2018. Data penelitian aktivitas fisik diperoleh dengan modifikasi kuesioner Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) dan pengukuran langsung terhadap berat badan dan tinggi badan untuk status gizi.  Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55,4 % siswi sudah mengalami menarche normal, 50,8%  siswi dengan status gizi gemuk dan 58,5% siswi kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik. terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi terhadap usia menarche (p value =0,080,α=0,05) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik terhadap usia menarche (p value = 0,026 ,  α=0,05).


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39-49 ◽  
Author(s):  
Pristina Adi Rachmawati ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat. Penari cenderung membatasi asupan makan untuk mencapai bentuk tubuh yang ramping. Kurangnya asupan zat gizi disertai aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan gangguan siklus menstruasi. Tujuan : Mengetahui hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik, persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi pada penari.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 62 penari dipilih secara simple ramdom sampling. Asupan zat gizi diperoleh melalui Food Frequency Questionaire (FFQ) dan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionnaire Adolescent (IPAQ). Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Gangguan siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Hasil : Sebanyak 51,6% penari mengalami gangguan siklus menstruasi. Asupan energi pada 46,8% penari tergolong defisit tingkat sedang. Asupan protein (32,3%) dan asupan karbohidrat (51,6%) tergolong defisit tingkat ringan. Asupan lemak 37,1% penari tergolong defisit tingkat berat. Sebagian besar penari memiliki aktivitas fisik yang berat (91,9%) dan persentase lemak tubuh yang normal (87,1%). Terdapat hubungan antara asupan energi, karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi (p<0,05). Tidak ada hubungan antara asupan protein dan persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi (p>0,05).Simpulan : Asupan energi, karbohidrat, lemak, dan aktivitas fisik berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Dian Putri Aliyah ◽  
Septriana Septriana ◽  
Yunita Indah Prasetyaningrum

Latar Belakang:  Penyelenggaraan pendidikan formal di Indonesia terdiri dari pendidikan full day dan half day. Perbedaan waktu belajar kedua sistem tersebut tentu akan memengaruhi keadaan fisik dan psikis, termasuk perubahan asupan makan, aktivitas fisik, dan status gizi anak sekolah. Tujuan: Mengetahui perbedaan status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi makro antara siswa sekolah dasar full day dan half day. Metode:  Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 112 orang  yang  terdiri  dari  56 siswa sekolah full day dan 56 siswa sekolah half day. Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsionate random sampling. Data status gizi anak diukur mengunakan indikator IMT/U, aktivitas fisik diukur dengan kuesioner Physical Activity Questionnaire  (PAQ) dan asupan gizi makro diukur menggunakan kuesioner recall 24 jam sebanyak tiga kali. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebagian besar subjek dari sekolah full day lebih banyak yang gemuk (p=0,001; OR=3,809; 95% CI=1,64–8,84), memiliki aktivitas berat (p=0,000; OR=0,164; 95% CI=0,07–0,38), dan memiliki asupan lemak lebih (p=0,002; OR=3,71; 95% CI=1,57–8,79). Subjek dari sekolah half day lebih banyak yang memiliki asupan karbohidrat yang berlebih (p=0,000; OR=0,144; 95% CI=0,06–0,36). Tidak ada perbedaan bermakna pada asupan energi antara kedua kelompok (p=0,815; OR=0,896; 95% CI=0,358–2,24). Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada status gizi, aktivitas fisik, asupan lemak, dan asupan karbohidrat antara siswa sekolah sekolah full day dan half day. Namun, belum ada perbedaan bermakna pada asupan energi antara kedua kelompok.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document