scholarly journals Parent smoking behavior and children’s future development: evidence from Indonesia Family Life Survey (IFLS)

2018 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
Author(s):  
Teguh Dartanto ◽  
Faizal Moeis ◽  
Renny Nurhasana ◽  
Aryana Satrya ◽  
Hasbullah Thabrany
2020 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Nur Iffah

ABSTRACT Smoking cause more than seven million deaths every year worldwide.The smokers are die in average 10 years earlier than nonsmokers. Chemicals from cigarette's smoke cause damage to the human body that can occur to anyone regardless of age, both active and passive smokers. The risk of cancer and heart disease are increased at smokers, the other health risks that can occur are kidney failure, intestinal ischemia, and hypertension. Prevalence consumed of cigarettes has been an increase in Indonesia, besides that the age of initiation smokers has getting younger. Thepurpose of this study wast oanalyze factors related to smoking behavior at productive age inIndonesia.The research was an analytic observational study with a cross sectional as study design. This study used secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS5) conducted in 2014-2015. This study used all the population of household members of productive age (15-64 years), which was recorded in the secondary data of IFLS5 and 15,836 respondents has fulfilled the criteria.The characteristics of the most respondents were non-active smokers (58.18%), originating from the adult age group of 25-34 years (31.23%), mostly men (60.19%), moderate education level (49 , 73%), married status (80.11%) and lowincome (60.51%).Characteristicsn of respondents havea significant relationship with smoking behavior,with p<0.05 and a risk was1.32 times in adulthood,143.29 times in men, 3.55 and 2.40 times in low and medium education, 1,18 and 2,29 times in those who are married and divorce, then 1.38 and 1.30 times in low and medium income. Low life satisfaction, parental smoking history and negative feelings were related to smoking behavior, with p <0.00 and a risk consecutively was 1.37 times,1.48 timesand 1.03 times.Only the Extroversi on type of personality has a relationship with smoking behavior with a risk of 1.07times.There was a relationship between the characteristics of respondents and smoking behavior, besides that low of life satisfaction, parental smoking history, negative feelings and Extroversion personality types were related to smoking behavior. The prevention and control programs for smoking behavior are require by considering targets that adjusted from the characteristics of active smokers.  Keywords: smoking behavior, productive age, IFLS.        ABSTRAK Merokok menyebabkan lebih dari tujuh juta kematian setiap tahun di seluruh dunia.Rata-rata perokok meninggal 10 tahun lebih awal daripada bukan perokok. Bahan kimia dari asap rokok dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh manusia yang dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, baik perokok aktif maupun pasif. Pada perokok terjadi peningkatan risiko kanker dan penyakit jantung, risiko kesehatan lain yang dapat terjadi ialah gagal ginjal, iskemia usus, dan hipertensi. Di Indonesia mengalami peningkatan jumlah konsumsi rokok,selain itu usia perokok pemula juga semakin muda. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok pada usia produktif diIndonesia.Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS5) yang dilakukan pada tahun 2014-2015. Penelitian ini menggunakan semua populasi Anggota Rumah Tangga (ART) berusia produktif yaitu 15-64 tahun yang tercatat pada data sekunder IFLS5 dan sejumlah 15.836 responden memenuhi kriteria.Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden terbanyak adalahbukan perokok aktif (58,18%), berasal dari golongan usia dewasa 25-34 tahun (31,23%), sebagian besar laki-laki (60,19%), tingkat pendidikan sedang (49,73%), berstatus kawin (80,11%) dan berpendapatan rendah (60,51%). Karakteristik responden memiliki hubungan signifikan dengan tindakan merokok yaitu p<0,05 dengan besar risiko1,32 kali pada usia dewasa,143,33 kali pada laki-laki,3,56dan2,41 kali pada pendidikan rendah dan sedang, 2,29 dan 1,18 kali pada yang sudah kawin dan belum kawin, kemudian 1,38dan1,30 kali pada pendapatan rendah dan sedang. Kepuasan hidup rendah, riwayat orangtua merokok dan perasaan negative berhubungandengan tindakan merokok yaitu p<0,00 dengan besar risiko berturut-turut 1,37 kali, 1,48 kali dan 1,02 kali. Hanya jenis kepribadian Extroversion yang memiliki hubungan dengan tindakan merokok dengan risiko 1,07kali.Terdapat hubungan karakteristik responden dengan tindakan merokok, selain itu kepuasan hidup rendah, riwayat orang tua merokok, perasaan negative dan jenis kepribadian Extroversion berhubungan dengan tindakan merokok.Perlunya program pencegahan dan pengendalian tindakan merokok dengan mempertimbangkan sasaran yang disesuaikan karakteristik perokokaktif. Kata kunci: tindakan merokok, usia produktif, IFLS.        


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 43-54
Author(s):  
Vitriyani Tri Purwaningsih

Rumah tangga yang dipimpin oleh perempuan cenderung lebih banyak berkerja pada sektor informal yang memiliki pendapatan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesejahteraan antara pekerja informal dan formal di antara rumah tangga yang dipimpin oleh seorang perempuan. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014, dengan metode analisis Two Stage LeastSquare (2SLS) menggunakan pendekatan instrumental variable. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan yang bekerja di sektor informal memiliki kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan dengan rumah tangga sektor formal. Usia kepala rumah tangga perempuan yang lebih dewasa, memiliki lahan pertanian dan tabungan mampu meningkatkan pengeluaran per kapita bulanan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya kesenjangan antar sektor namun kepemilikan aset dapat meningkatkan kesejahteraan di antara rumah tangga perempuan.


JEJAK ◽  
2018 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 207-223
Author(s):  
Endiarjati Dewandaru Sadono

Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) program has been applied since 1998 and has been renamed as Beras Sejahtera (RASTRA) in early 2017, but their effectiveness is still debatable. This study tries to evaluate the impact of RASKIN program on household income. Using data from 3,745 households in Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 that has been estimated using propensity score matching, this study has identified precisely that RASKIN program has a negative and significant effect on household income. This happens because the benefits that reveived by Rumah Tangga Sasaran (RTS) are very small. The small benefit is affected by the amount of rice received, frequency and price that have been paid to get RASKIN is not in accordance with the guidelines. The result of this study is along with previous studies, where the amount and price of rice that distributed through RASKIN program is not exactly correct. Therefore, there must be a change in program format, not just renaming from RASKIN to RASTRA only.


2016 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 44-57
Author(s):  
Nenny Hendajany ◽  
Tri Widodo ◽  
Eny Sulistyaningrum

Evolution Returns to Education Across Provinces: Indonesia Family Life Survey 1993–2014This study traces the evolution of return to education using large samples from Indonesia Family Life Survey (IFLS). This study apply Mincer Model to find rate of return to education. The rate of return to education decrease from 1993 to 2014 in Indonesia. Interestingly, the declining rate for return to education for men is much larger than for women. Return to education is considerably heterogenic across province and gender. Furthermore, the rate of women is larger than men. Finally, this study find potential experience have not different from 1993 to 1997, but have increased in 2000 and 2014.Keywords: Education; Returns to Education; Mincer ModelAbstrakPenelitian ini melihat perkembangan dari tingkat pengembalian investasi pendidikan (return to education) dengan data Indonesia Family Life Survey (IFLS). Penelitian ini menggunakan Model Mincer untuk menentukan tingkat pengembalian investasi pendidikan. Tingkat pengembalian investasi pendidikan menurun dari tahun 1993 sampai 2014. Penurunan tingkat pengembalian investasi pendidikan untuk pria lebih besar dari pada wanita. Hasil tingkat pengembalian investasi pendidikan bervariasi antar-provinsi dan jenis kelamin, namun pada umumnya nilai return pada wanita lebih besar daripada pria. Pengaruh dari pengalaman kerja potensial tidak berbeda dari tahun 1993 sampai 1997, tetapi mulai meningkat di tahun 2000 dan 2014.


Populasi ◽  
2015 ◽  
Vol 23 (2) ◽  
pp. 17-37
Author(s):  
Eddy Kiswanto

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pemakaian alat kontrasepsi dari tahun 1997-2007 pada wanita kawin usia 15-49 tahun dan alasan tidak memakai alat kontrasepsi lagi berdasarkan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 1997, 2000, dan 2007. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik wanita pernah kawin yang menggunakan alat kontrasepsi, sedangkan tabulasi silang digunakan untuk mendapatkan pola penggunaan alat kontrasepsi berdasarkan karakteristik individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita pernah kawin yang menggunakan alat kontrasepsi berada pada kelompok umur di bawah 40 tahun dan baru memiliki 1-2 orang anak. Dari sisi pendidikan, paling banyak berpendidikan rendah dan menikah pada usia muda, sedangkan wanita yang berpendidikan tinggi cenderung menunda perkawinannya. Jenis kontrasepsi yang paling banyak dipakai adalah hormonal, baik dari tahun 1997-2000 maupun dari tahun 2000-2007. Mayoritas akseptor baru tahun 2000 dan 2007 memakai alat kontrasepsi jenis hormonal, demikian juga akseptor yang berhenti memakai sebelumnya menggunakan jenis hormonal. Alasan penghentian pemakaian alat kontrasepsi terbanyak adalah karena keinginan mempunyai anak lagi. Sebagian besar mereka berada pada kelompok umur di bawah 30 tahun dan baru memiliki 1-2 orang anak. 


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Pusvita Yuana

Studi ini bertujuan untuk memahami perilaku keuangan individu Muslim Indonesia secara empiris menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5. IFLS5 memberikan informasi secara luas mengenai indikator perilaku keuangan dan sosiodemografi seseorang seperti tingkat pendidikan, usia, gender, dan lokasi tempat tinggal. Data perilaku keuangan tersebut berdasarkan data individu berupa jumlah dana simpanan, jumlah pendapatan, dan keputusan mengambil pinjaman. Variabel yang didapatkan dari data IFLS5 tersebut kemudian diuji menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa jumlah dana simpanan dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, keputusan mengambil pinjaman, tingkat religiusitas, tingkat pendidikan, dan usia. Melalui hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor penentu perilaku keuangan Muslim Indonesia berdasarkan keputusan untuk menyimpan dana. Pengaruh positif dari tingkat religiusitas pada perilaku keuangan diharapkan dapat memberi sinyal positif pada bank syariah dan menggunakannya sebagai dasar dalam mengembangkan produknya sesuai sistem syariah.


HEARTY ◽  
2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Danny Kusuma Aerosta ◽  
Rico Januar Sitorus ◽  
Rostika Flora

<p class="16bIsiAbstrak">Sariawan tercatat sebagai penyakit yang dikeluhkan seperlima populasi dunia. Dan beberapa studi mengungkapkan tidak adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Namun penelitan sebelumnya memiliki jumlah sampel yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan prevalensi dan distribusi sariawan dengan kebiasaan merokok pada perokok aktif dan pasif. Metode penelitian yang dipergunakan adalah cross-sectional dengan mempergunakan data <em>Indonesia Family Life Survey</em> (IFLS) 5 sebagai data induk untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian sariawan. Prevalensi sariawan didapatkan dari keterangan lisan partisipan terhadap keluhan sariawan dalam sebulan terakhir. Kebiasaan merokok adalah kategori paparan rokok antara perokok aktif dan pasif. Distribusi paparan didasarkan atas usia, jenis kelamin, pendidikan, gejala depresi, riwayat hipertensi dan diabetes, dan jenis makanan yang dikonsumsi dalam sepekan terakhir.  Peluang kejadian dari faktor pajanan dominan dihitung dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan angka kejadian sariawan sebesar 17,89%. Dan hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Peluang kejadian sariawan dari faktor resiko dominan, antara lain kebiasaan merokok, usia, gejala depresi, riwayat diabetes melitus, konsumsi mie instan, minuman berkarbonasi, makanan pedas dan gorengan sebesar 55,40%. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan dengan<em> pvalue&gt;0,0001.</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document