scholarly journals KEJADIAN SARIAWAN PADA PEROKOK AKTIF DAN PASIF BERBASIS DATA IFLS 5 (Recurrent Aphthous Stomatitis among Active and Passive Smoker from Indonesian Family Life Survey 5)

HEARTY ◽  
2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Danny Kusuma Aerosta ◽  
Rico Januar Sitorus ◽  
Rostika Flora

<p class="16bIsiAbstrak">Sariawan tercatat sebagai penyakit yang dikeluhkan seperlima populasi dunia. Dan beberapa studi mengungkapkan tidak adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Namun penelitan sebelumnya memiliki jumlah sampel yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan prevalensi dan distribusi sariawan dengan kebiasaan merokok pada perokok aktif dan pasif. Metode penelitian yang dipergunakan adalah cross-sectional dengan mempergunakan data <em>Indonesia Family Life Survey</em> (IFLS) 5 sebagai data induk untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian sariawan. Prevalensi sariawan didapatkan dari keterangan lisan partisipan terhadap keluhan sariawan dalam sebulan terakhir. Kebiasaan merokok adalah kategori paparan rokok antara perokok aktif dan pasif. Distribusi paparan didasarkan atas usia, jenis kelamin, pendidikan, gejala depresi, riwayat hipertensi dan diabetes, dan jenis makanan yang dikonsumsi dalam sepekan terakhir.  Peluang kejadian dari faktor pajanan dominan dihitung dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan angka kejadian sariawan sebesar 17,89%. Dan hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Peluang kejadian sariawan dari faktor resiko dominan, antara lain kebiasaan merokok, usia, gejala depresi, riwayat diabetes melitus, konsumsi mie instan, minuman berkarbonasi, makanan pedas dan gorengan sebesar 55,40%. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan dengan<em> pvalue&gt;0,0001.</em></p>

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Purwo Setiyo Nugroho ◽  
Anisa Catur Wijayanti

World Health Organization memprediksi bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025 dengan prediksi jumlah penderita sebanyak 12,4 jiwa. Indeks masa tubuh merupakan salah satu indikator obesitas dengan diabetes melitus pada penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan obesitas dengan diabetes mellitus pada responden survei Indonesian Family Life Survey V. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder Indonesian Family Life Survei V yang dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 48.139 responden, namun setelah data di cleaning dengan tujuan untuk menghapus data yang missing maka didapatkan jumlah responden sebanyak 30.133 dengan kelompok penelitian berdasarkan usia diatas 15 tahun. Hasil analisis Chisquare  menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus dengan nilai p value 0,000 dan nilai POR 3,377; CI 95% 2,602–4,383. Dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki peluang untuk terjadinya sakit diabetes melitus sebesar 3,377 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita obesitas. Faktor obesitas merupakan salah satu faktor prediposisi untuk meningkatkan gula darah yang merupakan sebuah indikator diabetes melitus. Secara patologi hal ini dikarenakan se-sel beta pulau Langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat kadar gula darah dan kegemukan (obesitas) akan menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh.


Author(s):  
Safitri Tia Tampy ◽  
◽  
Hari Wahyu Nugroho ◽  
Rahmi Syuadzah ◽  
◽  
...  

ABSTRACT Background: Nowadays, lack of children nutritional status fulfillment is still a problem experienced by developing countries, including Indonesia. The most nutritional problems among children in Indonesia are stunting and wasting. Stunting and wasting are indicators of growth disorders including cognitive impairment. This study aimed to analyzed the correlation between stunting, wasting, and children’s cognitive ability using Indonesia family Life Survey 2000-2014. Subjects and Method: This was a cross sectional study conducted using secondary data analysis of the 3rd, 4th, and 5th Indonesian Family Life Survey (IFLS). The study took place in June-July 2020. The study subjects were children aged 7-14 years amounting to 4781 children. The dependent variable was cognitive ability. The independent variables were stunting and wasting. The data obtained from IFLS was cleansed using STATA 15 and analyzed using multilevel logistic regression using SPSS 16.1. Results: The prevalence of stunting among children were 35.5%, wasting were 10.6%, and cognitive abilities below the average were 41.1%. Children who were not stunted were 1.33 times more likely to have cognitive abilities that matched or were above the average age of children (OR= 1.33; 95% CI= 1.18 to 1.50; p< 0.001). Children who did not experience wasting had 1.20 times the likelihood of having cognitive abilities that matched or were above the average age of children (OR= 1.33; 95% CI= 1.00 to 1.45; p< 0.001). Conclusion: Stunting and wasting are associate with children’s cognitive ability. Keywords: stunting, wasting, children’s cognitive ability, Indonesian family life survey Correspondence: Safitri Tia Tampy. Department of Child Health Science, Pediatric Research Center, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Central Java. DOI: https://doi.org/10.26911/the7thicph.03.19


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Melky G. Junhar ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Aurelia S. R. Supit

Abstract: Prisoners are individuals who have been convicted of crimes and were sentenced to prison so they lost their freedom. Lost of freedom can cause stress. Stress is the ability of a person to survive under pressure without causing disturbance. Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is a manifestation in the oral cavity which is usually triggered by some predisposing factors such as stress. This study aimed to describe recurrent aphthous stomatitis and stress among prisoners in prison class IIB Bitung. This study was cross-sectional with total sampling method. All prisoners who had experienced recurrent aphtous stomatitis (RAS) while in prison class IIB Bitung. The results showed that among the 56 respondents there were 53 male respondents (94.64%) and 3 female respondents (5.36%); 19 (33.93%) got mild stress, 18 (32.14%) moderate stress, 16 (28.58%) severe stress, and 3 (5.35%) very severe stress.Keywords: prisoner, stress, recurrent aphthous stomatitis (RAS)Abstrak: Narapidana adalah individu yang telah terbukti melakukan tindak pidana dan kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukuman atau pidana serta kehilangan kebebasan. Kehilangan kebebasan menimbulkan terjadinya stres pada narapidana. Stres merupakan kemampuan individu untuk bertahan dalam menghadapi berbagai tekanan tanpa mengakibatkan gangguan. Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan manifestasi yang timbul dalam rongga mulut yang biasanya dipicu oleh beberapa faktor predisposisi, salah satunya stres. Tujuan penelitian yaitu mengetahui gambaran stomatitis aftosa rekuren dan stres pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIB Bitung. Jenis penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Semua narapidana yang pernah mengalami Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) saat berada di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Bitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 responden terdapat 53 responden berjenis kelamin laki-laki (94,64%) dan terdapat 3 responden berjenis kelamin perempuan (5,36%). Hasil pengukuran stres menunjukkan bahwa dari 56 responden 19 responden (33,93%) mengalami tingkat stres ringan, 18 responden (32,14%) mengalami tingkat stres sedang, 16 responden (28,58%) mengalami tingkat stres berat dan 3 responden (5,35%) mengalami tingkat stres sangat berat.Kata kunci: narapidana, stres, stomatitis aftosa rekuren.


2020 ◽  
Vol 49 (3) ◽  
pp. 260-270 ◽  
Author(s):  
Paswach Wiriyakijja ◽  
Stephen Porter ◽  
Stefano Fedele ◽  
Tim Hodgson ◽  
Roddy McMillan ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Nur Fitri Widya Astuti ◽  
Emy Huriyati ◽  
Susetyowati Susetyowati

Perkembangan urbanisasi dan ekonomi pada negara berkembang menyebabkan terjadinya nutrition transition. Hal ini mengakibatkan munculnya fenomena beban gizi ganda pada keluarga dimana terdapat anggota rumah tangga yang memiliki status gizi kurang dan lebih tinggal dalam satu keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena beban gizi ganda pada keluarga di Indonesia. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2014 dengan jumlah sampel sebesar 6468 keluarga. Indikator beban gizi ganda keluarga ditunjukkan dengan adanya status gizi lebih dan kurang tinggal dalam satu keluarga yang diwakili oleh ibu dan anak. Analisis statistik dengan metode chi-square digunakan untuk menguji variabel yang memiliki hubungan dengan terjadinya beban gizi ganda keluarga. Hasil menunjukkan prevalensi beban gizi ganda keluarga di Indonesia adalah 8,27% dan persentase tertinggi terdapat pada regional Kalimantan dan Indonesia Timur. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian beban gizi ganda secara signififikan (p<0,05) pada keluarga di Indonesia adalah usia ibu (p = 0,001), pendidikan ibu (p = 0,022), jumlah anak (p = 0,001) dan jumlah anggota rumah tangga (p = 0,001). Penelitian lanjutan dengan metode longitudinal diperlukan untuk mengetahui prediktor beban gizi ganda pada keluarga di Indonesia sehingga dapat dirumuskan intervensi yang tepat untuk pencegahan masalah tersebut.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Fariza Zahra Kamilah ◽  
Farhan Habibie ◽  
Gina Ridhia Rahma ◽  
Mohammad Naufal Faisal Sofyan ◽  
Nurma Sari Isnaini ◽  
...  

Background: Diabetes mellitus (DM) is a disease of excessive blood sugar levels. Data from the Indonesian Ministry of Health shows that several DM survivors have had DM for over 15 years reached 19.98 million or 10.9% of the Indonesian population in 2019 with population data according to the Central Bureau of Statistics Republic of Indonesia. This research aimed to determine factors affecting DM in Indonesia. Method: This was a study with a cross-sectional design. The data used in this study came from the fifth wave of the Indonesian Family Life Survey (IFLS). A total of 34,257 individuals aged 14 or over as samples. The dependent variable was diabetes mellitus, while independent variables were obesity, hypertension, quality of sleep, and socio-economic factors. The data measurement was performed by logistic regression.  Results: The research found that obesity, hypertension, and poor sleep quality will increase the risk of DM and also the risk will increase due to socio-economic factors like age, education, household income, urban, and marital status. Conclusion: This study found that the driving force for DM in Indonesia is obesity, hypertension, and sleep quality.


2020 ◽  
Vol 9 (02) ◽  
pp. 129-136
Author(s):  
Suci Reno Monalisa ◽  
Endang L. Achadi ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika Dewi Sartika ◽  
Winda Mulia Ningsih

Diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada Balita di dunia. Karena itu, penting untuk mengetahui faktor risiko kejadian diare pada Balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian diare pada Balita usia 6-59 bulan di Pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey (IFLS) 2014 yang dikumpulkan oleh Research And Development (RAND) Corporation dengan sampel sebanyak 1315 anak-anak di Pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan data dianalisis bivariat dengan uji statistik chi-square dan multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel umur anak (Pv=0,006; OR=1,525), Jenis kelamin (Pv=0,019; OR=1,433), dan Imunisasi campak (Pv=0,005; OR=1,531) merupakan faktor resiko diare pada Balita. Hasil Analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor risiko yang paling dominan dengan diare (Pv=0,018; OR=1,427). Jenis kelamin merupakan faktor risiko paling dominan dengan diare sehingga upaya untuk memberikan asupan gizi yang optimal pada anak, menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik, pola asuh yang baik, pemberian imunisasi  sangat penting untuk mempertahankan status gizi anak agar normal dan terhindar dari diare.


Oral Diseases ◽  
2021 ◽  
Author(s):  
Daniel Schebela Mazzoleni ◽  
Felipe Mazzoleni ◽  
Luiz Edmundo Mazzoleni ◽  
Carlos Fernando de Magalhães Francesconi ◽  
Tobias Cancian Milbradt ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document