scholarly journals Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kader Palang Merah Remaja (PMR) di SMAN 2 Lamongan Terhadap Program Suplementasi Tablet Tambah Darah

2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Stefania Widya Setyaningtyas ◽  
Thinni Nurul Rochmah ◽  
Trias Mahmudiono ◽  
Susi Hidayah ◽  
Yurike D Adhela

ABSTRACT  Background: anemia prevention through iron-folic acid supplementation (IFA) for female adolescent has become goverment’s program priority. Although this programme have been running, several constrains including consumption compliance was frequently found. On the other hand, school have potential resources such as Junior of The Red Cross (PMR) which can be peer educator for health including anemia for other students. Objectives: this research was aimed to describe knowledge, practice, and attitude of PMR member toward IFA supplementation in SMAN 2 LamonganMethods: This research used cross sectional design. The population of this study was 100 members of the Red Cross Youth Teaching (PMR) SMAN 2 Lamongan. The sample of this study was 60 students who were selected by the simple random sampling method who met the inclusion criteria, such as were active members of the PMR and were willing to take part in the study. Data collection was carried out using self-administered questionnaires using an online questionnaire application consisting of 20 questions to measure knowledge; 20 questions to measure attitude; and 13 questions to measure behavior. Data were categorized and analyzed using descriptive tests.Results: Most respondents still have lack of knowledge related to the TTD program (56.7%) and its benefits (56.7%). 66% of PMR cadres have a positive attitude towards TTD, but not 100% of PMR cadres consume blood-added tablets regularly.Conclusions Strengthening of knowledge and attitudes towards TTD is needed to improve compliance of TTD consumption among PMR members so that later PMR cadres can become peer educators for other students.ABSTRAKLatar Belakang: penanggulangan anemia dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dengan sasaran remaja putri menjadi fokus pemerintah saat ini. Walaupun sudah mulai berjalan, seringkali ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan program, diantaranya ketidakpatuhan konsumsi TTD. Di sisi lain, sekolah memiliki potensi sumberdaya untuk meningkatkan optimalisasi program TTD, salah satunya adalah Palang Merah Remaja (PMR) yang dapat menjadi pendidik sebaya tentang masalah kesehatan termasuk anemia bagi siswi lainnya.Tujuan: Penelitian ini bertujuan melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku kader PMR di SMA Negeri 2 Lamongan terhadap program pemberian TTDMetode: Penelitian ini merupakan menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anggota ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 2 Lamongan sejumlah 100 orang. Sampel dari penelitian ini adalah 60 siswa anggota PMR yang dipilih dengan metode simple random sampling dan memenuhi kriteria inklusi yaitu merupakan anggota aktif PMR dan bersedia mengikuti penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan self-administered questionnaires dengan menggunakan aplikasi kuesioner online yang terdiri dari 20 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan; 20 pertanyaan untuk mengukur sikap; dan 13 pertanyaan untuk mengukur perilaku. Data dikategorikan dan dianalisis menggunakan uji deskriptif.Hasil: Sebagian besar responden masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait program TTD (56,7%) dan manfaatnya (56,7%). Sebesar 66% kader PMR memiliki sikap yang positif terhadap TTD, namun tidak 100% kader PMR mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin.Kesimpulan: Perlu penguatan terhadap pengetahuan serta sikap terhadap TTD untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD di kalangan anggota PMR agar nantinya kader PMR dapat menjadi pendidik sebaya bagi siswi lainnya. 

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 34-39
Author(s):  
Ash'trid Khairunnisa ◽  
Lidya Imelda Laksmi

Background: Sexually transmitted infection (STI) is an infection that can be passed from one person to another through sexual intercourse. Data from UNFPA and WHO lists 1 of 2 youths infected with sexually transmitted desease each year. Objectives: In general this study aims to determine the level of knowledge of FK USU batch 2019 student about sexually transmitted infections. Methods: This research is a study of descriptive method with cross sectional design. Simple random sampling technique was used to determine the number of samples. The research sample amounted to 155 people with an online questionnaire instreument that has been validated with Statistical Package for Social Science (SPSS). Results: In the calculation of the frequency and percentage of all respondents, 69 people (44.5%) were found to be in good categories, 83 people (53.5%) in moderate categories, and 3 people (2%) in bad categories. The description based on gender shows that there are 47 women with good knowledge (48.5%) with the proportion of women as many as 97 people and no one with bad knowledge, while 22 people with good knowledge and 3 people (5.2%) with poor knowledge with the proportion of men as many as 58 people. The description based on the age shows that the results with good knowledge are found at 17 years old with 100% good results, while those with poor knowledge are found at the age of 20 years old with a bad percentage of 4.2%. Conclusion: FK USU batch 2019 students are in the moderate category. Keywords: adolescence, HIV, Sexually Transmitted Infection (STI)   Latar Belakang: Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Data dari UNFPA dan WHO menyebutkan 1 dari 20 remaja tertular IMS setiap tahunnya. Tujuan: Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada mahasiswa FK USU angkatan 2019. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, serta menggunakan teknik simple random sampling untuk menentukan jumlah sampel. Sampel penelitian berjumlah 155 orang dengan instrument kuesioner online yang telah di validasi dengan Statistic Package for Social Science (SPSS), kemudian hasilnya akan diolah dengan SPSS lalu dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil: Hasil dengan pengetahuan baik sebanyak 69 orang (44,5%), sedang sebanyak 83 orang (53,5%), dan buruk sebanyak 3 orang (2%) dari 155 responden. Pengetahuan berdasarkan jenis kelamin didapati hasil perempuan dengan pengetahuan baik sebanyak 47 orang (48,5%) dengan proporsi perempuan sebanyak 97 orang serta tidak ada yang berpengetahuan buruk., sedangkan laki-laki dengan berpengetahuan baik sebanyak 22 orang (37,9%) serta 3 orang (5,2%) dengan berpengetahuan buruk dengan proporsi laki-laki sebanyak 58 orang. Pengetahuan berdasarkan usia didapati hasil dengan berpengetahuan baik terdapat pada usia 17 tahun dengan hasil baik 100% sedangkan yang dengan berpengetahuan buruk terdapat pada umur 20 tahun dengan persentase buruk 4,2 %.   Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2019 dalam kategori sedang. Kata Kunci: HIV, Infeksi Menular Seksual (IMS), remaja


2019 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 232
Author(s):  
Adhelia Niantiara Putri ◽  
Lailatul Muniroh

Background: Picky eater is unwillingness to eat unfamiliar food or try new food as well as strong food preference. Picky eater behaviour in preschool-aged children might cause an insufficient intake of food and lead to impaired growth. Objectives: This study aimed to analyze the correlation between picky eater with adequacy level of intake and nutritional status among preschool children in KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Methods: This study was an analytic observational study with a cross-sectional design. 45 subjects aged 41-59 months participated in this study. Simple random sampling method was used to select the sample of this study. Data were collected by measuring height, weight, filling Child Eating Behaviour Questionnaire, and nutrient intake by filling Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. All data were analyzed using Spearman’s Rho test using SPSS v25.0.Results: This study discovered that 57.6% of subjects had picky eater behaviour, 40% subject had high intake of energy but 95,6% subject had low fibre intake, 22.2% subject were malnutrition, 20% subject were wasting, 13.3% subject were categorized as stunting. Around 23.1% subject with picky eater behaviour had malnutrition. Energy intake level (p=0.000, r=0.717), carbohydrate (p=0.000, r=0.566), protein (p=0.007, r=0.396), dan fat (p=0.000, r=0.599) were correlated to picky eater behaviour. Subjects with picky eater tend to have lower intake level compared to non-picky eater subjects. All subjects have low fibre intake. Nutritional status were not correlated to picky eater behaviour with WAZ (p=0.444), HAZ (p=0.366) and WAZ (p=0.235). Conclusions: There were correlation between picky eater behaviour and intake level. Subject with this behaviour needs to improve their intake level to prevent incident of underweight.ABSTRAKLatar belakang: Picky eater adalah perilaku memilih-milih makanan yang ditandai dengan terbatasnya jumlah pilihan makanan. Kejadian picky eater pada anak prasekolah berakibat kekurangan asupan jangka panjang, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan anak.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara perilaku picky eater dengan tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi pada anak usia prasekolah di KB-TK Al-Hikmah Surabaya.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. 45 subyek dengan usia 41-59 bulan berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan sampel. Pengumpulan data meliputi pengukuran antropometri, pengisian Child Eating Behavior Quiessionare, dan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare. Seluruh data dianalisis menggunakan SPSS v25.0 dengan uji Spearman’s Rho.Hasil : Hasil menunjukkan 57,8% responden memiliki perilaku picky eater. Tingkat kecukupan zat gizi memiliki hasil beragam dengan tingkat kecukupan serat kurang. Terdapat 22,2% subyek dengan status gizi kurang, 13,3% subyek dengan stunting, dan 20% subyek dengan wasting. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,000, r=0,717),  karbohidrat (p=0,000, r=0,566), protein (p=0,007, r=0,396), dan lemak (p=0.000, r=0,599) dengan kejadian picky eater namun tidak berhubungan dengan tingkat kecukupan serat (p=0,825), status gizi BB/U(p=0,444), TB/U(p=0,366) dan BB/TB(p=0,235).Kesimpulan : Subyek yang berperilaku picky eater memiliki tingkat kecukupan zat gizi lebih rendah. Picky eater berhubungan tingkat kecukupan zat gizi. Responden dan subyek dengan perilaku ini sebaiknya memperbaiki kebiasaan makan dan memperbanyak konsumsi serat untuk mencegah kejadian gizi kurang


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
SAVIRA RAHMADIAN ◽  
FITRI FITRI ◽  
YULIANA ARSIL

Pola konsumsi vegetarian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun pola konsumsi ini juga memiliki resiko defisiensi beberapa zat gizi diantaranya zat besi. Wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Keterbatasan mengkonsumsi produk hewani ini yang dapat menyebabkan wanita vegetarian ini mudah terkena anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada wanita vegetarian usia produktif di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu cross-sectional study. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas responden yang diperoleh melalui kuesioner, pola konsumsi baik berupa jenis dan bahan makanan diperoleh melalui Food Frequency Questionaire, asupan zat besi diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam, dan data kadar Hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah kapiler menggunakan alat Easy Touch GCHb. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan Indonesia Vegetarian Society (IVS) berupa nama, umur dan alamat anggota. Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 51 responden. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu survey pendahuluan pada bulan Oktober 2014 dan penelitian lanjutan dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Tempat Penelitian Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia, p value =0,921 (p > 0,05). Sedangkan asupan zat besi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian anemia, p value= 0,001 (p < 0,005). Sebaiknya IVS mengadakan konseling dan penyuluhan pada wanita vegetarian agar asupan zat besi wanita vegetarian cukup dan yang terhindar dari anemia.


2021 ◽  
Vol 3 (9) ◽  
pp. 656-662
Author(s):  
Maharani Retno Sulistya Masyithah ◽  
Hartati Eko Wardani ◽  
Anindya Hapsari

Abstract: The Ministry of Religious Affairs of Pamekasan Regency record that the highest rate of early age marriages in Pamekasan Regency in 2019 were in Waru District, reaching 254 cases of early age marriages. Ranged from age 16 to 21 years for 154 female teenagers dan 19 to 21 years for 100 male teenagers. The impact of early age marriage has on young can affect incidence the risk of LBW (Low Birth Weight), cervical cancer, anemia, and a high risk of maternal and infant mortality. The population in this study were 254 young women and men who were married at the age less than 21 years. The sampling used is simple random sampling technique as much 70 people. This research data collection used is a online questionnaire. The data analysis used is the Spearman rank test. there is no relationship between knowledge and motivation for early marriage (p is 0.410) with OR is -0.100, there was no found relationship between culture and motivation for early age marriage (p is 0.792) with OR is 0.032, and there was a relationship between family support and early age marriage motivation (p is 0,000) with OR is 1,000. Abstrak: Kementerian Agama Kabupaten Pamekasan mencatat, pernikahan pada usia dini tertinggi di Kabupaten Pamekasan pada tahun 2019 berada di Kecamatan Waru, Mencapai angka 254 pernikahan usia dini. usia menikah 16-21 tahun pada remaja wanita 154 orang, usia 19-21 pada remaja laki-laki 100 orang. Dampak dari Pernikahan di usia dini dapat mempengaruhi terjadinya risiko BBLR, Kanker servik, anemia, serta berisiko tinggi terjadi angka kematian ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pengetahuan, budaya dan dukungan keluarga dengan motivasi pernikahan dini di Kabupaten Pamekasan. Dalam penelitian menggunakan metode deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Kriteria populasi meliputi remaja perempuan dan remaja laki-laki yang telah menikah pada usia kurang dari 21 tahun sebanyak 254 orang. Sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling sebanyak 70 orang. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner online. Analisis data menggunakan uji Spearman Rank. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi pernikahan dini (p sama dengan 0,410) dengan OR sama dengan -0,100, yang berarti tidak ada hubungan antara budaya dan motivasi pernikahan dini (p sama dengan 0,792) dengan OR sama dengan 0,032, ada hubungan dukungan keluarga dan motivasi pernikahan dini (p sama dengan 0,000) dengan OR sama dengan 1,000.


Author(s):  
Shailendra Agrawal ◽  
Kamlesh Kumar Jain ◽  
Mini Sharma ◽  
Nirmal Verma ◽  
Shubhra A. Gupta ◽  
...  

Background: According to WHO, adolescence is the population of 10-19 years of age. According to NFHS III, in Chhattisgarh, 58.7% adolescent girls and 34.6% adolescent boys aged between 15-19 years were anemic. So, to combat anemia MoHFW launched weekly iron and folic acid supplementation (WIFS) programme with the objectives to reduce the prevalence. Thus the present study was in attempts with the objective to assess anemia status among school going adolescent of Raipur and Jashpur districts of Chhattisgarh.Methods: It was a school based cross-sectional study conducted in the two districts of Chhattisgarh during 2017-18 among the students aged between 12-19 years and the sample size was 480. By using simple random sampling method, four schools from each district and from each school total 60 students i.e. 10 students from each class 7th -12th were selected by using systematic random sampling method. Permission from DEO of the respective district followed by permission from the principal of each schools and consent from parents of the student was taken and then study was proceeded.Results: In the present study, the mean age of the students in Raipur and Jashpur district was 15.1±1.8 years and 15.2±1.8 years respectively. Out of all the students, in Raipur district, 101 (42.1%) students were found to be anemic and mean Hemoglobin level was 12.5±1.9 gm/dl. In Jashpur district about two third 147 (61.2%) of the students were anemic and mean Hemoglobin level was 11.9±1.9 gm/dl.Conclusions: This study concluded that anemia is still high among adolescent boys and girls.


2014 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Putri Zalika Laila M.K

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah sekelompok sindrom yang berkaitan erat yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah. Pada umumnya faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan tekanan darah dengan kejadian penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI periode Januari-Desember 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional di bagian ilmu penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI dan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan cara pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Dari 200 subjek penelitian, penyakit jantung yang mempunyai hipertensi sebanyak 100 dan yang tidak hipertensi sebanyak 100. Hasil analisis didapatkan jumlah pada subjek hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner sebesar 64(64%) sedangkan pada non hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner didapatkan sebanyak 32(32%). Rasio prevalensi didapatkan adalah 2,00 dengan interval kepercayaan 95% antara 1,450-2,758. Hasil analisis chi-squeare didapatkan nilai X2 didapatkan hasil 19,251 dan nilai p: 0,000 yang artinya ada hubungan faktor risiko antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner dengan taraf significant sangat bermakna. Hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, penderita hipertensi berisiko 2 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dina Athanmika

<p>Merokok adalah perilaku penggunaan .Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Pada kelompok umur 10-14 tahun, jumlah perokok meningkat dari 0.3% menjadi 1.4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), dan pada kelompok umur 15-19 tahun terjadi peningkatan dari 7,1% ke 18,3%.  Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 30,3% perokok aktif di Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok didalam rumah Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014.Penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga  perokok yang berada di Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh   Utara   dengan   jumlah   sampel   162   responden   dan   dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat (Uji Chi-Square).Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar (89,5 %)  responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, terdapat 51,2% responden memiliki <em>perceive behavioral </em>yang tinggi, dan 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032 ; OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan <em>perceive behavioral </em>(p = 0,152 ; OR = 2,5) dengan perilaku merokok didalam rumah.penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu rumah tangga terhadap perilaku merokok. menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat   dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada warga berupa penyuluhan kesehatan tentang merokok agar dapat menghentikan kebisaan merokok didalam rumah.</p>


2018 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Retno Dewi Noviyanti ◽  
Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati

Kelompok anak sekolah (7-12 tahun) merupakan kelompok rentan gizi. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar. Sarapan pagi merupakan faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar anak di sekolah. Sarapan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi baik. Sarapan menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta. Metode penelitian adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan pada siswa dengan usia 9-12 tahun sebanyak 56 anak. Teknik samplingnya adalah simple random sampling. Data kebiasaan sarapan pagi diperoleh dengan wawancara, data prestasi belajar diperoleh dari nilai ulangan harian. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar siswa melakukan sarapan pagi sebesar 78,6%, prestasi belajar sebagian besar dengan kategori tuntas sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 84,4 ± 8,09 SD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 85
Author(s):  
Nova Radiani Hasibuan

Pola asuh merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Gampong  Sidorejo Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita sebanyak 204 orang. Sampel sebanyak 75 ibu yang mempunyai balita. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara keseluruhan variabel pola asuh ibu (perawatan dan perlindungan ibu untuk anaknya, praktik menyusui dan pemberian MP-ASI, pengasuhan psikososial, penyiapan makanan, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan dan praktik kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan) terhadap status gizi anak balita. Variabel pola asuh ibu (perawatan dan perlindungan ibu untuk anaknya, praktik menyusui dan pemberian MP-ASI dan praktik kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan) merupakan yang paling dominan (berpengaruh) terhadap status gizi anak balita


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 92-99
Author(s):  
Aminah Aatinaa Adhyatma

Deteksi dini kanker serviks salah satunya melalui pemeriksaan Pap Smear, sebagai pemeriksaan sitologi untuk melihat adanya keganasan pada epitel serviks/ porsio. Salah satu masalah pelaksanaan Pap Smear umunya masih disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pemeriksaan Pap Smear. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan motivasi melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Jetis Wilayah Kerja Puskesmas Jimbaran Tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik secara Cross Sectional pada wanita usia subur usia 35-40 tahun di Desa Jetis sebanyak 87 responden diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner serta analisis data dengan menggunakan uji korelasi KendallTau (τ).Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang Pap Smear kurang yaitu sebesar 62,1% sedangkan motivasi responden untuk melakukan pemeriksaan pap smear sebagian besar rendah yaitu sebesar 86,2%. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear (p value <0,05) dan nilai τ = 0,281 memiliki makna ada hubungan arah positif, hal ini berarti perubahan pengetahuan yang baik akan mempengaruhi motivasi yang tinggi untuk melakukan pemeriksaan pap smear.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document