scholarly journals Efektivitas Penggunaan Kombinasi Vitamin B pada Pasien Neuropati Diabetikum

2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Rosa De Lima Renita Sanyasi

Pendahuluan: Neuropati diabetikum (ND) adalah salah satu bentuk neuropati yang paling umum dijumpai. Terapi yang ada saat ini lebih ditujukan untuk mengatasi gejala. Pemberian kombinasi vitamin B ditujukan bukan hanya untuk mengendalikan gejala, namun memperbaiki fungsi saraf. Penelitian terdahulu tentang vitamin untuk neuropati diabetika masih terbatas dan belum konklusif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas vitamin B kombinasi terhadap gejala klinis neuropati diabetika dan kualitas hidup (QoL) pada pasien diabetes melitus (DM). Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasional pada pasien DM dengan ND. Setiap subjek memperoleh vitamin B kombinasi yang terdiri dari vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12 dengan dosis masing-masing secara berurutan 100 mg, 100 mg, dan 5 mg. Gejala klinis ND dinilai dengan menggunakan Total Symptom Score (TSS). QoL dinilai dengan menggunakan kuesioner SF-8. Penilaian dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu penilaian awal hingga 3 bulan. Hasil: Total terdapat 104 subjek pada awal penelitian. Tujuh subjek tidak dapat mengikuti penelitian sampai selesai, sehingga tersisa 97 subjek pada akhir penelitian. Terdapat perbaikan berbagai gejala ND, yang meliputi sensasi nyeri tertusuk, sensasi nyeri terbakar, kesemutan, dan rasa kebas/baal, setelah pemberian vitamin B kombinasi. Perubahan tersebut bermakna secara statistik (p < 0,0001). Hal serupa juga tampak pada QoL. Terdapat perbaikan QoL dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (physical component summary dengan p < 0,0001 dan mental component summary dengan p = 0,0001). Kesimpulan: Vitamin B kombinasi efektif untuk memperbaiki gejala klinis dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien ND.

Author(s):  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Rosa De Lima Renita Sanyasi

Neuropati diabetikum (ND) adalah komplikasi utama yang sering muncul pada pasien diabetes mellitus (DM). Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas vitamin B kombinasi terhadap gejala klinis ND dan QoL (kualitas hidup/quality of life) pada pasien DM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian one group pre and post test design pada pasien DM dengan ND. Setiap subjek mendapatkan kombinasi vitamin B yang terdiri dari: vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12 dengan dosis masing-masing secara berurutan: 100 mg, 100 mg, 5000 mcg. Gejala klinis ND diukur dengan menggunakan Total Symptom Score (TSS). Angka QoL diukur dengan menggunakan kuesioner SF-8. Penilaian gejala dilakukan sebanyak 5 kali, dari penilaian awal hingga 3 bulan. Ada 104 subjek pada awal penelitian. Tujuh subjek tidak dapat mengikuti penelitian sampai selesai, sehingga tersisa 97 subjek pada akhir penelitian. Ada perbaikan gejala ND, yang meliputi sensasi nyeri tertusuk, sensasi nyeri terbakar, kesemutan, dan rasa kebas/baal, setelah pemberian kombinasi vitamin B. Perubahan tersebut bermakna secara statistik (p<0,0001). Hasil serupa juga tampak pada QoL. Ada perbaikan QoL dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (physical component summary dengan p<0,0001 dan mental component summary dengan p=0,0001). Kombinasi vitamin B efektif untuk memperbaiki gejala klinis dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien ND.


2018 ◽  
Vol 14 (4) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Jesisca Jesisca

Background: Neuropathy diabetic pain are common symptom in patient with diabetic melitus. The combination of vitamin B1, vitamin B6, and vitamin B12 usually used for treatment the pain, the result of previous studies are limited and conflicting.Objective: The aim of the study to measure the convering of intensity of pain in diabetic neuropathy.Method: The method of study using quase experimental design with pre and post treatment patient were selected by conservative sampling method from Bethesda Hospital, Yogyakarta. There are 68 patient diabetic neuropathy to follow in the study. Fact patient received combination of vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg, and vitamin B12 5000 mcg once a day for 3 month. Pain intensity measured using visual analog scale (VAS) on the first initial visited after 30th day and 90th day.Results: The 68 patient consist of 27 (39.7%) male and 41 (60.3%) women. The mean age 58.32±6.72 years. The mean duration of Diabetic 4.32±2.86 year. The study showed that the pain intensity lower significantly after received vitamin B (p<0.001). The mean pain intensity in first VAS 43.68±12.32 lower to 20.42±11.24 and in the end of study lower to 12.23±8.39.Conclusion: The combination of vitamin B1, B6, B12 significantly lower pain intensity of patient diabetic neuropathy.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 62-69
Author(s):  
Rosa De Lima Renita Sanyasi ◽  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Esdras Ardi Pramudita
Keyword(s):  

Pendahuluan: Pasien gagal ginjal kronik (GGK) sering mengalami hiperhomosisteinemia. Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan hubungan yang bermakna antara hiperhomosisteinemia dengan peningkatan kejadian stroke. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi hiperhomosisteinemia, kemanjuran, serta keamanan pemberian vitamin B kombinasi intravena dalam menurunkan kadar homosistein pada pasien GGK. Metode: Penelitian ini adalah penelitian intervensional yang dilakukan pada pasien dengan GGK yang menjalani hemodialisis rutin 2 kali/minggu dan telah rutin memperoleh vitamin B kombinasi intravena (100mg vitamin B1, 100mg vitamin B6, dan 5000mcg vitamin B12). Setelah penghentian pemberian vitamin B kombinasi selama 1 minggu, pemeriksaan kadar homosistein dilakukan 3 kali: kunjungan awal, 2 minggu, dan 4 minggu setelah kunjungan awal. Vitamin B kombinasi kembali digunakan saat kunjungan awal. Hiperhomosisteinemia didefinisikan sebagai kadar homosistein >15,39µmol/L. Hasil: Terdapat 122 subjek yang terlibat dalam penelitian ini. Subjek didominasi oleh pria dengan usia rata-rata 51,7 tahun. Asam folat merupakan salah satu obat yang sering dikonsumsi oleh para subjek. Prevalensi hiperhomosisteinemia adalah sebesar 89,3% dari total subjek. Meskipun sebagian besar subjek mengonsumsi asam folat (86,1%), angka kejadian hiperhomosisteinemia masih tinggi. Penurunan kadar homosistein tampak setelah penggunaan vitamin B kombinasi intravena selama 4 minggu (rata-rata 23.43±8.39µmol/L pada kunjungan pertama menjadi 12.24±4.41µmol/L pada kunjungan ketiga, p:0.0008). Terdapat 2 kejadian tidak diharapkan (KTD) selama penelitian ini. Pada investigasi lebih lanjut tidak ada korelasi antara KTD tersebut dengan penggunaan vitamin B kombinasi intravena. Kesimpulan: Hiperhomosisteinemia adalah kondisi yang sering dijumpai pada pasien dengan GGK yang menjalani hemodialisis rutin. Pemberian vitamin B kombinasi intravena terbukti aman dan efektif dalam menurunkan kadar homosistein. Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronik, Hiperhomosisteinemia, Penyakit Kardiovaskular, Stroke


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-25
Author(s):  
Diane Paparang ◽  
Nurpudji A. Taslim ◽  
Haerani Rasyid ◽  
A. Yasmin Syauki

Pendahuluan Proses penyembuhan luka post amputasi dan luka bakar dengan luas 25% dan kedalaman derajat III serta hipoalbuminemia sedang (albumin 2,6g/dL) dan status gizi kurang memerlukan terapi gizi spesifik tinggi protein. Laporan Kasus Tn.I, laki-laki, 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah dengan luka post amputasi dan  luka bakar listrik derajat III luas 25%. Keluhan utama asupan makan kurang sejak 16 hari terakhir karena nafsu makan kurang akibat nyeri pada luka post amputasi dan luka bakar. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Asupan 24 jam 1000kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi kurang (LLA=80,7%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 9.7 g/dl), deplesi sedang sistem imun (TLC 940/µL), hipoalbuminemia (albumin 2,6g/dL) dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 2500 kkal, protein 2 gr/kgBBI/hari (23%), karbohidrat 57% dan lemak 20 %, melalui oral berupa makanan biasa 1250 kkal, ONS glutamine 2.5g/hari, suplementasi 6 butir putih telur (protein 31,5g/hari), vitamin C 1g/24jam, vitamin A 6.000IU/12jam, vitamin B1-100mg, vitamin B6-200mg, vitamin B12-200mg, Zinc 50mg/24jam, selenium 55µg, Curcuma 400mg/8jam dan ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam. Setelah perawatan 30 hari, terjadi perbaikan dalam penyembuhan luka, peningkatan LLA menjadi 23,5cm, peningkatan hemoglobin 9.3g/dl, peningkatan sistem imun (TLC 2064/µL), peningkatan albumin 3.9g/dL. Kesimpulan Terapi nutrisi spesifik dengan protein 2 gr/kgBBI dapat meningkatkan kadar albumin dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien luka bakar.


2021 ◽  
Vol 46 (05) ◽  
pp. 312-316
Author(s):  
Marija Djukic ◽  
Christine A. F. von Arnim

ZusammenfassungEin Vitamin-B1-Mangel kann sich als Wernicke-Enzephalopathie oder als Beriberi manifestieren. Geriatrische Patienten mit den Diagnosen Demenz oder Delir haben niedrigere Vitamin-B1-Spiegel als solche ohne diese Diagnosen. Ebenso zeigen sich bei geriatrischen Patienten mit höherem Vitamin-B1-Spiegel bessere Ergebnisse in der Funktionalität (Barthel-Index) bei Entlassung. Vitamin B6 ist an über 100 Reaktionen als Koenzym beteiligt und ein Mangel kann daher mit vielen Symptomen einhergehen. Klinische Manifestationen des Vitamin-B12-Mangels reichen von frühen neuropsychiatrischen bis zu hämatologischen Symptomen, wobei die makrozytäre Anämie als später Indikator eines Vitamin-B12-Mangels gilt. Neurologische Symptome treten sehr häufig schon vor oder ohne hämatologische Manifestationen auf. Die Bestimmung des Vitamin-B1-Spiegels im Blut ist wenig aussagekräftig. Die Wernicke-Enzephalopathie ist eine klinische Diagnose. Zur Diagnose eines Vitamin-B6-Mangels wird die Bestimmung von Pyridoxin (Pyridoxal-5′-Phosphat) im Plasma empfohlen. Ein erniedrigter Holo-TC-Spiegel im Serum gilt als frühester Marker eines Vitamin-B12-Mangels. Eine kombinierte Bestimmung von Vitamin B12, Holo-TC, MMA und Homozystein scheint die diagnostische Zuverlässigkeit bei Vitamin-B12-Mangel zu erhöhen. Für Empfehlungen zur Substitutionstherapie bei allen B-Vitaminen liegen kaum bzw. keine evidenzbasierten Daten vor. Durch die Substitution von 0,8 mg Folsäure, 0,5 mg Vitamin B12 und 20 mg Vitamin B6 konnte in einer randomisierten kontrollierten Studie bei Patienten mit einer leichten kognitiven Störung eine Verlangsamung der Hirnatrophie bewirkt werden.


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 107-116
Author(s):  
Mertien Sa'pang ◽  
Miftahull Hassana ◽  
Nadiyah Nadiyah

Latar belakang. Penderita skizofrenia berisiko mengalami kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya. Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) merupakan salah satu instrumen untuk mengukur gejala pada pasien skizofrenia. Pasien jarang menunjukkan perbaikan gejala meski telah menjalani pengobatan. Dibutuhkan faktor lain seperti faktor gizi melalui asupan zat gizi yang dapat membantu memperbaiki gejala pada penderita skizofrenia. Salah satu asupan zat gizi yang berperan dalam kesehatan mental adalah vitamin B kompleks meliputi vitamin B6, B9, dan B12. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B kompleks dengan gejala klinis pada penderita skizofrenia menggunakan skor PANSS di Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Provinsi Sumatera Selatan. Metode. Penelitian kuantitatif observasional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan sampel berjumlah 63 responden. Analisis data menggunakan korelasi Spearman. Hasil. Sebagian besar responden mengonsumsi vitamin B6 dan B9 ≥77 persen dari kebutuhan dan 49,2 persen responden mengonsumsi vitamin B12 <77 persen dari kebutuhan. Hasil penilaian skor total PANSS responden menunjukkan nilai rata-rata 71,35 dengan skor terendah adalah 42 dan tertinggi adalah 129. Penelitian ini menunjukkan bahwa skor PANSS secara signifikan (p<0,05) berkorelasi negatif dengan asupan vitamin B6 dan B9 dengan koefisien korelasi r= -0,421; r= -0,366. Kesimpulan. Gejala klinis pasien skizofrenia menunjukkan korelasi negatif dengan asupan vitamin B6 dan B9, namun tidak menunjukkan korelasi dengan asupan vitamin B12. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menilai pengaruh vitamin B kompleks terhadap gejala klinis pasien skizofrenia.


2021 ◽  
Vol 2021 ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Simone Baltrusch

Damage and regeneration naturally occur in the peripheral nervous system. The neurotropic B vitamins thiamine (B1), pyridoxine (B6), and cobalamin (B12) are key players, which maintain the neuronal viability in different ways. Firstly, they constantly protect nerves against damaging environmental influences. While vitamin B1 acts as a site-directed antioxidant, vitamin B6 balances nerve metabolism, and vitamin B12 maintains myelin sheaths. However, nerve injury occurs at times, because of an imbalance between protective factors and accumulating stress and noxae. This will result in the so-called Wallerian degeneration process. The presence of vitamins B1, B6, and B12 paves the way out to the following important regeneration by supporting the development of new cell structures. Furthermore, vitamin B1 facilitates the usage of carbohydrates for energy production, whereas vitamin B12 promotes nerve cell survival and remyelination. Absence of these vitamins will favor permanent nerve degeneration and pain, eventually leading to peripheral neuropathy.


Author(s):  
Trung Vinh Hoàng

Bài tổng quan sau đây nói về mối liên quan giữa đái tháo đường typ 2 (ĐTĐT2) với từng loại vitamin nói chung cũng như vitamin tổng hợp. Nồng độ các vitamin có tác dụng chống gốc tự do như vitamin A, C và E đều giảm ở BN ĐTĐ làm gia tăng các stress oxi hóa, góp phần gây bất thường chuyển hóa glucose. Mặt khác các protein mang retinol (vitamin A) còn có tác dụng điều biến tương tự như các adipokin. Mặc dù cơ chế gây giảm nồng độ các vitamin nhóm B như thiamin (vitamin B1), vitamin B6 và biotin là hoàn toàn chưa rõ song nếu bổ sung các loại đó lại có tác dụng cải thiện kiểm soát chuyển hóa ở BN ĐTĐ. Hấp thu acid folic và vitamin B12 sẽ bị giảm đi nếu sử dụng merformin kéo dài trong khi đó đây lại là thuốc lựa chọn hàng đầu để điều trị ĐTĐ chưa có biến chứng. Chính vì vậy nồng độ hai loại này bị thiếu hụt, rất cần bổ sung thường xuyên. Vitamin D đóng vai trò như là yếu tố nguy cơ (YTNC) gây biến chứng ở BN trong đó có biến chứng tim mạch. Cũng có ý kiến cho rằng vitamin K có liên quan đến chuyển hóa glucose song cần phải có thêm bằng chứng trong nghiên cứu. Việc sử dụng vitamin tổng hợp cho hiệu quả chưa rõ rệt. Tuy vậy hiện nay vẫn chưa có một chỉ định thống nhất nào về bồi phụ vitamin thiếu hụt ngoại trừ sử dụng acid folic và vitamin B12 nếu điều trị bằng metformin kéo dài.


Fermentation ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 178
Author(s):  
Wilawan Palachum ◽  
Wanna Choorit ◽  
Yusuf Chisti

Nutritionally enhanced probioticated whole pineapple juice (WPJ, comprising juice of pineapple pulp and peel) beverages were produced by fermentation of WPJ with the probiotic bacterium Lactobacillus plantarum WU-P19. The 12 h fermented juice contained between 2.1 × 109 and 3.7 × 109 live cells of the probiotic per milliliter, depending on the beverage formulation. The beverage had a pH of around 4.1 and a lactic acid content of ~12.8 g L−1. It had a total sugar (glucose, sucrose, fructose, maltose) content of ~100.2 g L−1. During fermentation, some of the initial glucose and fructose were consumed by the probiotic, but sucrose and maltose were not consumed. The original WPJ was free of vitamin B12, but fermentation enhanced vitamin B12 content (~19.5 mg L−1). In addition, fermentation enhanced the concentrations of vitamins B2, B3, and B6, but the bacterium consumed some of the vitamin B1 originally present. From a nutritional perspective, the final probioticated beverage was a good source of vitamin B12, vitamin C and vitamin B6. In addition, it contained nutritionally useful levels of vitamins B1, B2, and B3. The calorific value of the final beverage was 56.94 kcal per 100 mL. The product was stable during 21-day refrigerated (4 °C) storage.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document