scholarly journals KORELASI ASUPAN VITAMIN B KOMPLEKS DENGAN GEJALA KLINIS PENDERITA SKIZOFRENIA DI RS ERNALDI BAHAR TAHUN 2018

2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 107-116
Author(s):  
Mertien Sa'pang ◽  
Miftahull Hassana ◽  
Nadiyah Nadiyah
Keyword(s):  
Vitamin B12 ◽  
Vitamin B6 ◽  
Vitamin B ◽  
Syndrome Scale ◽  
Negative Syndrome

Latar belakang. Penderita skizofrenia berisiko mengalami kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya. Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) merupakan salah satu instrumen untuk mengukur gejala pada pasien skizofrenia. Pasien jarang menunjukkan perbaikan gejala meski telah menjalani pengobatan. Dibutuhkan faktor lain seperti faktor gizi melalui asupan zat gizi yang dapat membantu memperbaiki gejala pada penderita skizofrenia. Salah satu asupan zat gizi yang berperan dalam kesehatan mental adalah vitamin B kompleks meliputi vitamin B6, B9, dan B12. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B kompleks dengan gejala klinis pada penderita skizofrenia menggunakan skor PANSS di Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Provinsi Sumatera Selatan. Metode. Penelitian kuantitatif observasional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan sampel berjumlah 63 responden. Analisis data menggunakan korelasi Spearman. Hasil. Sebagian besar responden mengonsumsi vitamin B6 dan B9 ≥77 persen dari kebutuhan dan 49,2 persen responden mengonsumsi vitamin B12 <77 persen dari kebutuhan. Hasil penilaian skor total PANSS responden menunjukkan nilai rata-rata 71,35 dengan skor terendah adalah 42 dan tertinggi adalah 129. Penelitian ini menunjukkan bahwa skor PANSS secara signifikan (p<0,05) berkorelasi negatif dengan asupan vitamin B6 dan B9 dengan koefisien korelasi r= -0,421; r= -0,366. Kesimpulan. Gejala klinis pasien skizofrenia menunjukkan korelasi negatif dengan asupan vitamin B6 dan B9, namun tidak menunjukkan korelasi dengan asupan vitamin B12. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menilai pengaruh vitamin B kompleks terhadap gejala klinis pasien skizofrenia.

Carbonyl stress in schizophrenia

2014 ◽  
Vol 42 (2) ◽  
pp. 468-472 ◽  
Author(s):  
Masanari Itokawa ◽  
Mitsuhiro Miyashita ◽  
Makoto Arai ◽  
Toshio Miyata
Keyword(s):  
Vitamin B6 ◽  
Negative Symptoms ◽  
Therapeutic Agent ◽  
Active Form ◽  
Carbonyl Stress ◽  
Research Approach ◽  
Treatment Resistant ◽  
Syndrome Scale ◽  
Schizophrenic Patients ◽  
Negative Syndrome

We have identified idiopathic carbonyl stress in a subpopulation of schizophrenic patients. We first identified a patient with a mutation in GLO1 (glyoxalase I) who showed increased AGE (advanced glycation end-product) levels and decreased vitamin B6 levels. By applying the observations from this rare case to the general schizophrenic population, we were able to identify a subset of patients (20%) for whom carbonyl stress may represent a causative pathophysiological process. Genetic defects in GLO1 increase the risk of carbonyl stress 5-fold, and the resulting increased AGE levels correlate significantly with PANSS (Positive and Negative Syndrome Scale) scored negative symptoms. Pyridoxamine, an active form of vitamin B6 and scavenger for carbonyl stress, could represent a novel and efficacious therapeutic agent for these treatment-resistant symptoms. In the present article, we describe a unique research approach to identify the causative process in the pathophysiology of a subset of schizophrenia. Our findings could form the basis of a schizophrenia subtype classification within this very heterogeneous disease and ultimately lead to better targeted therapy.

The effect of ultra-high-temperature heat treatment on the content of thiamine, vitamin B6 and vitamin B12 of milk

1965 ◽  
Vol 32 (1) ◽  
pp. 13-17 ◽  
Author(s):  
Margaret E. Gregory ◽  
H. Burton
Keyword(s):  
Heat Treatment ◽  
High Temperature ◽  
Vitamin B12 ◽  
Vitamin B6 ◽  
Vitamin B ◽  
High Temperature Heat Treatment ◽  
Temperature Heat ◽  
Temperature Heat Treatment ◽  
Indirect Heating ◽  
Ultra High Temperature

SummaryResults are given for the effect of different ultra-high-temperature milk sterilizing processes on the thiamine, vitamin B6 and vitamin B12 contents of milk. For all the processes examined, the loss of thiamine is negligible, and the losses of vitamins B6 and B12 lie between zero and 35%. Indirect-heating processes appear to cause more loss of vitamin B12 than of vitamin B6, but the reverse is true of directheating processes.

scholarly journals Vitamin B Complex and Homocysteine Levels - A Trend Study Among Asian Indians

2019 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 14-18
Author(s):  
Sandhya Iyer ◽  
Prachi Sinkar ◽  
K Krishnakumar ◽  
Kallathikumar K ◽  
Amruta Velumani
Keyword(s):  
Vitamin B12 ◽  
Vitamin B6 ◽  
Asian Indians ◽  
Vitamin B12 Deficiency ◽  
Clear Correlation ◽  
Vitamin B ◽  
Strongly Correlated ◽  
B12 Deficiency ◽  
The Difference ◽  
Study Association

Background: Vitamin B complex levels have been strongly correlated with homocysteine status and many studies suggest supplementation with vitamin B to lower cardiovascular risk among adults. However, this relationship does not show a direct trend with many studies concluding otherwise. Aims and Objective: Our report is an attempt to study association between levels of vitamin B6, folate and B12 in relation to homocysteine in a Pan-India cohort of over 5000 individuals.  Materials & Methods: Data from a total of 5487 Asian Indians including 2942 males and 2545 females were considered for this study. Analysis for levels of vitamins B6 and folate was done using the technology of Liquid Chromatography - Mass Spectrometry (LC-MS), while that for Vitamin B12 and homocysteine was done using the Chemiluminescence Immunoassay (CLIA). Results: Our analysis identified a clear correlation between vitamin B12 status and levels of homocysteine, while no such trend was observed with vitamin B6 and folate. The total frequency of vitamin B12 deficiency was detected to be 25% of which 50% exhibited clinically high homocysteine levels. The frequency among males was found to be high at 61.6% in comparison to females at 32.3% with the difference being statistically significant at p<0.0001. Conclusion: Our report is one of the first few to document levels of vitamin B6, folate and B12 in relation to homocysteine in a large Asian Indian cohort. Low levels of vitamin B12 was found to have a greater impact on Hcy levels in comparison to other B-vitamins studied.

scholarly journals Efek kombinasi vitamin B1, B6, B12 untuk menurunkan intensitas nyeri pada penderita neuropatik diabetes

2018 ◽  
Vol 14 (4) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Jesisca Jesisca
Keyword(s):  
Diabetic Neuropathy ◽  
Vitamin B12 ◽  
Pain Intensity ◽  
Vitamin B6 ◽  
Sampling Method ◽  
Vitamin B1 ◽  
Vitamin B ◽  
Common Symptom ◽  
Lower Pain ◽  
The Mean

Background: Neuropathy diabetic pain are common symptom in patient with diabetic melitus. The combination of vitamin B1, vitamin B6, and vitamin B12 usually used for treatment the pain, the result of previous studies are limited and conflicting.Objective: The aim of the study to measure the convering of intensity of pain in diabetic neuropathy.Method: The method of study using quase experimental design with pre and post treatment patient were selected by conservative sampling method from Bethesda Hospital, Yogyakarta. There are 68 patient diabetic neuropathy to follow in the study. Fact patient received combination of vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg, and vitamin B12 5000 mcg once a day for 3 month. Pain intensity measured using visual analog scale (VAS) on the first initial visited after 30th day and 90th day.Results: The 68 patient consist of 27 (39.7%) male and 41 (60.3%) women. The mean age 58.32±6.72 years. The mean duration of Diabetic 4.32±2.86 year. The study showed that the pain intensity lower significantly after received vitamin B (p<0.001). The mean pain intensity in first VAS 43.68±12.32 lower to 20.42±11.24 and in the end of study lower to 12.23±8.39.Conclusion: The combination of vitamin B1, B6, B12 significantly lower pain intensity of patient diabetic neuropathy.

scholarly journals PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA DAN MANFAAT PEMBERIAN VITAMIN B KOMBINASI PADA GAGAL GINJAL KRONIK

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 62-69
Author(s):  
Rosa De Lima Renita Sanyasi ◽  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Esdras Ardi Pramudita
Keyword(s):  
Vitamin B12 ◽  
Vitamin B6 ◽  
Vitamin B1 ◽  
Vitamin B

Pendahuluan: Pasien gagal ginjal kronik (GGK) sering mengalami hiperhomosisteinemia. Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan hubungan yang bermakna antara hiperhomosisteinemia dengan peningkatan kejadian stroke. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi hiperhomosisteinemia, kemanjuran, serta keamanan pemberian vitamin B kombinasi intravena dalam menurunkan kadar homosistein pada pasien GGK. Metode: Penelitian ini adalah penelitian intervensional yang dilakukan pada pasien dengan GGK yang menjalani hemodialisis rutin 2 kali/minggu dan telah rutin memperoleh vitamin B kombinasi intravena (100mg vitamin B1, 100mg vitamin B6, dan 5000mcg vitamin B12). Setelah penghentian pemberian vitamin B kombinasi selama 1 minggu, pemeriksaan kadar homosistein dilakukan 3 kali: kunjungan awal, 2 minggu, dan 4 minggu setelah kunjungan awal. Vitamin B kombinasi kembali digunakan saat kunjungan awal. Hiperhomosisteinemia didefinisikan sebagai kadar homosistein >15,39µmol/L. Hasil: Terdapat 122 subjek yang terlibat dalam penelitian ini. Subjek didominasi oleh pria dengan usia rata-rata 51,7 tahun. Asam folat merupakan salah satu obat yang sering dikonsumsi oleh para subjek. Prevalensi hiperhomosisteinemia adalah sebesar 89,3% dari total subjek. Meskipun sebagian besar subjek mengonsumsi asam folat (86,1%), angka kejadian hiperhomosisteinemia masih tinggi. Penurunan kadar homosistein tampak setelah penggunaan vitamin B kombinasi intravena selama 4 minggu (rata-rata 23.43±8.39µmol/L pada kunjungan pertama menjadi 12.24±4.41µmol/L pada kunjungan ketiga, p:0.0008). Terdapat 2 kejadian tidak diharapkan (KTD) selama penelitian ini. Pada investigasi lebih lanjut tidak ada korelasi antara KTD tersebut dengan penggunaan vitamin B kombinasi intravena. Kesimpulan: Hiperhomosisteinemia adalah kondisi yang sering dijumpai pada pasien dengan GGK yang menjalani hemodialisis rutin. Pemberian vitamin B kombinasi intravena terbukti aman dan efektif dalam menurunkan kadar homosistein. Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronik, Hiperhomosisteinemia, Penyakit Kardiovaskular, Stroke

scholarly journals Efektivitas Penggunaan Kombinasi Vitamin B pada Pasien Neuropati Diabetikum

2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Rosa De Lima Renita Sanyasi
Keyword(s):  
Vitamin B12 ◽  
Symptom Score ◽  
Physical Component Summary ◽  
Mental Component Summary ◽  
Vitamin B6 ◽  
Vitamin B1 ◽  
Total Symptom Score ◽  
Vitamin B ◽  
Diabetes Melitus

Pendahuluan: Neuropati diabetikum (ND) adalah salah satu bentuk neuropati yang paling umum dijumpai. Terapi yang ada saat ini lebih ditujukan untuk mengatasi gejala. Pemberian kombinasi vitamin B ditujukan bukan hanya untuk mengendalikan gejala, namun memperbaiki fungsi saraf. Penelitian terdahulu tentang vitamin untuk neuropati diabetika masih terbatas dan belum konklusif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas vitamin B kombinasi terhadap gejala klinis neuropati diabetika dan kualitas hidup (QoL) pada pasien diabetes melitus (DM). Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasional pada pasien DM dengan ND. Setiap subjek memperoleh vitamin B kombinasi yang terdiri dari vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12 dengan dosis masing-masing secara berurutan 100 mg, 100 mg, dan 5 mg. Gejala klinis ND dinilai dengan menggunakan Total Symptom Score (TSS). QoL dinilai dengan menggunakan kuesioner SF-8. Penilaian dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu penilaian awal hingga 3 bulan. Hasil: Total terdapat 104 subjek pada awal penelitian. Tujuh subjek tidak dapat mengikuti penelitian sampai selesai, sehingga tersisa 97 subjek pada akhir penelitian. Terdapat perbaikan berbagai gejala ND, yang meliputi sensasi nyeri tertusuk, sensasi nyeri terbakar, kesemutan, dan rasa kebas/baal, setelah pemberian vitamin B kombinasi. Perubahan tersebut bermakna secara statistik (p < 0,0001). Hal serupa juga tampak pada QoL. Terdapat perbaikan QoL dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (physical component summary dengan p < 0,0001 dan mental component summary dengan p = 0,0001). Kesimpulan: Vitamin B kombinasi efektif untuk memperbaiki gejala klinis dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien ND.

Diagnostik und Therapie der Homocystinurie

2009 ◽  
Vol 09 (05) ◽  
pp. 289-293
Author(s):  
B. Reulecke ◽  
J. Denecke
Keyword(s):  
Vitamin B12 ◽  
Vitamin B6 ◽  
Sich Eine ◽  
Diagnostik Und Therapie

ZusammenfassungDie Homocystinurie ist eine seltene angeborene Erkrankung des Methioninstoffwechsels, die mit einer pathologischen Erhöhung der nicht proteinogenen Aminosäure Homocystein und der Ausscheidung ihres Disulfids Homocystin über den Urin einhergeht. Mehrere biochemische und genetische Defekte können zu einer deutlichen Homocysteinerhö-hung führen, darunter Störungen des Vita-min-B6-, Folsäure- und Vitamin-B12-Stoffwechsels, sodass der Terminus Homocystinurie eine Erkrankungsgruppe zusammenfasst. Die häufigste Ursache der Homocystinurie, auch klassische Homocystinurie oder Homo-cystinurie Typ I genannt, stellt die hereditäre Cystathionin-β-Synthase-Defizienz dar, die mit einer Erhöhung von Homocystein und Methionin im Blut einhergeht. Die Diagnose wird durch Bestimmung von Homocystein im Plasma gestellt und kann biochemisch und genetisch gesichert werden. Unbehandelt zeigen sich eine erhebliche Morbidität und Mortalität, die durch Ausschöpfung der therapeutischen Optionen, bestehend aus Vitamin B6, Folsäure, Vitamin B12, Betain und einer Proteinrestriktion mit Aminosäuresupplementie-rung, erheblich reduziert werden können.

Factor Structure of the Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) Differs by Sex

2018 ◽  
Vol 11 (4) ◽  
pp. 207-213 ◽  
Author(s):  
Julie Walsh-Messinger ◽  
Daniel Antonius ◽  
Mark Opler ◽  
Nicole Aujero ◽  
Deborah M. Goetz ◽  
...  
Keyword(s):  
Factor Structure ◽  
Syndrome Scale ◽  
Negative Syndrome

Risk factors associated with treatment-resistant schizophrenia in first-episode psychosis

2017 ◽  
Vol Ano 7 ◽  
pp. 8-12
Author(s):  
Ana Beatriz de Oliveira Assis ◽  
Jayse Gimenez Pereira Brandão ◽  
Pedro Otávio Piva Espósito ◽  
Osmar Tessari Junior ◽  
Bruno Berlucci Ortiz
Keyword(s):  
Risk Factors ◽  
First Episode Psychosis ◽  
First Episode ◽  
Treatment Resistant ◽  
Factors Associated ◽  
Syndrome Scale ◽  
Episode Psychosis ◽  
Negative Syndrome

Objetivo: Ainda não está claro quais são os fatores de risco para a esquizofrenia resistente ao tratamento (ERT) em primeiro episódio psicótico (PEP). O objetivo deste trabalho é investigar indicadores de risco para ERT em PEP. Métodos: Foram selecionados 53 pacientes em primeiro episódio psicótico, com diagnóstico de esquizofrenia, que deram entrada à enfermaria de psiquiatria do Hospital das Clínicas Luzia de Pinho Melo entre 2011 e 2015. Ao ser admitido na enfermaria, o paciente era avaliado com a Escala de Sintomas para as Síndromes Positiva e Negativa (Positive and Negative Syndrome Scale – PANSS) e recebia tratamento inicial por 4 semanas. Caso sua resposta fosse inferior a 40% de redução na PANSS, o antipsicótico era trocado, e as escalas eram aplicadas novamente após mais 4 semanas. Após a falha com dois antipsicóticos, em doses plenas, por 4 semanas cada, a clozapina era introduzida, e o paciente era considerado ERT. Uma regressão logística foi aplicada onde sexo, idade de início, tempo de doença não tratada, uso de substâncias, avaliação global do funcionamento inicial e PANSS inicial total foram inseridos como variáveis independentes, e ERT foi inserida como variável dependente. Resultados: Tempo de doença não tratada apresentou significância de p = 0,038 e Exp (B) = 4,29, enquanto que PANSS total apresentou p = 0,012 e Exp (B) = 1,06. Conclusão: Identificar os fatores associados à resistência precoce ao tratamento poderia permitir aos clínicos evitar o atraso na introdução da clozapina e prevenir um pior prognóstico para esses pacientes.

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document