scholarly journals EFEKTIVITAS PELESTARIAN MANGROVE SEBAGAI SARANA PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI KOTA PARIAMAN

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-29
Author(s):  
Nadia Arfa Pratiwi ◽  
Zikri Alhadi
Keyword(s):  

Artikel ini mendeskripsikan tentang bagaimana efektivitas pelestarian mangrove sebagai sarana pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera barat, bersama stakeholder yang sama-sama bergerak di bidang pelestarian mangrove sebagai sarana pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman. Pada penelitian ini bermaksud untuk menegtahui sejauh mana efektivitas pelestarian mangrove sebagai sarana pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman yang di laksanakan oleh DKP Sumbar dengan menggunakan teori efektivitas menurut Dunchan yaitu mengukur sejauh mana pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi yang dilakukan yang dilakukan oleh DKP Sumbar dalam pelestarian mangrove sebagai sarana pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman, mangrove sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat khusnya dalam pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman, namun dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian mangrove sebagai sarana pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman masih belum optimal dan dikatan belum efektif, karena masih terjadi perusakan lahan hutan mangrove di Kota Pariaman oleh masyarakat, dan belum ada hingga saat ini di lakukan rehabiliatasi oleh DKP Sumbar, sehingga lahan mangrove yang ada di Kota Pariaman mengalami penguranagan yang sangat besar, membuat mangrove yang ada di sekitaran pantai Kota Pariaman tidak efektif lagi dalam menahan gelombang tsunami dan menahan abrasi apabila terjadi benacana tersebut, karena Kota Pariaman merupakan kota yang terletak di daerah pesisir tingkat resiko bencananya seperti tsunami dan abrasi cukup tinggi. Pendekatan pada metode ini ialah penelitian kualitatif mengunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui cara, wawancara, observasi dan studi dokumentasi, instrument penelitian yaitu penulis sendir yang penulis gunakan yaitu pedoman wawancarayang telah penulis siapkan, alat yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu kamera, handphone, dan perekam suara. Untuk kabsahan data mengunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian memperlihatkan bahwasanya dalam pencapaian tujuan DKP Sumabar belum optimal melaksanakan pelestarian mangrove sebagai saran penguranagan resiko bencana di Kota Pariaman, karena masih terjadi peusakan mangrove yang mengakibatkan tujuan dari DKP Sumbar agar mangrove di Kota Pariaman dapat mengurangi resiko bencana belum tercapai, integrasi yang dilakukan oleh DKP Sumbar dengan stake holder yang sama-sama bergerak di bidang pelestarian mangrove belum terlaksana dnegan baik, karena komunikasi yang dilakukan oleh DKP Sumbar dengan stakeholder hanya sbatas kepentingan saja, tidak ada pertemuan khusus yang dilakukan untuk peningkatan pelestarian mangrove sebagai sarana pengurangan resiko bencana di Kota Pariaman, serta adaptasi yang dilakukan oleh DKP Sumbar puu itu belum maksimal, karena koordinasi serta pengawasan di lingkungan hutan mangrove di Kota Pariaman tidak dilaksanakan dengan baik, di tandai dengan masih adanya pemasalahan perusakan mangrove dan mangrove yang ada telah merugikan masyarakat hal itu belum ada tindak lanjut dari DKP Sumbar.

2019 ◽  
Vol 24 (09) ◽  
pp. 23-23
Author(s):  
Maria Thalmayr
Keyword(s):  

Projekte scheitern oft schon bei einer falschen oder zu ungenauen Planung und der Kommunikation unsicherer Daten. Jeder im Krankenhaus weiß von großen und kleinen Vorhaben, die alles andere als optimal oder zumindest verbesserungswürdig gelaufen sind. Auf ihrer gemeinsamen Fachtagung Technik im Krankenhaus am 17. und 18. September in Gelsenkirchen gehen die Fachvereinigung Krankenhaustechnik und die Wissenschaftliche Gesellschaft für Krankenhaustechnik klassischen Fallen und Fehlern beim Management von Projekten auf den Grund. Methoden, Werkzeuge und jede Menge Best Practice zum Thema Projektarbeit – die mittlerweile fast die Hälfte unserer Zeit im Job in Anspruch nimmt – schaffen eine Grundlage für wertschöpfende Innovation. NASA-Strategien, Insidertipps von erfahrenen Projektmanagern, nicht nur aus dem Bausektor sowie natürlich von Projektfüchsen aus dem Krankenhaus, machen Stake Holder aus dem Gesundheitswesen zu kreativen Machern eines erfolgreichen Gesundheitswesens.


Author(s):  
Linda Ratna Sari ◽  
Agus Raikhani ◽  
Novy Setya Yunas ◽  
Iswari Hariastuti
Keyword(s):  

Program Kampung KB merupakan agenda prioritas pembangunan yang tertuang dalam Nawacita periode 2014- 2019. Pembentukan kampung KB menjadi solusi untuk menekan angka pertumbuhan penduduk dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, sehingga keberadaan Kampung KB memerlukan dukungan  Pemerintah, Swasta, Perguruan Tinggi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah setempat. Penelitian ini bertujuan untuk    menganalisis faktor    yang    mempengaruhi  keberhasilan program   Kampung KB di 3 Kecamatan, yaitu  Kecamatan Wonosalam, Mojowarno dan Kesamben Kabupaten Jombang. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah Stake holder yang terdiri pengurus kelompok kerja (pokja) Kampung KB, Perangkat Desa, Akseptor KB, Tokoh masyarakat, Tokoh agama. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 25 orang dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuisioner, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan Analisis regresi linier  sederhana dengan uji F dan uji t yang diolah dengan program SPSS versi 16. Hasil penelitian menjelaskan bahwa variabel Komunikasi, Sumber daya, Disposisi, dan Struktur birokrasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif terhadap keberhasilan program kampung  KB. Secara parsial variabel Sumber daya berpengaruh besar terhadap keberhasilan program kampung KB dengan nilai 0,885. Sementara variabel  Disposisi mempunyai pengaruh lemah terhadap keberhasilan program kampung KB.


2012 ◽  
Vol 18 (5) ◽  
pp. 1068-1073 ◽  
Author(s):  
Gemma Heath ◽  
Elaine Cameron ◽  
Carole Cummins ◽  
Sheila Greenfield ◽  
Helen Pattison ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 53-62
Author(s):  
Mokhamad Yaurizqika Hadi ◽  
Nur Ittihadatul Ummah

This study discusses the Principal's Spiritual Leadership in Instilling Religious Culture in Jurangsapi 1 Elementary School, Tapen District, Bondowoso Regency. The principal is one of the important factors that determines school success because the principal is a vital organ in the school ecosystem, especially in public primary schools that have fewer religious activities than religious or religious schools so it needs to be balanced with the inculcation of religious culture so that religious values ​​remain embedded in students. This study aims to determine: (1) Principal's spiritual leadership in vision aspects in instilling religious culture (2) Principal's spiritual leadership in altruistic love in instilling religious culture (3) Principal's spiritual leadership in hope (aspects hope) in instilling religious culture. Data collection techniques using semi-participant observation, semi-structured interviews and documentation. Analysis of the data used is the qualitative data analysis of Milles and Huberman's interactive models, while the validity of the data used is the triangulation of sources and techniques. The results of this study indicate that: (1) Principal's Spiritual Leadership in the Aspect of Vision in Embedding Religious Culture ie the principal as a spiritual leader in instilling religious culture shows a vision of a strong spiritual leadership by involving all school stakeholders , defines the purpose of the school as the ideals of the principal, as well as encouraging expectations in a superior school standard, namely state primary schools with religious nuances. (2) Principal's Spiritual Leadership in the Altruistic Love Aspect in Instilling Religious Culture, namely the Principal as a spiritual leader promotes altruistic love (3) The Principal's Spiritual Leadership in the Hope Aspect (Instilling) in Instilling Religious Culture. The principal as a spiritual leader in realizing his ideals shows strong expectations. Penelitian ini membahas tentang Kepemimpinan Spiritual Kepala Sekolah dalam Menanamkan Budaya Religius di Sekolah Dasar Negeri Jurangsapi 1 Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso. Kepala sekolah merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan sekolah karena kepala sekolah adalah organ vital dalam ekosistem sekolah, terlebih pada sekolah dasar negeri yang memiliki kegiatan agama lebih sedikit dibanding sekolah agama atau keagamaan sehingga perlu diimbangi dengan penanaman budaya religius agar nilai-nilai agama tetap tertanam pada diri peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kepemimpinan spiritual kepala sekolah aspek visi (vision) dalam menanamkan budaya religius (2) Kepemimpinan spiritual kepala sekolah aspek cinta altruistik (altruistic love) dalam menanamkan budaya religius (3) Kepemimpinan spiritual kepala sekolah aspek harapan (hope) dalam menanamkan budaya religius. Teknik pengumpulan data menggunakan jenis observasi semi partisipan, wawancara semi terstruktur dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif model interaktif Milles dan Huberman, sedangakan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teknik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Kepemimpinan Spiritual Kepala Sekolah pada Aspek Visi (vision) dalam Menanamkan Budaya Religius yakni kepala sekolah sebagai pemimpin spiritual dalam menanamkan budaya religius menunjukan visi (vision) kepemimpinan spiritual yang kuat dengan mengikut sertakan seluruh stake holder sekolah, mendefinisikan tujuan sekolah sebagai cita-cita kepala sekolah, serta mendorong harapan pada standart sekolah yang unggul yaitu sekolah dasar negeri yang bernuansa religius. (2) Kepemimpinan Spiritual Kepala Sekolah pada Aspek Cinta Altruistik (altruistic love) dalam Menanamkan Budaya Religius yakni Kepala sekolah sebagai pemimpin spiritual mengedepankan cinta altruistik (3) Kepemimpinan Spiritual Kepala Sekolah pada Aspek Harapan (hope) dalam Menanamkan Budaya Religius. Kepala sekolah sebagai pemimpin spiritual dalam mewujudkan cita-citanya menunjukan harapan yang kuat. Kata Kunci: kepemimpinan spiritual kepala sekolah, budaya religious, sekolah dasar


1996 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 67-73 ◽  
Author(s):  
Priya Shyamsundar

SummaryIntegrated conservation and development projects (ICDPs) involve the establishment of parks and reserves with protective or buffer zones around them. Socio-buffering provides local residents with alternatives to traditional land-use activities, but the actual implementation of socio-buffering programmes is difficult.Socio-economic requirements and constraints to socio-buffering were assessed for the Mantadia National Park in eastern Madagascar based on five criteria. Previously unused lands for compensating people for loss of access to areas within the park were found to be insufficient. While there existed institutions and programmes for developing substitute land-use activities, successful adoption of these activities was crucially dependent on their economic viability. Socio-buffering activities need to not only provide goods that are substitutes for goods that are traditionally consumed, but they also need to be at least as profitable as traditional economic efforts. Also, if land and labour are not a constraint to agricultural expansion, socio-buffering activities can themselves result in increased deforestation. Finally, the long-term effectiveness of socio-buffering was likely to be dependent on the satisfaction of a number of stake-holder interests, and on explicit linkages developed between socio-buffering activities and conservation.


2014 ◽  
Vol 568-570 ◽  
pp. 1586-1592 ◽  
Author(s):  
Indrawati

The availability of website for an institution is very important, especially for an educational institution just like ABC University. The website can become a mean of communication from the institute to its stake holder: students, parents, industries, lecturers, administrators, and government or from the stakeholders to the institution. The availability of website is also important to increase the image of the institution, since there is university web ranking published by WeboMatrix. ABC University has already built its website and communicated, socialized as well the availability of its website to all students, lecturers, and administrator. So far the adoption of the websites by students, lecturers, and administrators especially by using the Modified Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) model has not been explored. This lack of knowledge motivated the researcher to conduct this study. This study investigates the key factors that affect the behavioral intention and used behavior of customers toward the use of the website in ABC University Indonesia. The approach employed for this study is based on a modified unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT) model. A survey method was employed to gather data from 310 respondents coming from the students, lecturers, administrator, and management. The collected data was analyzed using a quantitative investigation. The partial least squares (PLS) method was used to quantitatively evaluate the impact of the key constructs of the modified UTAUT model. This research clearly confirmed that modified UTAUT model which consists ofperformance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, andcontentcan be used to determinebehavioral intentionof consumers to use Website.


2017 ◽  
Vol 12 (3) ◽  
pp. 356-372 ◽  
Author(s):  
Syed Nazim Ali

Purpose With the increasing instances of malfeasance and frauds coming to light in the financial services industry, trust has become a key concern for customers. Fortunately, in the case of Islamic Finance, trust is a central tenet, and its importance can be seen through the emphasis of Amanah or trustworthiness that should be present in every financial transaction. However, it has been argued that the principle of trust has not been truly realized in Islamic Finance, or that there are still issues of distrust regarding anything which is obtrusively branded as “Islamic”. In this paper, the author will analyze the reasons for gaps between the expectations and reality of the finance industry today by looking at the main factors contributing to distrust among the different stakeholders and the perceived impact of the distrust on the industry and the general public. It then focuses on the past and ongoing efforts by academia to bridge these gaps between the different stake holder groups with the help of illustrative case studies as well as recommends future steps to be taken to ensure a stronger foundation of trust within the Islamic Finance community.


2015 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 13 ◽  
Author(s):  
Sapto J. Poerwowidagdo

<p align="justify">The impact of the extension of the sea area of Indonesia, the biggest archipelagic state, is the bigger task of the Indonesian Navy and the other institutions and stake holder of the maritime security. The overlapping of the responsibility and authority in the maritime security tasks, pushes the Indonesian Navy in optimizing its main task. In the scope of the Maritime Domain Awareness, the Blue Ocean Strategy might be considered in managing an integrated maritime security by using Revolution in Navy Affairs in the Indonesian sea-power building.</p><p align="justify"><strong>Keywords:</strong> Archipelagic state, Maritime domain awareness, Blue ocean strategy, Revolution in navy affairs.</p>


2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 145-154
Author(s):  
Siti Nur Fadlilah Almunawaroh
Keyword(s):  

akan tetapi dengan adanya ojol telah menimbulkan banyak permaslahan salah satunya adalah kemacetan disekitar stasiun khususnya di wilayah Jabodetabek. Tujuan dari penelitian ini adalah mengusulkan lokasi penjemputan atau pengantaran penumpang (pick up point) angkuan ojol distasiun yang aman, nyaman dan dapat meningkatkan keselamatan angkutan OJOL di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah permasalahan pembangunan  pick up point di stasiun kereta api di Jabodetabek antara lain adalah keterbatasan lahan dan harga tanah disekitar statiun yang sangat mahal, dan kurang intensifnya koordinasi yang kontinyu dari stake holder yang terkait. Pick up point yang ada saat ini di tiga stasiun lokasi survei kebanyakan dilakukan di pinggir jalan seperti di Stasiun Manggarai dan Stasiun Bekasi, sehingga menimbulkan permasalahan keruwetan dan permalasahan kemacetan lalu lintas di depan stasiun tersebut, sedangkan di stasiun depok baru, pick up point sudah tertata dengan baik, yang merupakan inisiatif dari perusahaan angkutan ojol bekerjasama dengan masyarakat dengan menggunakan lahan yang dimiliki oleh masyarakat di dekat stasiun depok baru. Untuk mengatasi permasalahan pick up point di Stasiun Manggarai dan Stasiun Bekasi masih terdapat ketersediaan lahan yang dapat digunakan sebagai pick up point berupa shelter, dengan melakukan kerja sama dengan memanfaatkan tanah milik PT. Kereta Api Indonesia.


2016 ◽  
Vol 12 (11) ◽  
pp. 170
Author(s):  
Bernard O. Itebiye

This paper is a critical discourse on the Biblical panacea for the unending agitations for resource control in Nigeria Niger Delta. It aimed at finding out if the Biblical concept of Justice (Hebrew, צִדקָהָ ) and equity (Hebrew, מיֵשָׁר ), which are the hall marks of every society that operates under the rule of Law, have been duly applied in the Niger Delta crisis. The analyses employed Critical Discourse Analysis (CDA) framework. Data gathered both from the primary and secondary sources were analyzed through the hermeneutical, descriptive and analytical methods. The findings of the paper are that Niger Delta peoples have a right to far better living condition than is on offer presently, and available data justify this claim. The paper is of the view that the Biblical concept of Justice (Hebrew, צִדקָהָ ) and equity (Hebrew, מיֵשָׁר ), as prescribed in Numbers 31: 27, can be applied in the Niger Delta agitation issue. In the light of the above findings, the paper concludes that to achieve the desired peace, anchored on the Old Testament idea there is the need to engage every oil bearing community as a stake holder in the entire process of oil exploitation in their community.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document