scholarly journals Uji Sensitifitas dan Spesifisitas Keluhan Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Keluhan dan Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)

2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Irma Irma ◽  
La Ode Alifariki ◽  
Adius Kusnan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah penyakit tidak menular yang bersifat degeneratif dengan faktor predisposisi utamanya adalah gaya hidup dan faktor lingkungan serta perilaku. Life style yang kurang sehat seperti kurangnya aktivitas, tidak berolahraga secara teratur, kebiasaan merokok, obesitas dan konsumsi lemak atau kolesterol yang tinggi dan tidak terkontrol.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi DM dan mengukur tingkat keakuratan diagnosa DM berdasarkan keluhan utama dan khas yang dialami responden. Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dengan pendekatan observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga masyarakat yang ada di RW I Kelurahan Jagir yang berumur di atas 30 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 74 orang yang diambil dengan non random sampling yaitu dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM 9,5% dan nilai spesifitas dan sensitifitas keakuraratan penegakkan diagnosis berdasarkan keluhan responden adalah 85,71% dengan keluhan yang paling sering dialami dan dirasakan adalah polidipsia dan poliuria. Simpulan penelitian adalah seseorang dengan DM akan cenderung memiliki keluhan berupa yang berupa polidipsia, polifagia, dan poliuria.

2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Ainun Nurhaliza ◽  
Mertien Sa'pang ◽  
Yulia Wahyuni ◽  
Anugrah Novianti

Malnutrisi pada pasien hemodialisis menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Untuk itu perlu dilakukan penilaian status gizi secara rutin, penilaian status gizi yang dapat dilakukan pada pasien hemodialisis adalah dengan menggunakan antropometri yaitu perhitungan IMT, dan biokimia. Adanya penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, menjadi salah satu resiko terjadinya malnutrisi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Hemoglobin, Albumin, Ureum Dan Kreatinin Pada Pasien Hemodialisa Dengan Dan Tanpa Diabetes Melitus Di RSIJ Cempaka Putih (Data Sekunder). Desain penelitian ini adalah cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling dengan total sampel sebanyak 66 responden. Data IMT menggunakan BB kering dan TB pasien, serta kadar Hb, albumin, ureum, dan kreatinin yang diperoleh dari rekam medik responden. Analisa data bivariat menggunakan uji T-test Independen dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara IMT (pValue=0,0001), kadar hemoglobin (pValue=0,0001), albumin (pValue=0,0001), ureum (pValue=0,0001), dan kreatinin (pValue=0,0281) pada pasien hemodialisis dengan dan tanpa diabetes mellitus. Kesimpulannya, ada perbedaan antara IMT, kadar hemoglobin, albumin, ureum, dan kreatinin pada pasien hemodialisis dengan dan tanpa diabetes mellitus.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 51-62
Author(s):  
Yuni Sapto Edhy Rahayu

Diabetes melitus (DM) merupakan kondisi hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik yang  seringkali menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.  Kejadian DM tipe 2 dalam beberapa dekade terakhir, cenderung  mengalami peningkatan, bahkan dipekirakan bisa mencapai 552 juta penderita pada tahun 2030. Peningkatan jumlah penderita DM berkaitan dengan beberapa faktor antara lain kurangnya aktifitas fisik, hipertensi, dislipidemi,  diet tidak sehat, umur ≥ 45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir > 4000  gr, riwayat DM gestasional, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg) dan riwayat keluarga dengan DM (first degree relative). Kasus Diabetes Melitus di Kabupaten Cilacap cukup tinggi dengan penyebaran kasus DM tipe II di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah I. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik faktor risiko yang dimiliki oleh pralansia di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah 1 yang meliputi faktor aktivitas fisik, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, riwayat keluarga DM, dan pola makan. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah clautser random sampling, dengan besar sampel 90 orang. Analisis data menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42% pralansia kurang aktivitas olahraga, 20 % memiliki riwayat keluaga DM, 37% memiliki riwayat hipertensi, 49% mengalami overweight, dan 100 % pola makan kurang sehat. Secara keseluruhan jumlah pralansia yang memiliki 3 atau lebih faktor risiko mencapai 91 % bahkan yang memiliki 5 atau lebih faktor risiko ada 23.3%.


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Reny Chaidir ◽  
Ade Sry Wahyuni ◽  
Deni Wahyu Furkhani

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan <em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan </span><em style="font-size: 10px;">cross sectional </em><span style="font-size: 10px;">yang dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik </span><em style="font-size: 10px;">simple random sampling</em><span style="font-size: 10px;">. Pengumpulan data menggunakan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) </em><span style="font-size: 10px;">dan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory</em><span style="font-size: 10px;">. Hasil penelitian ini menggunakan uji </span><em style="font-size: 10px;">product moment </em><span style="font-size: 10px;">(</span><em style="font-size: 10px;">pearson correlation</em><span style="font-size: 10px;">), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.</span>


2015 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 277
Author(s):  
Rikawarastuti Rikawarastuti ◽  
Eka Anggreni ◽  
Ngatemi Ngatemi

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia (60%). Diabetes melitus merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan diabetes melitus terhadap tingkat keparahan jaringan periodontal. Jenis penelitian observasional analitik potong lintang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan pada bulan Oktober - November 2014 dengan populasi penelitian adalah pengunjung Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 122 orang. Status diabetes melitus didapat dari rekam medis poli penyakit tidak menular. Analisis data menggunakan kai kuadrat dan regresi logistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita diabetes melitus usia > 50 tahun mengalami kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah dibandingkan penderita diabetes melitus ≤ 50 tahun. Kelompok diabetes melitus berisiko 3,5 kali mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan kelompok nondiabetes melitus, OR = 3,505 (1,609 – 7,634), nilai p = 0,002. Kelompok diabetes melitus tidak terkendali berisiko 2,5 kali mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan kelompok diabetes melitus terkendali, nilai OR = 2,514 (0,892 – 7,085), nilai p = 0,12 disebabkan ukuran sampel terlalu kecil. Penderita diabetes melitus lebih berisiko mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan dengan nondiabetes melitus. Pada diabetes melitus tidak terkendali, risiko penyakit periodontal semakin tinggi. Diabetes Melitus and Severity of Periodontal TissuePeriodontal disease is a teeth and oral health problem, with a quite high prevalence in Indonesia (66%). Diabetes mellitus one of predisposing factors of periodontal occurence. This study aimed to analyze relation between diabetes mellitus and the severity of periodontal tissue. The study was observational analytic study with cross-sectional design. The study was conducted in Jagakarsa District Primary Health Care of South Jakarta on October to November 2014 with the primary health care visitors as population. Sample was taken using simple random sampling as much as 122 respondents. Diabetes mellitus status was identified from the non-infectious disease medical record. Data analysis used chi-square and simple logistic regression. Results showed proportion of diabetes mellitus patients > 50 years suffered periodontal tissue damage more severe than ≤ 50 years old patients. Diabetes mellitus group had 3.5 times risk of suffering severe periodontal tissue than nondiabetes mellitus group, OR = 3.505 (1.609 - 7.634), p value = 0.002. Uncontrolled diabetes mellitus group had 2.5 times risk of suffering severe periodontal tissue than controlled diabetes mellitus group, OR = 2.514 (0.892 - 7.085), p value = 0.12 due too small size of sample. Diabetes mellitus sample patients were more risky to suffer severe periodontal tissue than nondiabetes mellitus patients. On uncontrolled diabetes mellitus, the risk of periodontal disease was getting higher.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 14-21
Author(s):  
Zul Adhayani Arda ◽  
Sunarti Hanapi ◽  
Yeni Paramata ◽  
Abdul Rahmat Ngobuto

Kualitas hidup adalah penilaian subjektif seseorang melalui pengalaman terhadap sesuatu yang telah dialaminya dalam kehidupan. Salah satu yang banyak menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat adalah penyakit, seperti Diabetes Melitus (DM) yang banyak diderita oleh masarakat saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kualitas hidup pada penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 313 responden, yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Analisa data secara univariat dan bivariat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai Januari 2019. Hasil penelitian univariat menunjukkan proporsi responden dengan kualitas hidup tinggi sebesar 44,7%. Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan tingkat pendidikan (p=0.000), status pekerjaan (p=0.000), status ekonomi (p=0.000) dan lama menderita (p=0.000) dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus. Tidak ada hubungan umur (p=0.676) dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus. Untuk itu, diharapkan kepada petugas kesehatan dan masyarakat agar lebih meningkatkan perhatian pada penderita Diabetes Melitus terutama bagi yang telah cukup lama menderita DM.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Nove Lestari

Lansia dengan diabetes mellitus menyebabkan masalah bagi orang tua dan beban pada keluarga. Sistem bantuan yang diberikan kepada lansia membutuhkan dukungan untuk perawatan diri dengan pembelajaran melalui Sistem Pendukung yang Mendukung dengan model edukatif yang mendukung yang merupakan aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai dengan senam diabetes mellitus pada lansia untuk menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan model edukatif suportif terhadap senam diabetes mellitus pada lansia dengan diabetes mellitus di Desa Lansia Posyandu Sumberbendo. Desain penelitian ini menggunakan one-shot case sebagai untuk variabel independen Pendukung Edukatif, sedangkan variabel dependen Diabetes melitus Senam. Populasi penelitian ini sebanyak 20 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling mendapat sampel sebanyak 7 responden. Analisis data menggunakan statistik Chi-Square. Implementasi model edukatif suportif pada pelaksanaan senam diabetes mellitus yang melakukan senam dengan kategori sebanyak 7 responden dengan presentasi 100%. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,008) <a (0,05). Jadi disimpulkan model edukatif suportif yang efektif terhadap senam diabetes mellitus pada lansia yang menderita diabetes mellitus di Desa Lansia Posyandu Sumberbendo. Diharapkan lansia dapat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan kesehatan, terutama pada penderita diabetes mellitus agar aktif dan kooperatif dalam kegiatan kesehatan yang dilakukan lembaga lain dan dapat memberikan motivasi untuk melakukan senam diabetes mellitus secara teratur pada lansia yang menderita diabetes mellitus dan menerapkanmodel edukatif suportifdi Posyandu Lansia. Sehingga para lansia dapat bertukar pikiran dengan para lansia dalam satu kelompok.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Susanti Susanti

ABSTRAK Penderita Diabetes Mellitus (DM) berisiko mengalami penurunan sensitivitas pada kaki. Kebiasaan maupun perilaku penderita seperti kurang menjaga kebersihan kaki dan tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas akan beresiko terjadi perlukaan pada daerah kaki. Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat memicu dilakukannya tindakan amputasi kaki.  Tujuan penelitian untuk menganalisis Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Leg Sensitivity Monofilament Test pada penderita Diabetes Melitus di Wilayah Posyandu Lansia Endrosono Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode pre-experiment designs dengan rancangan yang digunakan yaitu one group pretest-postest dengan sample 54 responden lansia di Posyandu Lansia Endrosono Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya diambil menggunakan tehnik sampling Simple Random Sampling. Pengukuran Leg Sensitivity dipeoleh dari observasi menggunakan Monofilament Test. Data dianalisis menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkan p value = 0,008 pada kaki kanan dan p value = 0,003 pada kaki kiri dengan α=0,05 (p< α). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh antara senam kaki diabetes dengan leg sensitivity monofilament test (H0 diterima, H1 ditolak). Implikasi hasil penelitian bahwa senam kaki diabetes tidak dapat mempengaruhi leg sensitivity monofilament test. sehingga perlu lebih ditingkatkan aktivitasnya sehari-harinya dan melakukan senam kaki diabetes 5-7x perhari. Kata Kunci : Senam Kaki Diabetes, Leg Sensitivity, Monofilament Test   ABSTRACT Patients with Diabetes Mellitus (DM) are risked with Leg Sensitivity decreasing. Patient’s habits or behavior such as less maintaining of their cleanliness and not wearing footwear or slippers will make the risk of them infect their feet increase. If the conditions of further diabetics are not handled properly, it can increase the act of foot amputations.  This research objective is to analyze the effect of Diabetics Foot Exercise against Leg Sensitivity Monofilament Test to patients with Diabetes Mellitus in Posyandu Lansia Endorsono Surabaya. This research is using pre-experiment designs methods and the design used is one group pretest-posttest with 54 elderly respondents from Posyandu Lansia Endorsono Wonokusumo Village, Semampir sub-district, Surabaya as sample and using Simple Random Sampling as the sampling technique. Leg sensitivity measuring is collected from Monofilament Test observation. The Data are analyzed by SPSS 16.0 program and using Mc. Nemar obtained p value = 0,008 for the right foot and p value = 0,003 for the left foot α=0,05 (p< α). It means that there is no effect between Diabetic Foot Exercise with the Leg Sensitivity Monofilament test (H0 is approved, H1 is disapproved). The implication of the research is that Diabetic Foot Exercise cannot be affecting Leg Sensitivity Monofilament Sensitivity Test. As the result patients with diabetes mellitus need to increase their daily activity and do the Diabetic Foot Exercise 5-7 times per-day. Key words: Diabetic Foot Exercise, Leg Sensitivity, Monofilament Test


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77-82
Author(s):  
Difran Nobel Bistara ◽  
Chilyatiz Zahroh ◽  
Erika Martining Wardani

P ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama, pembiayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalansi diabetes milletus juga meningkat. Keharusan penderita diabetes mellitus dalam mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam tubuh tetap seimbang dapat mengakibatkan mereka rentan terhadap stress. Stress pada penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan tingkat stress dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 45 responden penderita Diabetes Melitus di wilayah RW 7 Kelurahan Simokerto Kecamatan Simkerto Surabaya yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengukuran tingkat stress menggunakan kuesionar. Kadar gula darah diperoleh dari observasi menggunakan glucometer secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil uji korelasi spearman rank didapatkan nilai p=0,00 dan r=0,909. Hal ini semakin tinggi tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi pula nilai kadar gula darah. Saran untuk peniliti selanjutnya adalah dapat meniliti factor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah, serta untuk melakukan observasi perilaku stress agar hasil lebih valid.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 089-094
Author(s):  
Siti Syarifah ◽  
Setiyo Adi Nugroho ◽  
Ahmad Kholid Fauzi ◽  
Zainal Munir ◽  
Abdul Hamid Wahid

Spiritual merupakan salah satu faktor penting Untuk meningkatkan pemantauan diri bagi pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Tingkat spiritualitas yang tinggi dapat mempengaruhi kognisi manusia untuk berpikir positif. Pasien dengan diabetes dua kali lebih beresiko mengalami status kecemasan, depresi dan masalah psikologis yang serius. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring pada Klien DM tipe 2. Desain dalam penelitian adalah cross sectional, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan dan selanjutnya menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan data pengukuran variabel korelasi yang terjadi pada objek penelitian secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan, dengan jumlah sampel 110 responden, Variabel bebas dalam penelitian ini Spiritual Coping dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Self Monitoring. dengan, Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara Probability Sampling, yaitu dengan cara simple random sampling yang mana jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan (P=0,002<0,05 )  antara hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring. Kesimpulannya: tedapat hubungan Spiritual Coping Dengan Self Monitoring Pada Klien Diabetes Mellitus tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo. Spiritual is one of the important factors to increase self-monitoring for Type 2 Diabetes Mellitus patients. High spiritual level can influence human cognition to think positively. Patients with diabetes are twice as likely to experience anxiety, depression, and serious psychological problems. Objective: this study is to determine the relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on DM type 2 clients. The design in this study is cross sectional, namely research that aims to describe or describe a situation and then explain a situation through collecting data that measures the correlation variable that occurs on the research object simultaneously or simultaneously, with a sample of 110 respondents. The independent variable in this study is Spiritual Coping and the dependent variable in this study is Self Monitoring. with, the sampling technique is done by Probability Sampling, namely by means of simple random sampling which is the simplest type of probability. To achieve this sampling, each element is chosen randomly. The results showed a significant relationship (P = 0.002 <0.05) between the relationship of Spiritual Coping with Self Monitoring. In conclusion: there is a relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on Type 2 Diabetes Mellitus Clients in the Internal Medicine Clinic at Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo Hospital.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document