scholarly journals ANALISIS EFISIENSI KINERJA RANTAI PASOK IKAN TUNA PADA CV. TUAH BAHARI DAN PT. NAGATA PRIMA TUNA DI BANDA ACEH

Author(s):  
Teuku Athaillah ◽  
Ahmad Humam Hamid ◽  
. Indra

<p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong><strong><em></em></strong></p><p class="Abstractisi">Tuna fish is one of the easily perishable consumed food. Therefore before it reaches the consumers a well-designed and well-prepared supply management system is required The objectives of the research are to analyze the product, financial and information flows of tuna fish chain of supply in Banda Aceh through analyzing the performance efficiency of tuna fish supply chain performance at CV Tuah Bahari and PT Nagata Prima Tuna in Banda Aceh. Descriptive analysis is the method used to analyze the product, financial and information flows. Supply Chain Operation Reference (SCOR).  Is the method used to measure the supply chain performance efficiency. SCOR preceded with hierarchy preparation based on the SCOR process, i.e. plan, source, make, delivery and return with common dimensions i.e. reliability, responsiveness, flexibility, cost and asset.  The supply chain performance efficiency measurement in this research is also supported by the Analytical Hierarchy Process  (AHP) and  Objective Matrix (OMAX) methods  The result of the research pointed out that the tuna fish product and information flow at CV Tuah Bahari and PT Nagata Prima Tuna is not optimal yet, while the financial flow is optimal. In the outcome of CV Tuah Bahari performance efficiency, 4 KPI (Key Performance Indicator) is at Poor category, while at PT Nagata Prima 9 KPI are categorized as Poor. The total performance value of the company is at Average category, with total index value of 62.9 and PT Nagata Prima Tuna 52.7.   </p><p class="TubuhTulisanAll"><strong><em>Keywords:</em></strong><strong><em> </em></strong><em>performance efficiency, SCOR, supply chain, tuna fish</em></p><p class="TubuhTulisanAll" align="center"><strong> </strong></p><p class="TubuhTulisanAll" align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p class="Abstrakisi">Ikan tuna tergolong bahan pangan yang memiliki karakteristik mudah rusak. Oleh karena itu, untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aliran produk, aliran keuangan dan aliran  informasi pada rantai  pasok ikan tuna di Banda Aceh, dengan menganalisis efisiensi kinerja rantai  pasok ikan tuna pada CV. Tuah Bahari dan PT Nagata Prima Tuna di Banda Aceh. Metode yang digunakan untuk menganalisis aliran produk, aliran keuangan, dan aliran informasi adalah analisis deskriptif. Metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja rantai pasok adalah <em>Supply</em> <em>Chain</em> <em>Operation</em> <em>Reference</em> (SCOR). SCOR diawali dengan pembuatan hierarki awal yang didasarkan pada proses dalam SCOR, yaitu <em>plan, source, make, delivery,</em> dan <em>return</em> dengan dimensi umum, yaitu <em>reliability, responsiveness, flexibility, cost, </em>dan<em> asset</em>. Pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok dalam penelitian ini juga didukung dengan metode<em> Analytical Hierarchy Process  </em>(AHP)<em> </em>dan<em> Objective Matrix</em> (OMAX)<em>. </em>Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran produk dan aliran informasi rantai pasok ikan tuna di CV. Tuah Bahari dan PT. Nagata Prima Tuna belum optimal, sedangkan aliran keuangan sudah optimal. Hasil pengukuran efisiensi kinerja CV. Tuah Bahari, 4 KPI (<em>Key Performance Indicator</em>)<em> </em>berada pada kategori <em>Poor,</em> sementara pada PT Nagata Prima Tuna terdapat 9 KPI berada pada kategori <em>Poor</em>. Total nilai performansi kedua perusahaan berada pada katagori<em> Average</em>, dengan nilai Index Total CV. Tuah Bahari 62.9 dan PT. Nagata Prima Tuna 52.7.</p><strong>Kata kunci:</strong> efisiensi kinerja, <em>SCOR,</em><em> </em>rantai pasok, ikan tuna

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Joko Hardono

Pengukuran kinerja Supply Chain PT. XYZ hanya melihat dari produktivitas perusahaan. Produktivitas hanya mampu mengukur kinerja proses internal, pada proses internal dalam satu hubungan rantai pasok. Perusahaan perlu merancang model pengukuran kinerja supply chain secara keseluruhan dan terintegrasi dalam suatu hubungan kausal, mulai dari pemasok, proses internal kepada pelanggan, untuk mengetahui efektivitas perusahaan rantai pasokan. balanced scorecard memenuhi perspektif yang diperlukan. Model balanced scorecard digunakan sebagai kerangka kerja untuk merancang Key Performance Indicator (KPI) dari kinerja supply chain PT. XYZ. KPI adalah desain berdasarkan 4 perspektif, yaitu: proses internal, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif keuangan. Pembobotan untuk menentukan prioritas antara perspektif dan KPI dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari analisis dihasilkan 20 KPI. perspektif proses internal yang berisi 9 KPI dengan berat total 21,0%, perspektif pelanggan berisi 6 KPI dengan berat total 42,6%, Belajar dan perspektif pertumbuhan berisi 4 KPI dengan berat total 17,5%, perspektif Pemegang Saham mengandung 1 KPI dengan total berat 19,0. Kata kunci: Key Performance Indicator, Supply Chain, Balanced Scorecard, Analytical Hierarchy proceses


Author(s):  
Misra Hartati Hartati

PT. Asia Forestama Raya (AFR) adalah perusahaan yang memproduksi plywood (kayu lapis). Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan antara lain, keterlambatan bahan baku, jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan permintaan, dan keterlambatan pengiriman produk. Dengan permasalahan yang terjadi di sepanjang aliran supply chain perlu dilakukan pengukuran kinerja aliran supply chain menggunakan metode Supply chain Operation Reference (SCOR). Pengukuran dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu identifikasi matrik SCOR, verifikasi Key Performance Indicator (KPI) dengan menyebarkan kuesioner indikator, perhitungan nilai normalisasi (skor), pembobotan KPI menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menyebarkan kuesioner AHP. Nilai kinerja aliran supply chain yang didapatkan adalah 73,33 dengan kategori Good, dimana kinerja terendah terdapat pada proses source yaitu 69,29 dengan kategori Average.


2018 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Ratih Ardia Sari ◽  
Rahmi Yuniarti ◽  
Farida Risqi Nur Safitri

Performance measurement is done to measure the achievement of the company. Performance is made to know the company is reaching its target. In this research, the company's performance in the field of electrical contractor is measured. Key Performance Indicator (KPI) used from the perspective of the organization, process, and staff. Weighting KPI using Analytical Hierarchy Process. Objective Matrix and Traffic Light System are used for the scoring system. The results showed that from 23 KPI got 9 KPI is in the red zone, 10 in the yellow zone and the rest in the green zone. From these results then the company needs improvement to improve performance.


JUMINTEN ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (5) ◽  
pp. 109-120
Author(s):  
Muhammad Trisyadi Waluya Jati ◽  
Dira Ernawati ◽  
Nur Rahmawati

Kinerja adalah suatu aspek yang bisa diukur sebagai acuan dan harapan bagi instansi, organisasi dan perusahaan. DI PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur dan beberapa tahun ini perusahaan mengalami beberapa permasalahan pada proses rantai pasok, mulai dari keterlambatan pengiriman ke beberapa toko material, produk cacat, dan menumpuknya stok yang ada di gudang. Itu bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu, proses pegiriman produk, proses produksi, SDM (sumber daya manusia) dan proses yang ada kaitannya dengan supply chain mulai dari proses awal sampai akhir pengiriman. Oleh karena itu perlunya analisis kinerja perusahaan di bagian beberapa departemen yang berhubungan dengan rantai pasok dan dianalisa untuk mengetahui kinerja pada proses supply chain. Metode penelitian yang digunakan ialah SCOR model (Supply chain Operation Reference) dan AHP (Analitical hierarchy process) dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja rantai pasok dan diperlukan key performance indicator (KPI) yang spesifik agar jadi acuan yang jelas dalam mengukur rantai pasok. Berdasarkan perhitungan dari SCOR model diperoleh nilai masing–masing attribut yaitu: Reliability dengan nilai 17,39, Responsiveness 22.98, Agility 11,76, Cost 7,15 dan Asset Management dengan nilai 7,16. Total nilai Performansi SCOR yang didapatkan perusahaan berada pada kategori Average dengan nilai 66,44.


Jurnal PASTI ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Bismar Maulani ◽  
Sawarni Hasibuan

Pelarangan beroperasinya industri asbes di beberapa Negara Barat menyebabkan perlunya perusahaan-perusahaan asbes mendisain ulang system manajemen kinerjanya yang mengintegrasikan aspek safety yang lebih ketat.  Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard yang diintegrasikan dengan safety pada kasus perusahaan atap asbestos di Indonesia. Langkah dalam melakukan penelitian ini adalah identifikasi sasaran strategis, identifikasi key performance indicator (KPI), merancang safety balanced scorecard, dan melakukan pengukuran kinerja. Pembobotan KPI dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP).  Hasil rancangan safety balanced scorecard menghasilkan bobot sebesar 34,6% untuk perspektif learning & growth, 32% untuk perspektif internal business process, 19,2% untuk perspektif customer, dan 14,2% untuk perspektif financial.  Hasil pengukuran kinerja perusahaan asbestos menunjukkan skor kinerja tertinggi pada internal business process dengan skor 1,233, disusul learning & growth dengan skor 1,180, customer dengan skor 0,685, dan financial dengan skor 0,470. Hasil pengukuran total kinerja pada empat perspektif tersebut sebesar 3,567 yang menunjukkan bahwa kinerja safety BSC perusahaan atap asbestos masuk dalam kategori cukup.


2019 ◽  
Vol 7 ◽  
Author(s):  
Muhammad Saadillah Mursyid ◽  
Hana Catur Wahyuni

This study uses the Supply Chain Operation Reference (SCOR) and Analytical Hierarchy Process(AHP) methods. From the result of research using Supply Chain Operation Reference (SCOR) method and Analytical Hierarchy Process (AHP) produced 27 KPI where for plan perspective there are 4 KPI consisting of reliability 2 KPI, responsiveness 2 KPI. For a source perspective there are 8 KPI consisting of reliability 4 KPI, responsiveness 2 KPI, Flexibility 2 KPI. Make perspective there are 7 KPI consisting of reliability 3 KPI, responsiveness 2 KPI, flexibility 2 KPI. For a delivery perspective there are 5 KPIs that consist of 3 KPI reliability, 2 KPI responsiveness. Then for the return perspective there are 4 KPI consisting of 2 KPI reliability, 2 KPI responsiveness. Then with the Analytical Hierarchy Process (AHP) method produced a delivery perspective is the perspective with the highest level of importance on the supply chain performance of PT. MSM. With the results of this performance measurement can be used as a benchmark for the company to get optimal performance.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Okianadila Safira Widodo ◽  
Wahyuda Wahyuda ◽  
Yudi Sukmono

Sistem tenaga listrik di Kalimantan Timur terdiri dari 3 sistem yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi. Konsumsi listrik di wilayah Kalimantan sejak tahun 2017 hingga 2018 meningkat sebesar 21,29% sehingga terdapat perubahan pembebanan listrik pada sistem pembangkit. Unit Pelaksana Pengendalian dan Pembangkitan (UPDK) Mahakam belum mempunyai KPI yang fokus pada supply chain listrik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja supply chain dengan merancang KPI, mengetahui kondisi kinerja supply chain, dan KPI yang tidak mencapai target. Metode yang digunakan yaitu SCOR (Supply Chain Operations Reference) 11,0, AHP (Analtycal Hierarchy Process), OMAX (Objective Matrix), dan TLS (Traffic Light System). Terdapat 28 aktivitas yang mempengaruhi kinerja supply chain dan 52 rancangan Key Performance Indicator (KPI) dari penjabaran 28 aktivitas yaitu 19 KPI plan, 9 KPI source, 7 KPI make, 2 KPI deliver, 1 KPI return, dan 14 KPI enable. Proses plan memiliki bobot tertinggi dan return menjadi bobot terendah. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan kondisi kinerja meningkat dari periode sebelumnya. Terdapat 5 KPI yang tidak mencapai target UPDK Mahakam dan memerlukan perbaikan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 40-55
Author(s):  
Bambang Setiawan ◽  
Hasbulah

ABSTRAK – Performance Prism telah diimplemetasikan pada berbagai bidang usaha, karena termasuk metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu, kajian literatur secara sistematis diperlukan, untuk memberi informasi kepada penelitian-penelitian selanjutnya mengenai implementasi Performance Prism yang telah dilakukan. Literatur yang diidentifikasi meliputi 36 jurnal nasional dan 4 jurnal internasional dari Indonesia, dengan rentang publikasi dari tahun 2011 hingga 2020. Implementasi Performance Prism yang ditemukan, didominasi pada Industri makanan, apparel, dan bahan konstruksi, serta jasa penyedia air baku dan pelayanan kesehatan. Selain itu, Performance Prism diimplemetasikan pula pada Lembaga pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama dan Perguruan Tinggi. Implementasi Performance Prism dalam literatur yang ditemukan, diintegrasikan dengan 4 metode lain yang dominan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP), Objective Matrix (OMAX), Traffic Light System (TLS), serta Strengths, Weaknesses, Opportunities, & Threats (SWOT). Manfaat implementasi Performance Prism dari literatur yang ditemukan, terdiri dari pengukuran tingkat kepentingan perspektif stakeholder dan performance indicator, serta penentuan Key Performance Indicator dan pengukuran kinerja perusahaan.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 136-152
Author(s):  
Dwi Nurma Heitasari ◽  
Ibnu Lukman Pratama ◽  
Melda Anggra Puspita

PT. X (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa logistik dalam sektor energi. Salah satu pelayanan jasa logistik PT. X (Persero) adalah penyediaan penyewaan jasa fasilitas midstream supply chain untuk produk Liquefied Natural Gas (LNG). Guna menciptakan supply chain logistik energi yang efisien, pengukuran produktivitas Supply Chain Management (SCM) tentu menjadi komponen yang sangat fundamental. Dalam rangka mendukung proses tersebut, dilakukan scoring system dengan metode Objective Matrix (OMAX) dan pembobotan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Parameter pengukuran produktivitas SCM yang digunakan adalah empat proses inti dalam Supply Chain Operations Reference (SCOR), yakni plan, source, make, dan deliver, serta 16 Key Performance Indicators (KPI) perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks produktivitas untuk proses inti plan dan deliver pada tahun 2019 telah mencapai target yang ditetapkan dengan angka pencapaian 1000%. Sementara untuk proses inti source dan make, terjadi fluktuasi indeks produktivitas yang signifikan karena adanya beberapa pencapaian KPI yang menyimpang. Sehingga, dalam penelitian ini, dilakukan penelusuran sebab akibat terjadinya permasalahan, serta pemberian rekomendasi terkait upaya peningkatan dengan penyusunan fishbone diagram berdasarkan pendekatan manpower, machine, mother nature, material, method, dan measurement. Kata Kunci: Produktivitas, Supply Chain, Performance Indicators


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document