scholarly journals STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN MANGROVE DI KUPANG

2020 ◽  
Vol 12 (3) ◽  
pp. 875-884
Author(s):  
Anggreini D.N. Rupidara ◽  
Wilson L. Tisera ◽  
Mellissa E. S. Ledo

Studi etnobotani berguna untuk menganalisis pemanfaatan jenis dan bagian tumbuhan mangrove secara kuantitatif berdasarkan indeks signifikansi budaya (Index of Cultural Significance) masyarakat pesisir. Penelitian dilakukan di area mangrove Taman Wisata Mangrove Kelurahan Oesapa, Pantai Manikin, Pantai Sulamanda Desa Mata Air, Desa Kelapa Tinggi di Kelurahan Tarus, Desa Oebelo dan Desa Pariti. Pengumpulan data menggunakan metode survei lapangan, observasi dan teknik wawancara semi-terstruktur tentang tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan terhadap masyarakat yang ada di sekitar hutan mangrove. Hasil wawancara diperoleh bahwa terdapat 6 (enam) spesies mangrove major, yakni: Avicennia marina, Sonneratia alba, Bruguiera parviflora, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, dan R. mucronata, dan 1 (satu) spesies mangrove asosiasi, yakni Nypa fruticans. Berdasarkan nilai Indeks Signifikansi Budaya (ICS), R. mucronata memiliki nilai ICS tertinggi (708), yaitu sebagai indikator lingkungan (340) dan bahan bangunan (320). A. marina, nilai ICS 114, terutama pemanfaatannya untuk bahan obat (108), dan S. alba bernilai ICS 54, terutama sebagai  pengganti sirih (12). Mangrove digunakan sebagai indikator lingkungan, kayu bakar, bahan bangunan, bahan obat, kegiatan pertanian, berkaitan dengan mitos, pengganti sirih, pembuatan garam, bahan perahu, pembuatan sirup dan pakan ternak.

2020 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 416-422
Author(s):  
Raditya Rizki Ananta ◽  
Nirwani Soenardjo ◽  
Rini Pramesti

ABSTRAK: Ekosistem mangrove adalah komunitas tumbuhan tropis yang berada di daerah tepi pantai yang memiliki kemampuan adaptasi pada perairan asin di wilayah intertidal yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Struktur komunitas mangrove merupakan salah satu parameter dalam menentukan kondisi mangrove. Kawasan ekosistem mangrove yang memiliki karakteristik dinamis komposisi jenis mangrove terdapat di Segara Anakan. Akan tetapi memiliki penurunan luasan hutan mangrove. Hal ini adanya beragam faktor kondisi lingkungan di Segara Anakan, sehingga menyebabkan variabilitas mangrove wilayah Segara Anakan berbeda. Namun kondisi terkini belum banyak dilakukan dalam suatu penelitian sehingga dibutuhkan informasi ilmiah terkini untuk mengetahui komposisi jenis mangrove. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penelitian struktur komunitas untuk mengetahui kondisi ekologi mangrove di Segara Anakan. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kondisi struktur komunitas mangrove di muara timur Segara Anakan. Lokasi penelitian berada di muara sungai bagian Timur (Sungai Donan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penentuan titik pengambilan data atau sampel di setiap lokasi dilakukan dengan teknik purposive sampling. Selain itu, digunakan teknik transek kuadrat 10x10 m dan Hemispherical Photography. Hasil penelitian menunjukkan kerapatan pohon sebesar 90,6 /ha. Kerapatan sapling rata-rata bernilai 1023 /ha. Kerapatan seedling bernilai 1746 /ha di Muara Timur. Tutupan kanopi komunitas mangrove memiliki persentase kurang dari 75%. Tinggi dan diameter pohon didapatkan sebesar 5,97 m dan 3,1 cm. Spesies mangrove yang ditemukan di dalam plot berjumlah 10 spesies mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Avicennia alba, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyllacea, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus granatum, Talipariti tiliaceum, dan Nypa fruticans. ABSTRACT: Mangrove ecosystems are communities of tropical plants located on the coast that have the ability to adapt to salty waters in intertidal areas which are affected by tides. Mangrove community structure is one of the parameters in determining mangrove condition. Mangrove ecosystem areas that have dynamic characteristics of mangrove species composition are found in Segara Anakan. However, it has decreased the area of mangrove forests. This is because of various environmental conditions in Segara Anakan, causing variability of mangroves in the Segara Anakan area to be different. However, recent conditions have not been carried out in many studies, so the latest scientific information is needed to determine the species composition of mangroves. To overcome this, a community structure research was conducted to determine the ecological conditions of mangroves in Segara Anakan. The purpose of this study was to describe the condition of the mangrove community structure in the eastern estuary of Segara Anakan. The research location is in the mouth of the eastern river (Donan River). The method used in this research is descriptive method. Determination of data collection points or samples at each location was done by using purposive sampling technique. In addition, the 10x10 m quadratic transect technique and Hemispherical Photography were used. The results showed the tree density was 90.6 ind/ha. Saplingaveraged 1023 ind/ha. The density seedling is 1746 ind/ha in Muara Timur. The canopy cover of the mangrove community has a percentage of less than 75%. The tree height and diameter were 5.97 m and 3.1 cm respectively. There are 10 mangrove species found in the plot, namely Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Avicennia alba, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyllacea, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus granatum, Talipariti tiliaceum, and Nypa fruticans.   


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Eka Yuningsih ◽  
Herni E.I Simbala ◽  
Febby E.F Kandou ◽  
Saroyo Sumarto

AbstrakStudi keanekaragaman dan indeks nilai penting telah dilakukan pada vegetasi mangrove di kawasan Pantai Tanamon dengan menggunakan metode purposive sampling. Ukuran petak ditentukan dengan menggunakan kategori pengelompokan semai (2x2 m2), pancang (5x5 m2), tiang (10x10 m2) dan pohon (20x20 m2). Keanekaragaman vegetasi mangrove di Pantai Tanamon ditentukan dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wienner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman vegetasi tergolong sedang dengan nilai indeks 1,412. Di kawasan Pantai Tanamon terdapat 6 jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans dan Terminalia catappa. Indeks nilai penting tertinggi pada pada X. granatum untuk kategori semai (72,977 %), A. marina untuk kategori pancang (80,357 %), A. marina untuk kategori tiang (91,623 %) dan S. alba untuk kategori pohon (142,191 %).Kata kunci: mangrove, keanekaragaman, PantaiTanamonAbstractA study on the diversity and the importance value index of mangrove vegetation in the area of Tanamon Beach was conducted using purposive sampling method. Plot size was determined using classification category of seedling (2x2 m2), stake (5x5 m2), pole (10x10 m2) and tree (20x20 m2). The diversity of mangrove vegetation in the Tanamon Beach was determined using the diversity index formula of Shannon-Wienner. The results indicated that vegetation diversity was medium and the index value was 1.412. The mangrove vegetation consisted of 6 species, i.e. Avicennia marina, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans and Terminalia catappa. The highest importance-value-index was in the X. granatum seedling (72.977 %), A. marina stake (80.357 %), A. marina pole (91.623 %) and S. alba tree (142.191 %).Keywords: mangrove, diversity, Tanamon Beach


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


2011 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
Author(s):  
Mahmud Mahmud

Vegetasi mangrove merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan telah pustaka. Tujuan penelitian untuk mengetahui vegetasi mangrove yang dipergunakan sebagai bahan makanan pada empat suku yang ada di Papua Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 jenis dari 3 suku vegetasi mangrove yang dimanfaatkan sebagai makanan. Ke-7 jenis tersebut :Bruguiera gymnorrhiza Lam, Ceriops tagal B.Rob, Nypa fruticans Wurmb, Bruquiera parviflora, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba J.Sm, dan Sonneratia avota dari 3 suku Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Arecaceae. Kegunaan vegetasi mangrove sebagai bahan makanan di antaranya: sebagai makanan pokok, rujakan, pengganti pinang, pengganti kelapa, penambah rasa, dan minuman.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Agus Putra A. Samad ◽  
Pitri Agustina ◽  
Mus Herri

Langsa merupakan salah satu kota pesisir Aceh yang memiliki kawasan mangrove yang  sangat  potensial.  Kota  ini  memiliki  panjang  garis  pantai  16  km dengan luas kawasan mangrove sebesar 7.837 Ha. Keberadaan mangrove di wilayah ini menjadi aset strategis untuk dikembangkan menjadi basis kegiatan ekonomi untuk memakmurkan masyarakat dan meningkatkan pendapatan  asli  daerah. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melestarikan potensi sumberdaya ekosistem mangrove yang ada di Kota Langsa agar dapat memberikan fungsi ekologis dan ekonomis secara berkesinambungan kepada masyarakat disekitarnya. Kajian ini dilakukan menggunakan metode survei, analisa laboratorium dan observasi lapangan. Hasil pengamatan terhadap komposisi jenis tumbuhan yang terdapat di ekosistem mangrove menunjukkan 8 jenis tumbuhan mangrove yaitu: jenis Avicennia lanata, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Rhizophora apiculata, Rhizophora  mucronata, Sonneratia Caseolaris dan Xylocarpus granatum. Nilai rata-rata parameter kualitas air di ekosistem mangrove secara beturut-turut adalah DO (6.3 ppm),salinitas (27 ‰), pH tanah dasar (6.0), pH tanah permukaan (5.08), pH air (7.33), suhu (30 oC) dan kecerahan (5 m).  Perhitungan terhadap nilai manfaat ekosistem mangrove meliputi: 1) Nilai manfaat langsung perikanan tangkap: Rp. 8.710.000.000 per tahun, 2) Nilai manfaat budidaya tambak: Rp. 93.940.000.000,- per tahun, 3) Nilai penahan abrasi dan banjir: Rp. 300.000.000,- per hektar per tahun, 4) Nilai sebagai penyediaan unsur hara: Rp. 28.634.000,- per tahun, 5) Nilai manfaat pilihan: Rp. 210.000.000,- per tahun dan 6) Nilai manfaat keberadaan: Rp. 1.464.493.000,- per tahun.  Nilai keberadaan ekosistem mangrove yang dinilai adalah Nilai Keaslian = 70 % (lebih dari asli), Nilai Keindahan Alam = 74 % (lebih dari indah), Nilai Kenyamanan = 66% (kondisi lebih dari nyaman),  dan Nilai Aspirasi masyarakat = 98 % (sangat didukung masyarakat). Alternatif  pengelolaan  dan  pemanfaatan  ekosistem  mangrove  yang diperkirakan cocok secara ekonomi dan ekologis terdiri dari beberapa kegiatan pilihan yaitu budidaya ikan, udang, tiram dan kepiting, budidaya ikan kerapu dan kakap, pengolahan buah dan daun mangrove, dan pengembangan obyek wisata.


2020 ◽  
Vol 21 (8) ◽  
Author(s):  
AARON FROILAN RAGANAS ◽  
ANNALEE S. HADSALL ◽  
NELSON M. PAMPOLINA ◽  
STEFAN HOTES ◽  
DAMASA B. MAGCALE-MACANDOG

Abstract. Raganas AFM, Hadsall AS, Pampolina NM, Hotes S, Magcale-Macandog DB. 2020. Regeneration capacity and threats to mangrove areas on the southern coast of Oriental Mindoro, Philippines: Implications to mangrove ecosystem rehabilitation. Biodiversitas 21: 3625-3636. Regeneration capacity is important as it determines the fate of an ecosystem. This study assessed six mangrove areas in the southern coast of Oriental Mindoro, Philippines to evaluate their regeneration capacity status. Four mangrove ecotypes were delineated namely seaward, middle, landward and riverine zones at each mangrove ecosystem, where dominant mangrove species were identified and selected for regeneration capacity study. Three subplots measuring 1 x 1 m2 were laid within the five 10 x 10 m2 survey plots established per zone. The juveniles were counted and categorized according to their height classes, using linear regeneration sampling method; where: RCI (≤40 cm) considered seedlings; RCII (41-150 cm) as saplings; and RCIII (151-≤300 cm) as small trees. Potential threats both anthropogenic and natural were determined through key informant interviews. Seven dominant species were identified across ecotypes in all mangrove sites, namely Avicennia marina, Avicennia rumphiana, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, and Xylocarpus granatum. RCI (seedlings) is the most abundant across mangrove sites irrespective of the dominant species. Fishpond operation within the mangrove stand is considered a major threat to the juveniles and most mangrove ecosystems. Therefore, protection and constant monitoring of these mangrove ecosystems are necessary to ensure regeneration success in the future.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Ivandri Viktor Kirauhe ◽  
Ratna Siahaan ◽  
Johanis Julian Pelealu

Abstrak             Penelitian tentang keanekaragaman mangrove berdasarkan fungsi dan manfaat mangrove di Pulau Siau telah dilakukan untuk menganalisis keanekaragaman jenis vegetasi mangrove di Pantai Kapeta dan Pantai Tanaki, Kecamatan Siau Barat Selatan, Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Metode garis berpetak berselang digunakan untuk memperoleh kekayaan dan kelimpahan jenis vegetasi. Garis transek diletakkan secara vertikal dari laut ke daratan sebanyak 3 jalur di tiap stasiun dengan jarak antar jalur sekitar 300 m. Data dianalisis secara deskriptif. Indeks keanekaragaman jenis diketahui berdasarkan Indeks Shannon - Wienner (H’). Pantai Kapeta dan Tanaki memiliki kekayaan jenis mangrove sebanyak 10 jenis dari 9 suku dan kelimpahan jenis sebesar 657 individu. Jenis mangrove yang ditemukan di Kecamatan Siau Barat Selatan yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Croton oblongus, Ficus,  Heritiera littoralis, Intsia bijuga, Ixora talaudensis dan Terminalia catappa. Keanekaragaman jenis mangrove di wilayah penelitian Kecamatan Siau Barat Selatan tergolong rendah dengan indeks H’ sebesar 0,775 yang lebih rendah dari 1. Keanekaragaman mangrove di Pantai Kapeta dan Tanaki juga rendah dengan indeks berturut-turut yaitu 0,654 dan 0,880.Kata Kunci: keanekaragaman mangrove, Pantai Kapeta, Pantai Tanaki, Pulau Siau. Abstract The study on the diversity of mangrove on Siau Island based on the its functions and benefits was conducted to analyze the diversity of mangrove vegetation in Kapeta and Tanaki Beach, District of South West Siau, Sitaro Regency, North Sulawesi. The quadrate line transect method was used to obtain data of species richness and abundance. Three line transects were installed vertically from sea margin to land at each station.  Line spaces were 300 m. Data were analyzed descriptively. Biodiversity index of mangrove was based on  Shannon - Wienner index (H ').  Kapeta Beach and Tanaki Beach had species richness and abundance respectively i.e. 10 species of 9 familes and 657 individu. The mangrove  found in South West Siau District i.e. Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Croton oblongus, Ficus, Heritiera littoralis, Intsia bijuga, Ixora talaudensis and Terminalia catappa. Mangrove diversity in the study area was low (H ' index = 0.775). The diversity of mangrove in Kapeta Beach and Tanaki Beach were also low, i.e.  0.654 and 0.880 respectively.Keywords: mangrove diversity, Kapeta Beach, Tanaki Beach, Siau Island.


2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Supriyanto . ◽  
Indriyanto . ◽  
Afif Bintoro

Mangrove forest in Lampung Mangrove Center (LMC) Margasari village at East Lampung is one area that still has good condition to keep a variety of potential to be explored such as medicinal plants.Purpose of this study was to determine of species, diversity, and functional properties of mangrove plants for medicine.Research conducted in April 2012 in village 12 Translok at Margasari village East Lampung.Data retrieval is using method checkered lines, and interviews with the public, as well as literature.Number of sample plots used 12 pieces.Data were analyzed using the formula density, relative density, frequency, relative frequency, important value index, and diversity index Shannon.Based on the result of the research have been known 7 species of plants as medicine, among others: api-api (Avicennia marina) to cure rheumatism and toothache; jeruju (Acanthus ilicifolius) cure for cancer and diabetic; nipa (Nypa fruticans) medication for asthma and diabetes; bakau (Rhizophora apiculata) for antiseptic; beluntas (Pluchea indica) for body odor; jenu (Derris trifoliata) for a laxative; and tapak kuda (Ipomoea pescaprae) to cure wounds and ulcers.Api-api is a dominant plant and widest spread because it has an important index as value high as 144,24% and frequency 67,5%. Beluntas plant has the highest density of 12.708,33 individual/ha.Mangrove forest Margasari village at village 12 Translok have low diversity, because the calculation of the index obtained values Shannon H’=0, 44. Key words : inventory, mangrove forest, medicinal plant


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 115-125
Author(s):  
Maywa Widiya Pratiwi ◽  
Firman Farid Muhsoni

Kawasan hutan mangrove memiliki keanekaragaman hayati dan biota yang beragam, kawasan ini potensial dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui indeks kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, dan daya dukung pemanfaatan ekowisata mangrove di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Metode pengambilan data mangrove menggunakan transek garis dan plot (Line Transect Plot). Hasil penelitian mendapatkan jenis mangrove di lokasi penelitian adalah Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Aegiceras cornitulatum. Kesesuaian kawasan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata bahari kategori mangrove untuk semua stasiun pada kondisi sesuai bersyarat. Daya dukung kawasan menunjukkan hasil kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi pemanfaatan sebanyak 199 orang per hari, sedangkan untuk per trip sebanyak 25 orang per trip. Daya dukung pemanfaatan dengan mempertimbangkan persentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% maka diperoleh hasil sebanyak 20 orang per hari


2017 ◽  
Vol 8 ◽  
Author(s):  
Tarnnum Mubarak Mulla ◽  
Niranjana Suneel Chavan

<p>The present paper deals with the study of mangrove diversity along different sites of Ratnagiri coast of Maharashtra, India. Height of the plants, Importance Value Index and various indices viz. Simpson’s index, Shannon-weaver index and Margalef index were determined. Maximum height was recorded from Chinchkhari site (8.76 meters). It was observed that the <em>Sonneratia alba, Avicennia marina</em> and <em>Ceriops tagal</em> species showed the highest Importance Value Index from respective sites. Based on ecological indices, Narayanmali site was found to be rich in diversity while other sites are encroached and destructed mostly by anthropogenic activities. The piece of work is significant in comparing the diversity at micro level by monitoring periodically for future programs. </p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document