Vegetasi Mangrove sebagai Bahan Makanan pada Empat Suku di Papua Mangrove Vegetation as Foods amongst Ethnics in Papua

2011 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
Author(s):  
Mahmud Mahmud

Vegetasi mangrove merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan telah pustaka. Tujuan penelitian untuk mengetahui vegetasi mangrove yang dipergunakan sebagai bahan makanan pada empat suku yang ada di Papua Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 jenis dari 3 suku vegetasi mangrove yang dimanfaatkan sebagai makanan. Ke-7 jenis tersebut :Bruguiera gymnorrhiza Lam, Ceriops tagal B.Rob, Nypa fruticans Wurmb, Bruquiera parviflora, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba J.Sm, dan Sonneratia avota dari 3 suku Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Arecaceae. Kegunaan vegetasi mangrove sebagai bahan makanan di antaranya: sebagai makanan pokok, rujakan, pengganti pinang, pengganti kelapa, penambah rasa, dan minuman.

2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Ivandri Viktor Kirauhe ◽  
Ratna Siahaan ◽  
Johanis Julian Pelealu

Abstrak             Penelitian tentang keanekaragaman mangrove berdasarkan fungsi dan manfaat mangrove di Pulau Siau telah dilakukan untuk menganalisis keanekaragaman jenis vegetasi mangrove di Pantai Kapeta dan Pantai Tanaki, Kecamatan Siau Barat Selatan, Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Metode garis berpetak berselang digunakan untuk memperoleh kekayaan dan kelimpahan jenis vegetasi. Garis transek diletakkan secara vertikal dari laut ke daratan sebanyak 3 jalur di tiap stasiun dengan jarak antar jalur sekitar 300 m. Data dianalisis secara deskriptif. Indeks keanekaragaman jenis diketahui berdasarkan Indeks Shannon - Wienner (H’). Pantai Kapeta dan Tanaki memiliki kekayaan jenis mangrove sebanyak 10 jenis dari 9 suku dan kelimpahan jenis sebesar 657 individu. Jenis mangrove yang ditemukan di Kecamatan Siau Barat Selatan yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Croton oblongus, Ficus,  Heritiera littoralis, Intsia bijuga, Ixora talaudensis dan Terminalia catappa. Keanekaragaman jenis mangrove di wilayah penelitian Kecamatan Siau Barat Selatan tergolong rendah dengan indeks H’ sebesar 0,775 yang lebih rendah dari 1. Keanekaragaman mangrove di Pantai Kapeta dan Tanaki juga rendah dengan indeks berturut-turut yaitu 0,654 dan 0,880.Kata Kunci: keanekaragaman mangrove, Pantai Kapeta, Pantai Tanaki, Pulau Siau. Abstract The study on the diversity of mangrove on Siau Island based on the its functions and benefits was conducted to analyze the diversity of mangrove vegetation in Kapeta and Tanaki Beach, District of South West Siau, Sitaro Regency, North Sulawesi. The quadrate line transect method was used to obtain data of species richness and abundance. Three line transects were installed vertically from sea margin to land at each station.  Line spaces were 300 m. Data were analyzed descriptively. Biodiversity index of mangrove was based on  Shannon - Wienner index (H ').  Kapeta Beach and Tanaki Beach had species richness and abundance respectively i.e. 10 species of 9 familes and 657 individu. The mangrove  found in South West Siau District i.e. Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Croton oblongus, Ficus, Heritiera littoralis, Intsia bijuga, Ixora talaudensis and Terminalia catappa. Mangrove diversity in the study area was low (H ' index = 0.775). The diversity of mangrove in Kapeta Beach and Tanaki Beach were also low, i.e.  0.654 and 0.880 respectively.Keywords: mangrove diversity, Kapeta Beach, Tanaki Beach, Siau Island.


2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Ridwan Lasabuda ◽  
Lawrence J. L. Lumingas ◽  
Rose O. S. E. Mantiri

This study aims to analyze the characteristics of mangrove vegetation in Sauk village, Labuan Uki bay, and to know the exploitation activities and the community’s perception on mangrove ecosystem. Mangrove vegetation characteristic data were collected using transect line method in 3 stations, while mangrove utilization and community’s perception data were obtained through field observation, questioners, and structured interviews. Respondent sampling used purposive sampling, and the respondents were representatively selected based on profession background as boat raft fishermen.Results showed that mangroves in Sauk village consisted of 8 species, Avicennia officinalis Aegiceras floridum, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, and S. casiolari. The density level was 689 trees.ha-1 (categorized as rare according to the decree of Living Evironment Minister Numbered 201/2004) and the mean vegetation spread was 95.16 M widely available from 22.70 Ha.People used the mangrove for firewood, building materials, boat frame, fish drying place, net dye material (tree skin), dahannya dibuat wadah bunga buatan, and fishing ground. Some people of the village clear cut the mangroves for boat sailing route, despite violating Indonesian Law numbered 27/ 2007 jo Low numbered 1/2014 concerning coastal area and small islands management.Sixty percent of the respondents understood that mangroves can be cut for various benefits, 40% knew that mangrove area is source of income, 40% as source of firewood, 10% as place where fish lay their eggs, and 10% as coast protection from abrasion.Keyword : mangrove, boat raft fishermen, Sauk village, Labuan Uki bay.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk   menganalisis karaktersitik vegetasi mangrove yang ada di desa Sauk Teluk Labuan Uki dan  mengetahui aktivitas pemanfaatan serta  persepsi masyarakat tentang ekosistem mangrove. Data karakteristik vegetasi  mangrove diambil menggunakan metode transek line  di 3  stasiun. Sedangkan data pemanfaatan mangrove dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, pengisian kuesioner dan wawancara terstruktur. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara representatif berdasarkan latar belakang profesi sebagai nelayan bagan perahuHasil penelitian menggambarkan bahwa mangrove yang ada di  desa Sauk terdiri dari 8  spesies : Avicennia officinalis (api-api), Aegiceras floridum (api-api), Rhizophora apiculata (lolaro), Rhizophora mucronata(lolaro), Rhizophora stylosa (lolaro), Bruguiera gymnorrhiza (ting), Sonneratia alba (lolaro)  dan Sonneratia casiolari (posi-posi). Tingkat kerapatan 689 pohon/ha (kategori jarang sesuai Kepmen Lingkungan Hidup No 201 Tahun 2004). Ketebalan vegetasi mangrove rata2 95,16 meter dari luas yang tersedia 22,70 Ha.Masyarakat memanfaatkan mangrove untuk : sumber kayu bakar, dibuat bahan bangunan, dibuat rangka kapal, tempat menjemur ikan, kulitnya sebagai pewarna jaring, dahannya dibuat wadah bunga buatan, tempat menangkap ikan dan biota air lainnya. Selain itu ada oknum masyarakat desa Sauk yang menebang mangrove untuk membuat lintasan perahu,  dimana kegiatan ini bertentangan dengan UU No.27 Tahun 2007 jo UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil. 60 % responden memahami bahwa mangrove adalah tumbuhan yang bebas ditebang untuk dimanfaatkan berbagai kepentingan. 40 % responden memahami kawasan mangrove adalah sumber pencaharian masyarakat lokal, 40 % responden memahami sebagai sumber untuk mencari kayu bakar, 10 % responden memahami sebagai tempat bertelur ikan, dan 10 % responden memahami sebagai penahan abrasi pantai.Keyword : mangrove, nelayan bagan perahu, desa Sauk, Teluk Labuan Uki


2020 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 416-422
Author(s):  
Raditya Rizki Ananta ◽  
Nirwani Soenardjo ◽  
Rini Pramesti

ABSTRAK: Ekosistem mangrove adalah komunitas tumbuhan tropis yang berada di daerah tepi pantai yang memiliki kemampuan adaptasi pada perairan asin di wilayah intertidal yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Struktur komunitas mangrove merupakan salah satu parameter dalam menentukan kondisi mangrove. Kawasan ekosistem mangrove yang memiliki karakteristik dinamis komposisi jenis mangrove terdapat di Segara Anakan. Akan tetapi memiliki penurunan luasan hutan mangrove. Hal ini adanya beragam faktor kondisi lingkungan di Segara Anakan, sehingga menyebabkan variabilitas mangrove wilayah Segara Anakan berbeda. Namun kondisi terkini belum banyak dilakukan dalam suatu penelitian sehingga dibutuhkan informasi ilmiah terkini untuk mengetahui komposisi jenis mangrove. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penelitian struktur komunitas untuk mengetahui kondisi ekologi mangrove di Segara Anakan. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kondisi struktur komunitas mangrove di muara timur Segara Anakan. Lokasi penelitian berada di muara sungai bagian Timur (Sungai Donan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penentuan titik pengambilan data atau sampel di setiap lokasi dilakukan dengan teknik purposive sampling. Selain itu, digunakan teknik transek kuadrat 10x10 m dan Hemispherical Photography. Hasil penelitian menunjukkan kerapatan pohon sebesar 90,6 /ha. Kerapatan sapling rata-rata bernilai 1023 /ha. Kerapatan seedling bernilai 1746 /ha di Muara Timur. Tutupan kanopi komunitas mangrove memiliki persentase kurang dari 75%. Tinggi dan diameter pohon didapatkan sebesar 5,97 m dan 3,1 cm. Spesies mangrove yang ditemukan di dalam plot berjumlah 10 spesies mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Avicennia alba, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyllacea, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus granatum, Talipariti tiliaceum, dan Nypa fruticans. ABSTRACT: Mangrove ecosystems are communities of tropical plants located on the coast that have the ability to adapt to salty waters in intertidal areas which are affected by tides. Mangrove community structure is one of the parameters in determining mangrove condition. Mangrove ecosystem areas that have dynamic characteristics of mangrove species composition are found in Segara Anakan. However, it has decreased the area of mangrove forests. This is because of various environmental conditions in Segara Anakan, causing variability of mangroves in the Segara Anakan area to be different. However, recent conditions have not been carried out in many studies, so the latest scientific information is needed to determine the species composition of mangroves. To overcome this, a community structure research was conducted to determine the ecological conditions of mangroves in Segara Anakan. The purpose of this study was to describe the condition of the mangrove community structure in the eastern estuary of Segara Anakan. The research location is in the mouth of the eastern river (Donan River). The method used in this research is descriptive method. Determination of data collection points or samples at each location was done by using purposive sampling technique. In addition, the 10x10 m quadratic transect technique and Hemispherical Photography were used. The results showed the tree density was 90.6 ind/ha. Saplingaveraged 1023 ind/ha. The density seedling is 1746 ind/ha in Muara Timur. The canopy cover of the mangrove community has a percentage of less than 75%. The tree height and diameter were 5.97 m and 3.1 cm respectively. There are 10 mangrove species found in the plot, namely Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Avicennia alba, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyllacea, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus granatum, Talipariti tiliaceum, and Nypa fruticans.   


2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 222
Author(s):  
Salim Abubakar ◽  
Riyadi Subur ◽  
Masykhur Abdul Kadir ◽  
Rina Rina ◽  
Adi Noman Susanto ◽  
...  

Mangrove forest is a natural resource typical of tropical coasts, which has multiple benefits with a very broad impact when viewed from social, economic and ecological aspects. Management of natural resources must be very prudent because it takes a long time to be able to recover when damage / extinction has occurred. The purpose of this study was to determine the composition of mangrove species, the structure of mangrove forest vegetation (species density, relative density of species, frequency of species, relative frequency of species, species cover, relative cover of species and important values) and to determine the level of damage. Extraction of mangrove vegetation using the "spot check" method. The transects are drawn perpendicular to the coastline along the mangrove vegetation. The composition of mangrove species were 7 species, namely Rhizophora apiculata, R. stylosa, Bruguirea gymnorrhiza, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum and Aegiceras floridum. In the vegetation structure, the highest density and relative density were found in Rhizophora stylosa and the lowest was Xylocarpus granatum. The highest species and relative frequencies were Rhizophora stylosa, R. apiculata and the lowest were Bruguiera gymnorrhiza. The highest type and closure were Sonneratia alba and the lowest was Ceriops tagal. Meanwhile, the highest importance was in Sonneratia alba and the lowest was Xylocarpus granatum. Overall, the density value of mangrove species on Manomadehe Island is 2796 trees / ha so that the condition of the mangrove forests on Manomadehe Island is still in the good category (very dense).


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Eka Yuningsih ◽  
Herni E.I Simbala ◽  
Febby E.F Kandou ◽  
Saroyo Sumarto

AbstrakStudi keanekaragaman dan indeks nilai penting telah dilakukan pada vegetasi mangrove di kawasan Pantai Tanamon dengan menggunakan metode purposive sampling. Ukuran petak ditentukan dengan menggunakan kategori pengelompokan semai (2x2 m2), pancang (5x5 m2), tiang (10x10 m2) dan pohon (20x20 m2). Keanekaragaman vegetasi mangrove di Pantai Tanamon ditentukan dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wienner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman vegetasi tergolong sedang dengan nilai indeks 1,412. Di kawasan Pantai Tanamon terdapat 6 jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans dan Terminalia catappa. Indeks nilai penting tertinggi pada pada X. granatum untuk kategori semai (72,977 %), A. marina untuk kategori pancang (80,357 %), A. marina untuk kategori tiang (91,623 %) dan S. alba untuk kategori pohon (142,191 %).Kata kunci: mangrove, keanekaragaman, PantaiTanamonAbstractA study on the diversity and the importance value index of mangrove vegetation in the area of Tanamon Beach was conducted using purposive sampling method. Plot size was determined using classification category of seedling (2x2 m2), stake (5x5 m2), pole (10x10 m2) and tree (20x20 m2). The diversity of mangrove vegetation in the Tanamon Beach was determined using the diversity index formula of Shannon-Wienner. The results indicated that vegetation diversity was medium and the index value was 1.412. The mangrove vegetation consisted of 6 species, i.e. Avicennia marina, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans and Terminalia catappa. The highest importance-value-index was in the X. granatum seedling (72.977 %), A. marina stake (80.357 %), A. marina pole (91.623 %) and S. alba tree (142.191 %).Keywords: mangrove, diversity, Tanamon Beach


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 305-318
Author(s):  
Aswin ◽  
Ario Damar ◽  
Gatot Yulianto

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga keberadaannya dapat memperkaya kawasan pesisir dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan luasan dan sebaran ekosistem mangrove dalam kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2020 dan untuk mengetahui kondisi vegetasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2020 di Pulau Tanakeke. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Analisis perubahan luasan ekosistem mangrove dari tahun 2000 sampai 2020 menggunakan metode supervised classification dengan analisis maximum likelihood, sedangkan kondisi vegetasi ekosistem mangrove menggunakan metode analisis indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke dari tahun 2000 sampai 2020 mengalami degradasi seluas -337,41 ha (28,32% dari luas tahun 2000). Pada lokasi penelitian ditemukan 9 jenis mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Phemphis acidula, Lumnitzera racemosa dan Ceriops decandra. Mangrove jenis Rhizophora mucronata memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 192,55%, sementara untuk keanekaragaman jenis secara umum tergolong rendah.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


2018 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Lona Helty Nanlohy ◽  
Azis Maruapey ◽  
Yolanda Malaum

Komposisi jenis merupakan formasi  jenis yang berada pada suatu tempat. Penyebaran vegetasi mangrove membentuk bentuk  khas yaitu membentuk  zonasi sejajar garis pantai. Terdapat zonasi  mangrove tertentu dari mulai arah pantai ke darat. Hal yang menarik adalah bahwa jenis-jenis mangrove yang menempati zona-zona tersebut tidak selalu sama untuk setiap daerah yang diteliti. Hal ini menunjukan adanya banyak faktor yang mengendalikan zonasi vegetasi mangrove.Metode penelitian  yang digunakan adalah penelitian  survey, dengan teknik  sampling sistematik menggunakan metode kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak.Komposisi jenis mengrove di Kampung Gisim Kabupaten Sorong terdiri dari mangrove mayor (mangrove sejati)  sebanyak 5 jenis yaitu Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza,  Bruguiera sexangula,   Ceriops Tagal  dan  Nypa fruticans dan Mangrove  minor  yaitu jenis Xylocarpus granatum. Zonasi pada lokasi penelitian secara umum dibagi menjadi 3 zona, yaitu : zona proximal, zona midle, dan zona distal.  Zona proximal merupakan zona yang berbatasan langsung dengan laut dan merupakan zona dari jenis Rhizophora mucronata  Zona midle adalah zona pertengahan yang terletak diantara darat dan laut, jenis yang berada zona yaitu  jenis  Bruguiera sexangula  Bruguiera gymnorrhiza. Ceriops Tagal dan Xylocarpus granatum dan Zona distal adalah zona yang berada dibelakang zona middle  yaitu jenis  Nypa fruticans.


Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi ekonomi, fisik, dan ekologi. Salah satu wilayah pesisir yang merupakan habitat ekosistem mangove adalah pesisir Kabupaten Muna Barat. Adanya pembangunan berdampak pada pengurangan luas dan kerapatan ekosistem mangrove sehingga mempengaruhi struktur dan status kerapatan ekosistem mangrove. Jumlah spesies mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Muna Barat adalah sepuluh spesies yang terdiri Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Calophyllum inophyllum. Total kerapatan mangrove adalah 752 pohon/ha yang terdiri dari 879 pohon/ha pada stasiun I, 621 pohon/ha pada stasiun II, 687 pohon/ha pada stasiun III, dan 820 pohon/ha pada stasiun IV dengan status kerapatan termasuk pada kategori rendah.


2020 ◽  
Vol 12 (3) ◽  
pp. 875-884
Author(s):  
Anggreini D.N. Rupidara ◽  
Wilson L. Tisera ◽  
Mellissa E. S. Ledo

Studi etnobotani berguna untuk menganalisis pemanfaatan jenis dan bagian tumbuhan mangrove secara kuantitatif berdasarkan indeks signifikansi budaya (Index of Cultural Significance) masyarakat pesisir. Penelitian dilakukan di area mangrove Taman Wisata Mangrove Kelurahan Oesapa, Pantai Manikin, Pantai Sulamanda Desa Mata Air, Desa Kelapa Tinggi di Kelurahan Tarus, Desa Oebelo dan Desa Pariti. Pengumpulan data menggunakan metode survei lapangan, observasi dan teknik wawancara semi-terstruktur tentang tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan terhadap masyarakat yang ada di sekitar hutan mangrove. Hasil wawancara diperoleh bahwa terdapat 6 (enam) spesies mangrove major, yakni: Avicennia marina, Sonneratia alba, Bruguiera parviflora, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, dan R. mucronata, dan 1 (satu) spesies mangrove asosiasi, yakni Nypa fruticans. Berdasarkan nilai Indeks Signifikansi Budaya (ICS), R. mucronata memiliki nilai ICS tertinggi (708), yaitu sebagai indikator lingkungan (340) dan bahan bangunan (320). A. marina, nilai ICS 114, terutama pemanfaatannya untuk bahan obat (108), dan S. alba bernilai ICS 54, terutama sebagai  pengganti sirih (12). Mangrove digunakan sebagai indikator lingkungan, kayu bakar, bahan bangunan, bahan obat, kegiatan pertanian, berkaitan dengan mitos, pengganti sirih, pembuatan garam, bahan perahu, pembuatan sirup dan pakan ternak.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document