scholarly journals STUDI KUALITAS AIR TANAH KOTA MAGELANG AKIBAT DAMPAK LIMBAH DOMESTIK DAN INDUSTRI

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 120
Author(s):  
Muhammad Tri Aji ◽  
Abdul Qadir Jailani

Era milenial ini permasalahan air sebagai sumber kehidupan semakin terasa. Terutama pada air tanah yang menjadi salah satu sumber kehidupan sehari – hari mulai dari aktifitas rumah tangga sampai aktifitas industri. Permasalahan air tanah semakin terasa apabila diiringi dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Kota Magelang merupakan salah satu kota yang perkembangannya tergolong pesat di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan serta pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini mengenai kualitas air tanah di wilayah kota magelang akibat pembuangan limbah domestik dan industri dengan menganalisis parameter fisika (Suhu), parameter kimia (pH, Nitrat, BOD, COD, dan TSS), dan parameter biologi (Total Coliform). Penetapan lokasi penelitian guna pengambilan sampling air dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Analisa parameter kualitas air dapat dilakukan secara in situ dan ex-situ serta nantinya akan di bandingkan dengan baku mutu air PP No.82 tahun 2001 dan Permenkes No. 32 tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter fisika masih dalam kondisi yang baik dengan nilai suhu rata-rata 26,1°C, sedangkan untuk nilai TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid) 3,7 mg/L dan 227,95 mg/L. sedangkan untuk parameter kimia pH menunjukkan nilai yang cukup fluktuatif dan pada beberapa stasiun air tanah bersifat asam dengan nilai dibawah 7. Nilai nitrat pada stasiun penelitian 1,6,7 dan 9 memiliki nilai melebihi ambang batas yang ditetapkan yaitu 10 mg/L. Kemudian untuk nilai BOD (Biological Oxygen Demand) memiliki nilai lebih dari 2 mg/L sebagai syarat masuk kelas 1 mutu air tanah yang aman untuk higine, COD (Chemical Oxygen Demand) mempunyai nilai yang melebihi syarat maksimal yaitu 10 mg/L di semua stasiun penelitian, oleh sebab itu dikatagorikan sebagai pencemaran berat. Nilai total coliform yang melebihi baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi menurut Permenkes No. 32 tahun 2017 sebesar 50 MPN/100ml.kualitas air tanah Kota Magelang dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum dengan catatan penggunannya harus melalui proses pemasakan terlebih dahulu.

Jurnal Ecolab ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 101-109
Author(s):  
Dewi Ratnaningsih ◽  
◽  
Retno Puji Lestari ◽  
Ernawita Nazir

Kualitas air di suatu wilayah yang merupakan salah satu indikator lingkungan dapat dievaluasi menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologi. Indeks Kualitas Air Indonesia (IKA-INA) dapat digunakan untuk menilai kondisi kualitas air secara menyeluruh pada lokasi dan waktu tertentu. IKA-INA dihitung dengan menggunakan sepuluh (10) parameter yaitu pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), NO3, NH3, Total Phosphate (TP) dan fecal coliform. IKA-INA tersebut merupakan indeks kualitas air yang dapat memberikan informasi secara sederhana. Dalam pemanfaatannya, tidak semua data parameter dalam IKA-INA tersebut dapat terpenuhi karena adanya data tidak valid atau data yang hilang. Kajian ini bertujuan untuk memberi alternatif rumusan IKA-INA dengan parameter yang tidak lengkap atau jika tidak semua data dalam parameters tersebut tersedia. Metode yang digunakan dalam menyusun rumusan adalah dengan melakukan koreksi faktor bobot parameter IKA-INA terhadap parameter yang hilang dan nilai Q (nilai sub-indeks). Setelah itu dilakukan uji coba pada nilai baku mutu air dalam Peraturan Pemerintah No. 22/2021 Lampiran VI serta pada data kualitas air sungai yang mewakili kualitas baik dan buruk. Hasil uji coba menunjukkan bahwa bobot parameter terkoreksi dapat digunakan untuk penanganan parameter yang hilang dalam penilaian kualitas air dengan metode IKA-INA. Hasil IKA-INA dengan parameter hilang yang menggunakan bobot terkoreksi dan hasil IKA-INA dengan parameter lengkap mayoritas memberikan status IKA yang tidak berbeda, kecuali untuk parameter fecal coli dan parameter yang mempunyai kadar jauh berbeda terhadap kondisi air secara keseluruhan.


2013 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Gunandjar Gunandjar ◽  
Zainus Salimin ◽  
Sugeng Purnomo ◽  
Ratiko Ratiko

Kegiatan industri nuklir menimbulkan limbah cair organik seperti limbah detergen dari pencucian pakaian kerja, pelarut 30% TBP (tri-n-butyl phosphate) dalam kerosen dari pemurnian ataupun pengambilan uranium dari gagalan fabrikasi elemen bahan bakar, pelarut yang mengandung D2EHPA (di-2-ethyl hexyl phosphoric acid) dan TOPO (trioctyl phospine oxide) dalam kerosin dari pemurnian asam fosfat. Limbah tersebut bersifat bahan berbahaya dan beracun (B-3) serta radioaktif, oleh karena itu limbah tersebut harus diolah sehingga terjadi detoksifikasi B-3 dan dekontaminasi radionuklidanya. Telah dilakukan penelitian proses oksidasi biokimia pengolahan limbah simulasi cair organik radioaktif dari pencucian pakaian kerja menggunakan campuran bakteri mutan aerob bacillus sp, pseudomonas sp, arthrobacter sp, dan aeromonas sp. Limbah berkadar deterjen 1,496 g/L, aktivitas 10-1Ci/m3, dengan COD (Chemical Oxygen Demand) 128, BOD (Biological Oxygen Demand) 68 dan TSS (Total Suspended Solid) 1000 ppm, diolah dengan oksidasi biokimia dengan penambahan bakteri yang diberi nutrisi nitrogen dan fosfor, dan diaerasi. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri mampu menguraikan detergen menjadi karbon dioksida dan air sehingga memenuhi baku mutu air golongan B dengan kadar BOD dan COD berturut-turut berharga 6 dan 0 ppm, diperlukan waktu penguraian 106 jam untuk pemenuhan baku mutu tersebut. Semakin lama waktu proses memberikan kadar padatan total dalam lumpur semakin besar karena biomassa yang terbentuk dari massa koloni bakteri yang hidup dan mati semakin banyak.


WARTA AKAB ◽  
2021 ◽  
Vol 45 (2) ◽  
Author(s):  
Ahmad Zakaria ◽  
Sopian Sauri ◽  
Dian Mira Fadela ◽  
Puspita Sri Ayu Wardhani

Industri pangan menghasilkan air limbah berbahan organik dan padatan tersuspensi maupun terlarut yang tinggi. Salah satu proses pengolahan air limbah yaitu dengan proses koagulasi-flokulasi yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan zat organik yang dapat menyebabkan kekeruhan serta bau dengan penambahan koagulan. Penambahan koagulan pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) tidak dilakukan secara kuantitatif, sehingga perlu dilakukan percobaan dengan metode jar test. Tujuan percobaan untuk mengetahui pH dan dosis optimum serta efisiensi koagulan poly aluminium chloride (PAC) untuk menurunkan kadar chemical oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS), dan total dissolved solid (TDS). Hasil uji parameter COD, TSS, dan TDS dibandingkan dengan Surat Keputusan Gubernur Tingkat 1 Jawa Barat (SK Gub TK 1 Jabar) No. 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kondisi optimum koagulan PAC pada pH air limbah 6–7 dengan dosis koagulan optimum pada (80–90) mg/L. Hasil pengujian parameter TS, TDS, TSS, kekeruhan dan COD berturut-turut memberikan nilai efisiensi sebesar (52,6-57,8)%, (53,9-55,5)%, (52,4-58,1)%, (97,8-99,1)%, dan (71,6–77,1)%. Percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa koagulan PAC mampu menurunkan kadar pada parameter uji dengan nilai efisiensi yang cukup besar.


2009 ◽  
Vol 62-64 ◽  
pp. 774-778 ◽  
Author(s):  
F.A. Aisien ◽  
G.A. Oyakhilomen ◽  
E.T. Aisien

The feasibility of treating brewery effluent using bio-catalysts (enzymes) was investigated. Carbohydrase, lipase, protease and a mixture enzyme made of carbohydrate and lipase were used. Brewery wastewater samples were collected and analyzed for 96 hrs, at intervals of 12 hrs. The physiochemical properties: biological oxygen demand BOD, chemical oxygen demand COD, total suspended solid (TSS), total dissolved solid TDS, pH, phosphorus (PO4), ammonium nitrogen (NH4-N), total hydrocarbon (THC) were determined using APHA standard method of analysis. The concentrations of the physiochemical properties of the brewery effluent decreased with increasing biodegradation time, for the various enzymes used. However, the different enzymes gave different percentage reductions of each of the physiochemical properties. The order of percentage reduction for the enzyme systems is mixed enzyme > carbohydrase > lipase > protease > control. Hence, the mixed enzyme gave the best results of 90%, 90%, 50%, 100%, 91.6% and 100% reductions for COD, BOD, TSS, NH4-N, PO4 and THC, respectively after 96 hrs. of biotreatment. However, the control gave the least percentage reductions of 6.9%, 5.3%, 16.4%, 7.1%, 5.8% and 50.0% for COD, BOD5, TSS, PO4, NH4-N, and THC respectively.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 54-64
Author(s):  
Bekti Palupi ◽  
Istiqomah Rahmawati ◽  
Atiqa Rahmawati ◽  
Gregah Pangayoman Hartono Putro ◽  
Arfian Alwi Firmansyah

Peningkatan jumlah produksi batik memberikan dampak terhadap lingkungan karena limbah cair yang dihasilkan selama proses pembuatan batik. Penggunaan air dalam proses pembuatan batik rata-rata 25-50 m3 per meter kain. Produksi batik di Indonesia sekitar 500 juta meter per tahun sehingga membutuhkan air 25 juta m3 yang setara dengan kebutuhan air bersih untuk 2500 rumah tangga. Persediaan air bersih tersebut menjadi limbah cair batik dengan volume yang besar, warna yang keruh, dan bau yang menyengat. Limbah cair batik memiliki kandungan pH, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi. Solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah(1) penyuluhan mengenai kandungan kimia, dampak dan bahaya limbah industri batik terhadap ligkungan dan kehidupan manusia di sekitar kawasan industri, (2) penyuluhan/sosialisasi metode-metode yang dapat diaplikasikan untuk menangani limbah industri batik, (3) Penyuluhan/sosialisasi penggunaan dan perawatan teknologi tepat guna mesin pengolah limbah batik sebagai solusi mengurangi pencemaran limbah batik pada lingkungan hidup, (4) penyerahan teknologi tepat guna berupa green technology alat pengelolaan limbah batik.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Norinca Sagala ◽  
Maxi Tendean ◽  
Helena Sri Sulastriningsih

Masalah penelitian ini adalah kontribusi limbah domestik terhadap kualitas air sungai Tondano-Sawangan Sulawesi Utara.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kontribusi limbah domestik penduduk di bantaran sungai Sawangan terhadap kualitas air sungai Tondano-Sawangan Sulawesi Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitaf. Teknik pengumpulan data dikumpulkan dari hasil pengambilan sampel di dua lokasi dan perhitungan labolatorium dan dokumentasi yang ada dilapangan. Parameter yang diukur di laboratorium adalah derajat keasaman atau pH, Biochemilcal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), Amoniak, dan Total Coliform.  Hasil penelitian menunjukkan kualitas air Sungai Tondano-Sawangan mengalami penurunan kualitas dari hulu ke hilir yang disebabkan oleh limbah domestik penduduk. Parameter yang dominan memberikan kontribusi nilai indeks pencemar yang tinggi adalah parameter biologi yaitu total coliform. Pencemaran air yang disebabkan oleh kontaminasi limbah toilet merupakan masalah yang cukup serius, dikarenakan adanya potensi penularan penyakit oleh pathogen. Kandungan Total coliform yang terdapat pada air sungai bagian hulu sebesar 24200 MPN/100ml sedangkan bagian hilir sebesar 19900 MPN/100ml, sudah melebihi nilai ambang batas standar baku mutu sesuai Standar Nasional Indonesia. Batas maksimum Cemaran Total Coliform yaitu 3000 MPN/100ml, dengan demikian dapat dikatakan bahwa mutu air sungai Sawangan sudah tidak aman lagi untuk di konsumsi bagi masyarakat, namun untuk kegiatan rekreasi, tambak ikan, dan lain sebagainya masih aman. Parameter lain seperti BOD, COD, pH, TSS, Amonia, masih aman karena berada dibawah standar Baku Mutu.Kata Kunci: Limbah Domestik , Kualitas Air, Pencemaran Air, Baku Mutu


Author(s):  
Samia Sayed Saffan, Gamal Abdel Naserkamel, Abeer Mohammed S

The study compares the effect of floatable and submerged plants on waste water treatment water samples were collected before and after the presence of the studied plants; floating and submerged one. Anatomical studied of some aquatic plant illustrated pollution parts. Germination experiments were carried out on some crops. El-khairy drain locate in El-Behaira governorate with length of 22.4 Km the study was considered in a reach of 8 Km. in water samples were collected seasonally and analyzed for Biological oxygen demand, Chemical oxygen demand, Nitrate, Cadmium, Lead, Cupper, Iron, ammonia, turbidity, total suspended solid and phosphate. All measured parameters were significantly decreased. compared the result of floating plants to that of submerged one illustrated that P-values of floating plants were more significant in Biological oxygen demand, Chemical oxygen demand, Nitrate, Cadmium, Lead, Cupper and Iron where submerged plants were more significant in removing ammonia, turbidity, total suspended solid and phosphate. The anatomical change illustrated heavy deposit of pollutant in plant cells. Germination experiment show significant increase in germination percent in corn, rice, sesame and wheat from low (60, 51.2, 37.5 and 68.33) detected on drain water to high (61, 77.5,45 and 80) in water after pass on aquatic plans.


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 10-19
Author(s):  
Aviandini Galih Hanuranti ◽  
Sulistiya Nengse ◽  
Arqowi Pribadi ◽  
Dyah Ratri Nurmaningsih ◽  
Teguh Taruna Utama

Central Processing Plant (CPP) Gundih merupakan salah satu fasilitas produksi pengolahan gas alam Blok Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Cepu Field dari strukrur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi. Kegiatan utama CPP Gundih terdiri dari kegiatan produksi dan kegiatan operasional. Kegiatan produksi menghasilkan air limbah berupa air terproduksi. Pengolahan air terproduksi terintegrasi dengan sistem dan proses produksi. Sedangkan kegiatan operasional menghasilkan air limbah yang berasal dari kegiatan domestik (perkantoran) oleh 161 pekerja/hari. Kuantitas air limbah domestik 21,896 m3/hari dengan kualitas Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) adalah 9,8 mg/L, 100 mg/L, dan 33 mg/L. Air limbah domestik berupa grey water dan black water saat ini ditampung dalam tangki septik. Air limpasan dari tangki septik dialirkan melalui saluran drainase tanpa pengolahan. Perlu direncanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik yang tepat yaitu menggunakan unit biofilter anaerob-aerob. Biaya yang dibutuhan untuk pembangunan IPAL domestik ini adalah Rp. 13.590.441,80-.


2020 ◽  
Vol 15 (3) ◽  
pp. 70-77
Author(s):  
J.D Bala ◽  
F. A Kuta ◽  
N.U Adabara ◽  
O.P Abioye ◽  
H.S Auta ◽  
...  

Water used for washing carcasses of slaughtered animals and slaughter house is referred to as abattoir wastewater. This study was designed to investigate the microorganisms associated with abattoir wastewater and to establish the biodegradation potential of abattoir wastewater microbiota. Isolation of the microbes was carried out using pour plate technique. The total viable count for the microbes’ ranges from 2.5×104 - 4.6×105 cfu/mL. Results revealed that all the physicochemical parameters exceeded the permissible limits (total dissolved solid (TDS) 1748mg/L, total suspended solid (TSS) 176mg/L, biochemical oxygen demand (BOD5) 91 mg/L and chemical oxygen demand (COD) 227 mg/L). Microorganisms isolated include Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Bacillus anthracis, Aspergillus niger, A. flavus, Mucor sp, Trichophyton quickeanum and Penicillium sp. Some of the microbes were observed to have biodegradation potential by their ability to grow on mineral salt media (MSM) incorporated with starch, cellulose, crude oil, kerosene and diesel as the sole source of carbon and energy. This study suggests that abattoir wastewater harbors microorganisms that could be hazardous to public health when discharged into the environment untreated hence the need for strict monitoring. These microbes isolated could be employed as agent of bioremediation of wastewaters. Key words: Abattoir; Biodegredation; Isolation; Microbiota; Wastewater


2018 ◽  
Vol 67 ◽  
pp. 04006 ◽  
Author(s):  
Irfan Aditya ◽  
Sutrasno Kartohardjono

Wastewater generated from the tofu industry usually still contains high organic pollutants that can contaminate the surface water. Therefore, it should be treated properly before it can be disposed to the environment. This study aims to evaluate the combination of coagulationflocculation and ultrafiltration methods in treating the wastewater from tofu industry. Based on the preliminary tests, the wastewater from tofu industry have pH, total dissolved solid (TDS), total suspended solid (TSS), turbidity and chemical oxygen demand (COD) of 3.4, 870 - 1080 mg/L, 370 mg/L, 446 FAU and 7954 mg/L, respectively. The coagulant and membrane used in this study were Poly aluminum chloride (PAC) and the ceramic membrane, respectively. Experimental results showed that the best pH for coagulation-flocculation process is at pH of 7.0, and this pH was then used for ultrafiltration process. The flux of the ultrafiltration membrane increased with increasing the trans membrane pressure due to increasing driving force. The observed parameters such as TSS and turbidity of wastewater decreased drastically after experiencing ultrafiltration process and met the National Environmental Quality Standard. However, the COD of water produced in the ultrafiltration process was still high and did not meet the National Environmental Quality Standard.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document