scholarly journals Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik Central Processing Plant (CPP) Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Cepu Field

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 10-19
Author(s):  
Aviandini Galih Hanuranti ◽  
Sulistiya Nengse ◽  
Arqowi Pribadi ◽  
Dyah Ratri Nurmaningsih ◽  
Teguh Taruna Utama

Central Processing Plant (CPP) Gundih merupakan salah satu fasilitas produksi pengolahan gas alam Blok Gundih PT. Pertamina EP Asset 4 Cepu Field dari strukrur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi. Kegiatan utama CPP Gundih terdiri dari kegiatan produksi dan kegiatan operasional. Kegiatan produksi menghasilkan air limbah berupa air terproduksi. Pengolahan air terproduksi terintegrasi dengan sistem dan proses produksi. Sedangkan kegiatan operasional menghasilkan air limbah yang berasal dari kegiatan domestik (perkantoran) oleh 161 pekerja/hari. Kuantitas air limbah domestik 21,896 m3/hari dengan kualitas Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) adalah 9,8 mg/L, 100 mg/L, dan 33 mg/L. Air limbah domestik berupa grey water dan black water saat ini ditampung dalam tangki septik. Air limpasan dari tangki septik dialirkan melalui saluran drainase tanpa pengolahan. Perlu direncanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik yang tepat yaitu menggunakan unit biofilter anaerob-aerob. Biaya yang dibutuhan untuk pembangunan IPAL domestik ini adalah Rp. 13.590.441,80-.

Jurnal Ecolab ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 101-109
Author(s):  
Dewi Ratnaningsih ◽  
◽  
Retno Puji Lestari ◽  
Ernawita Nazir

Kualitas air di suatu wilayah yang merupakan salah satu indikator lingkungan dapat dievaluasi menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologi. Indeks Kualitas Air Indonesia (IKA-INA) dapat digunakan untuk menilai kondisi kualitas air secara menyeluruh pada lokasi dan waktu tertentu. IKA-INA dihitung dengan menggunakan sepuluh (10) parameter yaitu pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), NO3, NH3, Total Phosphate (TP) dan fecal coliform. IKA-INA tersebut merupakan indeks kualitas air yang dapat memberikan informasi secara sederhana. Dalam pemanfaatannya, tidak semua data parameter dalam IKA-INA tersebut dapat terpenuhi karena adanya data tidak valid atau data yang hilang. Kajian ini bertujuan untuk memberi alternatif rumusan IKA-INA dengan parameter yang tidak lengkap atau jika tidak semua data dalam parameters tersebut tersedia. Metode yang digunakan dalam menyusun rumusan adalah dengan melakukan koreksi faktor bobot parameter IKA-INA terhadap parameter yang hilang dan nilai Q (nilai sub-indeks). Setelah itu dilakukan uji coba pada nilai baku mutu air dalam Peraturan Pemerintah No. 22/2021 Lampiran VI serta pada data kualitas air sungai yang mewakili kualitas baik dan buruk. Hasil uji coba menunjukkan bahwa bobot parameter terkoreksi dapat digunakan untuk penanganan parameter yang hilang dalam penilaian kualitas air dengan metode IKA-INA. Hasil IKA-INA dengan parameter hilang yang menggunakan bobot terkoreksi dan hasil IKA-INA dengan parameter lengkap mayoritas memberikan status IKA yang tidak berbeda, kecuali untuk parameter fecal coli dan parameter yang mempunyai kadar jauh berbeda terhadap kondisi air secara keseluruhan.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 120
Author(s):  
Muhammad Tri Aji ◽  
Abdul Qadir Jailani

Era milenial ini permasalahan air sebagai sumber kehidupan semakin terasa. Terutama pada air tanah yang menjadi salah satu sumber kehidupan sehari – hari mulai dari aktifitas rumah tangga sampai aktifitas industri. Permasalahan air tanah semakin terasa apabila diiringi dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Kota Magelang merupakan salah satu kota yang perkembangannya tergolong pesat di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan serta pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini mengenai kualitas air tanah di wilayah kota magelang akibat pembuangan limbah domestik dan industri dengan menganalisis parameter fisika (Suhu), parameter kimia (pH, Nitrat, BOD, COD, dan TSS), dan parameter biologi (Total Coliform). Penetapan lokasi penelitian guna pengambilan sampling air dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Analisa parameter kualitas air dapat dilakukan secara in situ dan ex-situ serta nantinya akan di bandingkan dengan baku mutu air PP No.82 tahun 2001 dan Permenkes No. 32 tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter fisika masih dalam kondisi yang baik dengan nilai suhu rata-rata 26,1°C, sedangkan untuk nilai TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid) 3,7 mg/L dan 227,95 mg/L. sedangkan untuk parameter kimia pH menunjukkan nilai yang cukup fluktuatif dan pada beberapa stasiun air tanah bersifat asam dengan nilai dibawah 7. Nilai nitrat pada stasiun penelitian 1,6,7 dan 9 memiliki nilai melebihi ambang batas yang ditetapkan yaitu 10 mg/L. Kemudian untuk nilai BOD (Biological Oxygen Demand) memiliki nilai lebih dari 2 mg/L sebagai syarat masuk kelas 1 mutu air tanah yang aman untuk higine, COD (Chemical Oxygen Demand) mempunyai nilai yang melebihi syarat maksimal yaitu 10 mg/L di semua stasiun penelitian, oleh sebab itu dikatagorikan sebagai pencemaran berat. Nilai total coliform yang melebihi baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi menurut Permenkes No. 32 tahun 2017 sebesar 50 MPN/100ml.kualitas air tanah Kota Magelang dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum dengan catatan penggunannya harus melalui proses pemasakan terlebih dahulu.


2013 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Gunandjar Gunandjar ◽  
Zainus Salimin ◽  
Sugeng Purnomo ◽  
Ratiko Ratiko

Kegiatan industri nuklir menimbulkan limbah cair organik seperti limbah detergen dari pencucian pakaian kerja, pelarut 30% TBP (tri-n-butyl phosphate) dalam kerosen dari pemurnian ataupun pengambilan uranium dari gagalan fabrikasi elemen bahan bakar, pelarut yang mengandung D2EHPA (di-2-ethyl hexyl phosphoric acid) dan TOPO (trioctyl phospine oxide) dalam kerosin dari pemurnian asam fosfat. Limbah tersebut bersifat bahan berbahaya dan beracun (B-3) serta radioaktif, oleh karena itu limbah tersebut harus diolah sehingga terjadi detoksifikasi B-3 dan dekontaminasi radionuklidanya. Telah dilakukan penelitian proses oksidasi biokimia pengolahan limbah simulasi cair organik radioaktif dari pencucian pakaian kerja menggunakan campuran bakteri mutan aerob bacillus sp, pseudomonas sp, arthrobacter sp, dan aeromonas sp. Limbah berkadar deterjen 1,496 g/L, aktivitas 10-1Ci/m3, dengan COD (Chemical Oxygen Demand) 128, BOD (Biological Oxygen Demand) 68 dan TSS (Total Suspended Solid) 1000 ppm, diolah dengan oksidasi biokimia dengan penambahan bakteri yang diberi nutrisi nitrogen dan fosfor, dan diaerasi. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri mampu menguraikan detergen menjadi karbon dioksida dan air sehingga memenuhi baku mutu air golongan B dengan kadar BOD dan COD berturut-turut berharga 6 dan 0 ppm, diperlukan waktu penguraian 106 jam untuk pemenuhan baku mutu tersebut. Semakin lama waktu proses memberikan kadar padatan total dalam lumpur semakin besar karena biomassa yang terbentuk dari massa koloni bakteri yang hidup dan mati semakin banyak.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 10 ◽  
Author(s):  
Monik Kasman ◽  
Peppy Herawati ◽  
Niken Aryani

Grey water, according to its quantity and characteristics, is potential to be source of raw water. To address this, a common approriate method has been implemented in Indonesia, is constructed wetlands system. This is due to vegetation diversity, simple construction, flexible, easy and low cost in operation and maintenance, as well as high estetics. This research is focused on observing the effects of detention time and system of constructed wetlands reactors using Echinodorus palaefolius vegetation to reduce biological oxygen demand (BOD) and Total suspended solid (TSS). The detention time varied by 3 days, 4 days, 5 days, 6 days and 7 days. The system of constructed wetlands reactors varied by blank reactor , as a control without vegetation (CW 1); reactor with few flowers (CW 2); reactor with vegetation having leaves less than (<)20 (CW 3) and reactor with vegetation having leaves more than (>)20 (CW 4). The results showed that the detention time and the system of constructed wetlands reactors influences in reducing BOD and TSS. Concentration of BOD and TSS efluen decreases as the detention time increase. Besides, these concentrations decrease, as the amount of leaves increase. The concentration of BOD and TSS ranges (1,6 – 3,22) mg/L) and (0,003 – 0,147) mg/L.Keywords :    Constructed wetlands; Echinodorus palaefolius; Grey water; BOD, TSS


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 54-64
Author(s):  
Bekti Palupi ◽  
Istiqomah Rahmawati ◽  
Atiqa Rahmawati ◽  
Gregah Pangayoman Hartono Putro ◽  
Arfian Alwi Firmansyah

Peningkatan jumlah produksi batik memberikan dampak terhadap lingkungan karena limbah cair yang dihasilkan selama proses pembuatan batik. Penggunaan air dalam proses pembuatan batik rata-rata 25-50 m3 per meter kain. Produksi batik di Indonesia sekitar 500 juta meter per tahun sehingga membutuhkan air 25 juta m3 yang setara dengan kebutuhan air bersih untuk 2500 rumah tangga. Persediaan air bersih tersebut menjadi limbah cair batik dengan volume yang besar, warna yang keruh, dan bau yang menyengat. Limbah cair batik memiliki kandungan pH, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi. Solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah(1) penyuluhan mengenai kandungan kimia, dampak dan bahaya limbah industri batik terhadap ligkungan dan kehidupan manusia di sekitar kawasan industri, (2) penyuluhan/sosialisasi metode-metode yang dapat diaplikasikan untuk menangani limbah industri batik, (3) Penyuluhan/sosialisasi penggunaan dan perawatan teknologi tepat guna mesin pengolah limbah batik sebagai solusi mengurangi pencemaran limbah batik pada lingkungan hidup, (4) penyerahan teknologi tepat guna berupa green technology alat pengelolaan limbah batik.


Author(s):  
Samia Sayed Saffan, Gamal Abdel Naserkamel, Abeer Mohammed S

The study compares the effect of floatable and submerged plants on waste water treatment water samples were collected before and after the presence of the studied plants; floating and submerged one. Anatomical studied of some aquatic plant illustrated pollution parts. Germination experiments were carried out on some crops. El-khairy drain locate in El-Behaira governorate with length of 22.4 Km the study was considered in a reach of 8 Km. in water samples were collected seasonally and analyzed for Biological oxygen demand, Chemical oxygen demand, Nitrate, Cadmium, Lead, Cupper, Iron, ammonia, turbidity, total suspended solid and phosphate. All measured parameters were significantly decreased. compared the result of floating plants to that of submerged one illustrated that P-values of floating plants were more significant in Biological oxygen demand, Chemical oxygen demand, Nitrate, Cadmium, Lead, Cupper and Iron where submerged plants were more significant in removing ammonia, turbidity, total suspended solid and phosphate. The anatomical change illustrated heavy deposit of pollutant in plant cells. Germination experiment show significant increase in germination percent in corn, rice, sesame and wheat from low (60, 51.2, 37.5 and 68.33) detected on drain water to high (61, 77.5,45 and 80) in water after pass on aquatic plans.


2014 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 62 ◽  
Author(s):  
M Wawan Kurniawan ◽  
P Purwanto ◽  
S Sudarno

ABSTRAKIndustri batik menimbulkan dampak air limbah organik dalam jumlah yang besar, warnayang pekat, berbau menyengat dan memiliki suhu, keasaman (pH), Biochemical OxygenDemand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) serta Total Suspended Solid (TSS) yangtinggi. Desa Banaran Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra industriusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) batik yang potensial dalam mendukungperekonomian lokal namun belum memiliki sistem pengelolaan air limbah. Penelitian inibertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan air limbah UMKM Batik di Desa Banarandalam perspektif good governance berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomi, aspekmanajemen dan aspek sosial dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness,Opportunity and Threats) dilanjutkan penentuan prioritas strategi dengan metode AHP(Analytical Hierarchy Process). Untuk mengkaji keempat aspek tersebut maka dilakukanobservasi, dokumentasi, pengukuran, uji laboratorium di lokasi penelitian dan wawancaraterhadap stakeholders dalam pengelolaan air limbah UMKM Batik di Desa Banaran yaitupemerintah daerah, UMKM Batik, tokoh masyarakat dan sektor swasta pelaku CorporateSocial Responsibility (CSR) di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil analisis SWOT danmetode AHP menghasilkan prioritas strategi untuk mewujudkan pengelolaan air limbahUMKM Batik yaitu : (1) Aspek Manajemen : penyusunan kebijakan dan programpengelolaan air limbah UMKM Batik, (2) Aspek Teknis : penentuan lahan untuk InstalasiPengolahan Air Limbah (IPAL) yang representatif, (3) Aspek Ekonomi : swadana UMKMBatik dalam operasional dan perawatan IPAL dan (4) Aspek Sosial : pembinaan tekniskepada UMKM Batik dalam pengelolaan air limbah. Untuk mewujudkan pengelolaan airlimbah UMKM Batik secara optimal dan berkelanjutan diperlukan kerjasama dankemitraan yang baik di antara stakeholders sebagai perwujudan dari paradigma goodgovernance didalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan.Kata kunci : pengelolaan air limbah UMKM batik, good governance, prioritas strategi


REAKTOR ◽  
2014 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 73 ◽  
Author(s):  
Lieke Riadi ◽  
Whenny Ferydhiwati ◽  
Liok Dimas Sanjaya Loeman

Limbah industri tekstil di area pinggir kota Surabaya mempunyai karakteristik perbandingan COD dan BOD = 5.57. Limbah jenis ini sulit untuk dibiodegradasi. Studi ini mempelajari tekonologi elektrokoagulasi untuk mengolah limbah tekstil dengan menurunkan intensitas warna, Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Percobaan batch pada suhu kamar dilakukan untuk mempelajari pengaruh pH, jarak elektroda terhadap penurunan warna,TSS dan COD dan membandingkan biaya operasinya jika menggunakan pengolahan kimia.Effisiensi penurunan tertinggi untuk warna (91.96%),  TSS (49.17%), dan COD (29.67%) terjadi pada pH awal 4.0 dan jarak elektroda 2 cm dengan  elektroda Al/Al. Waktu optimum penurunan intensitas warna dalah 10 menit. Laju penurunan COD adalah : -dC/dt = 0.0053 C +0.056 , dengan C adalah konsentrasi COD. Jumlah sludge yang dihasilkan daripengolahan elektrokoagulasi  3.4 % lebih kecil dibandingkan menggunakan bahan kimia. Biaya yang digunakan untuk pengolahan dengan elektrokoagulasi 52.35 % lebih murah dibandingkan jika menggunakan koagulasi dengan bahan kimia ( tawas). Kata kunci : elektrokoagulasi, penurunan warna, penurunan TSS, laju degradasi COD, imbah tekstil Abstract Waste water from textile industry which is located in one suburb of Surabaya city as characteristic which the ratio of COD to BOD was 5.57. This type of waste water is difficult to be biodegraded. This study investigated elektrokoagulasi technology to treat textile waste water by removing color, total suspended solid, and Chemical Oxygen Demand. Batch experiment at room temperature was carried out to study the effect of pH, electrode distance for color, TSS and COD removal. This study also tried to compare the operation cost between elektrokoagulasi and chemical processes. The best removal efficiencies by Al electrodes was 91.96 % for color, 49.17 % for TSS and 29.67 % for COD which were under initial pH 4.0 and electrodes distance 2 cm. The optimum operation time for color removal was  found 10 minutes.The COD degradation rate was - dC/dt = 0.0053 C +0.056, with C= COD concentration. Sludge result from elektrokoagulasi was 3.4 % less than that by chemical treatment.The operation cost for elektrokoagulasi is 52.35 % less than that for chemical coagulation. 


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 61-69
Author(s):  
Uswatun Hasanah ◽  
Sugito Sugito

Tingginya kandungan zat organik pada limbah cair industri rumah potong ayam (RPA) menyebabkan limbah cair tersebut tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan akuatik. Peningkatan kebutuhan protein dari sumber konsumsi daging ayam, menyebabkan peningkatan limbah cair industri RPA. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif penyelesaian untuk menurunkan kandungan beban pencemar pada limbah cair industri RPA agar kualitas effluent yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan serta memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini pengolahan limbah cair RPA dilakukan dengan menggunakan sistem biofilter anaerob media bioball, dengan variasi waktu tinggal dan konsentrasi influnt. Sampel  pengukuran konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) influent berturut turut sebesar 734 mg/L, 388 mg/L, dan 248 mg/L. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) dalam air baku limbah RPA sebesar 88 mg/L, 70 mg/L, dan 54 mg/L. Setelah dilakukan pengolahan mengalami penurunan konsentrasi COD dan TSS terhadap semua variasi konsentrasi. Waktu tinggal yang paling efektif dalam menurunkan kadar COD dan TSS pada limbah cair RPA adalah 7 jam.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document