scholarly journals Self-Compassion, Grit dan Adiksi Internet pada Generasi Z

ANALITIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 138-147
Author(s):  
Sovi Septania ◽  
Renyep Proborini

Pemakaian internet tidak lagi menjadi suatu komoditas yang langka. Sebaliknya, yang tidak menggunakan internet akan jauh tertinggal dan tidak akan mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Disisi lain, penggunaan internet secara berlebihan akan menimbulkan masalah yang lebih besar seperti kecanduan. Generasi yang paling terdampak perkembangan teknologi informasi yang pesat adalah generasi Z. Generasi Z lahir tahun 1995-2009 sehingga masuk ke dalam kategori remaja awal sampai dengan akhir di tahun 2020. Adiksi terhadap internet dapat memberikan dampak negatif berupa masalah psikologis maupun sosial pada diri remaja. Contoh masalah tersebut antara lain rasa kesepian, depresi hingga penurunan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-compassion dan grit terhadap adiksi internet pada generasi Z. Metode penelitian kuantitatif dengan skala jenis likert akan digunakan. Subjek penelitian melibatkan 318 individu yang termasuk dalam usia generasi Z dengan teknik purposive sampling. Hasil akhir menunjukan bahwa self-compassion dan grit berpengaruh secara signifikan (p<0.01) terhadap adiksi internet generasi Z sebesar 20.8%. Secara terpisah, grit berpengaruh terhadap adiksi internet sebesar 17% sedangkan self-compassion berpengaruh terhadap adiksi internet sebesar 18%. Penjelasan mengenai dinamika hubungan diantara ketiga variabel dijelaskan dalam pembahasan.

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Martaria Rizky Rinaldi ◽  
Dea Nada Fatmala

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self compassion dengan gejala body dysmorphic disorder pada remaja putri. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara self compassion dengan gejala body dysmorphic disorder. Subjek dalam penelitian ini ber jumlah 105 orang. Pengambilan subjek menggunakan purposive sampling, data dikumpulkan menggunakan skala Self Compassion dan skala Gejala Body Dysmorphic Disorder. Analisis data penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh koefisien korelasi (rxy) = -0,336 (p<0,005). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self compassion dengan gejala body dsymorphic disorder. Artinya semakin tinggi self compassion yang dilakukan individu maka semakin rendah gejala body dysmophic disorder yang dimilikinya, sebaliknya semakin rendah self compassion maka semakin rendah gejala body dysmorphic disorderyang dimiliki individu. Koefisien determinasi (R2) yaitu 0,113 yang menunjukkan sumbangan efektif 11,3% dari self compassion untuk gejala body dysmorphic disorder.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 80
Author(s):  
Mitha Wulan Nur'aini ◽  
Joni Haryanto ◽  
Elida Ulfiana

Pendahuluan: Lansia yang kehilangan pasangan rawan mengalami kesepian. Self-compassion yang merupakan suatu sikap kebaikan diri ketika terjadi masa-masa sulit merupakan salah satu faktor psikologis pada orang dengan kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan self-compassion dengan kesepian pada lansia yang kehilangan pasangan.Metode: Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden sebanyak 110 orang lansia yang didapatkan dari Purposive Sampling. Variabel penelitian yang digunakan yaitu self-compassion dan kesepian. Data diambil melalui penyebaran instrumen berupa kuesioner yakni terjemahan kuesioner Self-compassion Scale – Short Form dan de Jong Gierveld Loneliness Scale, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji Spearman’s Rho dengan α ≤0,05.Hasil: Ada hubungan antara self-compassion dengan kesepian pada lansia yang kehilangan pasangan dengan p=0,000 dan r=-0,750 artinya semakin tinggi self-compassion semakin rendah kesepian lansia yang kehilangan pasangan.Kesimpulan: Lansia yang kehilangan pasangan dengan self-compassion yang tinggi akan menurunkan kesepian karena adanya kestabilan emosi, kesadaran terhadap pengalaman, motivasi dan perkembangannya serta mekanisme koping yang ada.


FENOMENA ◽  
2019 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Puji Rahayu ◽  
Femita Adelina ◽  
Satria Kamal ◽  
Wahyu Nurramadan Widayanto ◽  
Cholicul Hadi

Suku Tengger diketahui memiliki rasa kasih sayang kepada orang miskin, memberi pertolongan kepada orang yang susah, tidak mempunyai rasa benar, pandai, kaya, dan harus mengakui bahwa semua itu milik Tuhan. Self-compassion yang rendah membuat altruism menjadi rendah hal ini berarti individu memiliki keterpaksaan dalam peduli pada lingkungan sekitarnya yang dapat berujung pada tindakan negatif dan agresif. Altruism yang rendah membuat individu tidak bisa bertindak secara kooperatif dan berujung dengan hidup yang tidak bahagia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa belas kasih diri (self-compassion)dan pengorbanan (altruism) pada Suku Tengger. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ins-trumental. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dan teknik pe-ngumpulan data menggunakan wawancara mendalam, analisis data menggunakan analisis tematik. Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Tengger, berusia 25 sampai 45 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belas kasih diri (self compassion)dan pengorbanan (altruism) merupakan nilai yang penting bagi Suku Tengger. Belas kasih diri (self compassion)dan pengorbanan (altruism) tidak bisa dihilangkan dari kehidupan suku Tengger karena merupakan nilai adat yang dijunjung tinggi. Saran dari riset iniadalah untuk menjaga nilai budaya pada suku Tengger sebagai manifestasi stabilitas kesehatan mental.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Diyanah Fitri Elfaza ◽  
Gumi Langerya Rizal

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat hubungan di antara self-compassion dan kesepian terhadap remaja yang bersekolah boarding school. Dengan menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasional, penelitian ini memilih remaja yang bersekolah di boarding school sebagai subjek, sebanyak 91 orang dengan rentang usia 12-14 tahun. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria yaitu usia SMP, pertama kali hidup terpisah dengan keluarga, merupakan mahasiswa baru dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Teknik pengambilan data menggunakan Skala Kesepian dan Skala Self-compassion  Sugianto, Suwartono, dan Sutanto (2020) yang telah di modifikasi. Skala kesepian memiliki 33 item dengan reliabilitas sebesar 0.883, sedangkan skala self-compassion memiliki 19 item dengan reliabilitas sebesar 0.838. Analisis data memakai teknik product moment correlation coefficient, Dari hasil uji hipotesis ditemukan nilai signifikansi p sebesar 0.000 dengan nilai r=-0.385, hal ini menunjukan bahwa adanya hubungan signifikan di antara self-compassion dan kesepian, yang berkorelasi secara negatif. Dapat diartikan bahwa tingginya self-compassion yang dimiliki remaja di boarding school, menyebabkan rendahnya kesepian yang dirasakan. Maka dari itu individu diharapkan dapat meningkatkan self-compassion dan menggunakan self-compassion untuk menghadapi masalah yang ada, sehingga mengurangi perasaan kesepian yang dirasakan.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 219
Author(s):  
Sylvia Angelika ◽  
Monty P. Satiadarma ◽  
Rismiyati E. Koesma

HIV telah menjadi masalah kesehatan yang utama. HIV akan berdampak pada fisik, finansial, sosial, dan psikologis. Dampak tersebut mengakibatkan individu memiliki self-compassion yang rendah. Self-compassion rendah tercermin dalam sikap dan perilaku negatif yang merugikan dirinya sendiri. Art therapy sebagai salah satu terapi yang dinyatakan efektif untuk mengatasi permasalahan psikologis dan meningkatkan kualitas diri individu, juga memiliki potensi dalam meningkatkan self-compassion. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah art therapy efektif untuk meningkatkan self-compassion pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Self compassion akan diukur menggunakan Self Compassion Scale (SCS). Partisipan pada penelitian ini adalah ODHA berusia 20-40 tahun dan tidak mengikuti sesi intervensi psikologis secara individual ataupun kelompok. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan within subject design, dan dengan pendekatan mixed method. Data akan dianalisis menggunakan teknik analisis non-parametrik, yaitu The Wilcoxon Signed-Rank Test. Sesi art therapy yang dilakukan terdiri dari 8 sesi. Berdasarkan hasil uji didapatkan hasil bahwa art therapy efektif meningkatkan self-compassion pada ODHA dengan Z = -1,992, p = 0.046. Lima dari enam partisipan yang ada menunjukkan adanya peningkatan self-compassion. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti keterkaitan antar faktor demografis dengan self-compassion, menambah keragaman karakteristik partisipan dan sesi art therapy. HIV has become a major health problem with physical, financial, social, and psychological impact. It causes individuals to have low self-compassion. Low self-compassion is reflected in negative attitudes and behaviors that are detrimental to oneself. Art therapy as an effective method in overcoming psychological problems and improving the quality of individual self also has the potential to improve self-compassion. This study aims to discover whether art therapy is effective in increasing self-compassion in people with HIV / AIDS (PWHA). Self compassion will be measured using the Self Compassion Scale (SCS). Participants in this study were PWHA aged 20-40 years and did not attend psychological intervention sessions individually or in groups. The sampling technique used was purposive sampling. This is a within subject quasi-experiment research with a mixed method approach. Data were analyzed using non-parametric analysis technique, namely The Wilcoxon Signed-Rank Test. The art therapy session consisted of 8 sessions. Based on the test results obtained, art therapy was effective in increasing self-compassion of PWHA with Z = -1,992, p = 0.046. Five of the six participants showed an increase in self-compassion. Future studies are expected to examine the relationship between demographic factors and self-compassion, increasing the diversity of participants' characteristics and art therapy sessions.


2020 ◽  
Vol 29 (4) ◽  
pp. 2097-2108
Author(s):  
Robyn L. Croft ◽  
Courtney T. Byrd

Purpose The purpose of this study was to identify levels of self-compassion in adults who do and do not stutter and to determine whether self-compassion predicts the impact of stuttering on quality of life in adults who stutter. Method Participants included 140 adults who do and do not stutter matched for age and gender. All participants completed the Self-Compassion Scale. Adults who stutter also completed the Overall Assessment of the Speaker's Experience of Stuttering. Data were analyzed for self-compassion differences between and within adults who do and do not stutter and to predict self-compassion on quality of life in adults who stutter. Results Adults who do and do not stutter exhibited no significant differences in total self-compassion, regardless of participant gender. A simple linear regression of the total self-compassion score and total Overall Assessment of the Speaker's Experience of Stuttering score showed a significant, negative linear relationship of self-compassion predicting the impact of stuttering on quality of life. Conclusions Data suggest that higher levels of self-kindness, mindfulness, and social connectedness (i.e., self-compassion) are related to reduced negative reactions to stuttering, an increased participation in daily communication situations, and an improved overall quality of life. Future research should replicate current findings and identify moderators of the self-compassion–quality of life relationship.


2011 ◽  
Vol 40 (2) ◽  
pp. 115-123 ◽  
Author(s):  
Jörg Hupfeld ◽  
Nicole Ruffieux

Zusammenfassung. Theoretischer Hintergrund: Self-Compassion bezeichnet eine positive Grundeinstellung gegenüber der eigenen Person in schwierigen Lebenssituationen. Dieses Persönlichkeitsmerkmal hat sich als wirksamer Schutzfaktor erwiesen, der die emotionale Resilienz fördert. In letzter Zeit wurden Therapieansätze entwickelt, in denen die Förderung von Self-Compassion eine zentrale Rolle einnimmt. Fragestellung: Wie gut sind die Gütekriterien der deutschen Übersetzung der Self-Compassion Scale (SCS-D)? Methode: Die 26-Item Skala wurde ins Deutsche übersetzt. An zwei Stichproben (396 und 165 Personen) wurden die dimensionale Struktur, Reliabilität und Validität der Skala überprüft. Ergebnisse: In Übereinstimmung mit den Ergebnissen zur Originalfassung zeigten sich für die SCS-D eine sechsfaktorielle Struktur und erwartungsgemäße Zusammenhänge mit psychischer Belastung und subjektivem Wohlbefinden. Schlussfolgerung: Mit der deutschen Übersetzung der SCS liegt ein Inventar vor, mit dem Self-Compassion ökonomisch, reliabel und valide erfasst werden kann.


Crisis ◽  
2020 ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Laura R. Umphrey ◽  
John C. Sherblom ◽  
Paulina Swiatkowski

Abstract. Background: Cultivating positive feelings of self in relationships with others can affect perceptions of belongingness and burdensomeness. Aims: The present study examines the relationships of self-compassion, hope, and emotional control to thwarted belongingness, perceived burdensomeness, and suicidal ideation. Method: Participants were 481 college students who completed scales measuring self-compassion, hope, emotional control, thwarted belongingness, perceived burdensomeness, and suicidal ideation. Results: Correlation and parallel mediation analysis results show relationships between self-compassion, hope, and emotional control with perceived burdensomeness, thwarted belongingness, and suicidal ideation. Limitations: The study is limited by its cross-sectional design, sample demographics, and inability to distinguish between individuals with suicidal ideation and those who attempt suicide. Conclusion: The results show that the relationships of self-compassion, hope, and emotional control to perceived burdensomeness, thwarted belongingness, and suicidal ideation are worth further investigation.


2020 ◽  
Vol 51 (4) ◽  
pp. 219-238
Author(s):  
James H. Wirth ◽  
Ashley Batts Allen ◽  
Emily M. Zitek

Abstract. We examined the negative outcomes, particularly social costs that result when a person harms their group by performing poorly, and whether self-compassion could buffer against these negative outcomes. In Studies 1 and 2, participants performed poorly and harmed their group or performed equal to their group. Harmful poor-performing participants felt more burdensome, experienced more negative affect, felt more ostracized, anticipated more exclusion, and felt lowered self-esteem than equal-performing participants. Studies 3 and 4 disentangled poor performance from harming a group. Poor-performing participants either harmed the group or caused no harm. Harmful poor-performing participants felt more burdensome and anticipated more exclusion, indicating the additional social consequences of a harmful poor performance over a non-harmful performance. Across studies, trait self-compassion was associated with reduced negative effects.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document