MODEL SOCIAL SKILL TRAINING DALAM PENANGANAN KETERAMPILAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS MENTAL SKIZOFRENIA DI KOTA BANDUNG

2019 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Deri Septiadi Dimyati

Keterampilan sosial diartikan sebagai kemampuan untuk memotivasi kerja sama antara individu dan individu lainnya dengan menyediakan mereka makna yang bersifat umum dimana tindakan tersebut dapat dilakukan dan dibenarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara empiris dan melakukan analisis terhadap karakteristik subjek, kondisi awal keterampilan sosial subjek, model social skill training dalam penanganan keterampilan sosial subjek dan kondisi keterampilan sosial subjek setelah implementasi social skill training. Metode yang digunakan adalah metode reversal dengan rancangan subjek tunggal (single subject design) di mana model ini menggunakan desain A-B-A. Desain ini digunakan untuk menunjukkan adanya sebab akibat antara variabel terkait dan variabel bebas sehingga terjadi pengulangan pada fase baseline. Subjek penelitian adalah seorang penyandang disabilitas mental skizofrenia yang bernama NG. Sumber data tambahan merupakan dokumen baik tertulis maupun foto termasuk karya tulis ilmiah seperti buku, jurnal dan tesis. Alat ukur yang digunakan adalah pedoman observasi dan wawancara yang di uji validitasnya melalui validitas muka (face validity) dan realibilitasnya melalui prosentasi kesepakatan (percent aggreement). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, obsevasi dan studi dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan statistik deskriptif dan analisa visual dalam dan antar kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial subjek pada aspek kemampuan bekerja sama dan pengembangan motivasi dapat meningkat dengan menggunakan model social skill training. Kata Kunci : keterampilan sosial, penyandang disabilitas mental skizofrenia, model social skill training, single subject design.

2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 28-34
Author(s):  
Virgian Ferda Sari ◽  
Ni Wayan Sukerti

This research aimed to identify the effects of PECS on the social skills of a student with ADHD, who experienced delayed in communication and social interaction. This research used Single Subject Design, with A-B-A design as the research design. The data were presented using graphics and analyzed using visual analysis. The subject of this research was a first grader with ADHD in an Inclusive Elementary School.  The result of this research showed that there was an effect on the implementation of PECS on the social skill of a student with ADHD; the student’s tendency to refuse the invitation to play together with others decreased. Moreover, the implementation of PECS enabled the student to understand the kinds of social skills that could be done together through PECS’s interactive pictures. Furthermore, it was found that PECS could optimize the student’s communicative and cognitive aspects.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Detricia Tedjawidjaja ◽  
Ike Anggraika Kuntoro

Salah satu tugas perkembangan yang penting pada saat anak memasuki usia sekolah adalah membangun hubungan yang lebih dekat dengan teman sebaya. Anak yang mengalami kesulitan menjalin hubungan teman sebaya mengarah pada berbagai masalah emosi dan perilaku. Salah satu kunci untuk dapat membangun hubungan teman sebaya yang baik adalah memiliki keterampilan sosial. Defisit dalam keterampilan sosial berdampak negatif terhadap fungsi sosial, emosional, dan akademik anak. Social Skill Training (SST) merupakan intervensi yang mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalin interaksi sosial. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan sosial pada anak usia sekolah dengan menggunakan SST. Penelitian ini menggunakan single-subject study dengan pre-test dan post-test yang diterapkan pada seorang partisipan berusia 9 tahun 10 bulan yang dikeluhkan mengalami kesulitan membangun hubungan pertemanan di sekolah. Ia menunjukkan defisit dalam tiga komponen keterampilan sosial, yaitu memberikan dan menerima pujian, melakukan percakapan, dan menunjukkan empati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SST terbukti berhasil dalam meningkatkan keterampilan sosial pada ketiga komponen tersebut. Peningkatan keterampilan sosial sejalan dengan kemampuan menjalin hubungan teman sebaya yang lebih dekat dengan teman di sekolah. Pengukuran yang dilakukan tiga minggu setelah intervensi menunjukkan bahwa peningkatan tersebut dapat diterapkan dan digeneralisasikan dalam situasi kehidupan sehari-hari.


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Irma Nirmala Sari

Abstract Relapse is a condition of some one returned to abuse drugs after several times experienced clean period or abstinence (recover) (Sarafino, 2006). The relapse peroblem experienced by the subject related to the his irrational thought about Drugs can help him to make a better creation. Emotive rational therapy is aimed to improve and change individual atitude by altering the way of thinking and subject irrational beliefs toward rational thought, then subject can improve self-quality and his happiness. The purpose of this research is to answer the problematic from the research, to gain result from case management about rehabilitation program in reducing the level of ex-drugs abuse relapse, while the special aim is to get a description about the influence of active-directive, Cognitive-Experential, Emotive-Experential, Behavioristic and subject conditional to handle his relapse and the influence of emotive rational therapy implementation to the level of emotional, mental and physical relapse of the subject. The method used quantitative single subject design model with data collection technique through the instrument measurement of relapse, observation, and documentation study. Validity test used Face Validity and reliabiilty test used Alpha Cronbach with SPSS (Statistical Package for The Social Science) version 2.0. Furthermore the results of the research were analyzed using quantitative analysis techniques with formula Two Standard Deviation (SD 2) to test the main hypothesis. The conclusion of of this research indicate that the Rational Emotive Therapy is effective to reduce subject’s relapse that solve the problem of irrational thinking became more rational and can reduce relapse rate of the subject. Key words: drugs abuser, relapse, irrational beliefs, rational emotive therapy Abstrak Relapse adalah kondisi seseorang yang kembali menyalahgunakan NAPZA setelah beberapa waktu mengalami periode bersih atau abstinence (pulih) (Sarafino, 2006). Permasalahan relapse yang dialami subjek berkaitan dengan pikiran irrasionalnya bahwa NAPZA dapat membantunya membuat suatu karya menjadi lebih baik. Terapi Rasional Emotif bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap individu dengan cara mengubah cara berpikir dan keyakinan subjek yang irasional menuju cara berpikir yang rasional, sehingga subjek dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagiaan hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab problematik dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil dari penanganan kasus tentang penerapan Terapi Rasional Emotif kepada eks penyalahguna NAPZA setelah menyelesaikan program rehabilitasi guna menurunnya tingkat relapse eks penyalahguna NAPZA, sedangkan tujuan khusus yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh aspek Aktif-Direktif, Kognitif-Eksperiensial,  Emotif-Eksperiensial,  Behavioristik, dan  Kondisional subjek untuk menangani relapsenya serta pengaruh implementasi Teknik Terapi Rasional Emotif terhadap tingkat kekambuhan emosi, mental, dan fisik subjek. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif rancangan subjek tunggal (Single Subject Design) dengan menggunakan teknik pengumpulan data pengukuran menggunakan instrumen relapse, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Uji validitas menggunakan validitas muka (Face Validity) dan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS (Statistical Package for The Social Science) versi 2.0. Selanjutnya hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus Two Standard Deviation (2 SD) untuk menguji hipotesa utama. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Terapi Rasional Emotif efektif untuk menurunkan relapse subjek yaitu memecahkan masalah pemikiran irrasional menjadi lebih rasional serta dapat menurunkan tingkat relapse subjek. Kata kunci: penyalahgunaan narkotika, relapse, pemikiran irrasional, terapi rasional emotif


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Riyati .

Abstract Individuals who have high self-confidence have indicators covering believe in the ability of themselves, acted independently in making decisions, having a positive sense of self and the courage to express opinions.Confidence influenced by mental, social and physical factors. Physical state such as obesity, body parts defects or damage to one of the senses is an obvious flaws seen by others. A disability may not be able to react in a positive way so that there arises a sense of inferiority that became insecurity. This happens on US, persons with physical disability at BRSPC Cibabat Cimahi. People with disabilities that everyone who experiences physical limitations, intellectual, mental or sensory for long periods which in interaction with the environment may experience obstacles and difficulties to participate fully and effectively based on equality. This research aims to know and examine the implementation of Self instructional and Positive Reinforcement Technique to the self confident improvement of “US”. The Self Instructional Technique is a Self-Management strategy that contributes to a self-determination of the individual's ability in instructing and controlling themselves to prevent the emergence of low self-esteem behavior. Positive reinforcement is the establishment of behavior with a reward or reinforcement immediately after the behavior that is expected to appear. This research uses quantitative approach with a single subject design research methods were implemented to evaluate the implementation and achievement of a goal of intervention through repeated measurements. A validity test of measuring instruments in this research is to test the validity (face validity). Analysis of the data used testing the hypothesis by using the formula 2 standard deviations. The results of this research indicate that the Self instructional and Positive reinforcement techniques can improve confidence on US person with physical disability at BRSPC Cibabat Cimahi.Key words: Self confidence, People with Disabilities, Self Instructional and Positive Reinforcement Technique Abstrak Individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi memiliki indikator yang meliputi percaya kepada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri dan berani mengungkapkan pendapat. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh faktor mental, sosial dan fisik. Keadaan fisik seperti kegemukan, cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain. Seorang penyandang disabilitas bisa saja tidak dapat bereaksi secara positif sehingga timbulah rasa minder yang menjadi rasa tidak percaya diri. Hal ini terjadi pada US, penyandang disabilitas tubuh di BRSPC Cibabat Cimahi. Penyandang disabilitas yaitu setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh serta efektif berdasarkan kesamaan hak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji tentang penerapan teknik self instructional dan positive reinforcement terhadap peningkatan kepercayaan diri “US”. Teknik Self instructional merupakan strategi manajemen diri yang memberikan kontribusi bagi suatu penentuan kemampuan diri dari individu dalam menginstruksi dan mengendalikan diri untuk mencegah munculnya perilaku rendah diri. Positive reinforcement merupakan pembentukan tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian single subject design yang diimplementasikan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian suatu tujuan intervensi melalui pengukuran secara berulang. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah uji validitas muka (face validity). Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus 2 standar deviasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik Self instructional dan teknik Positive reinforcement dapat meningkatkan kepercayaan diri pada US penyandang disabilitas tubuh di BRSPC Cibabat Cimahi.Kata kunci: Kepercayaan Diri, Penyandang Disabilitas, Teknik Self-Instructional dan Positive Reinforcement


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Syarifah Rachmedi Amran ◽  
Iwan Wahyu Widayat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Behavioral Social Skill Training dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak disabilitas intelektual ringan. Penelitian ini menggunakan metode single subject experimental design dengan perlakuan berupa penerapan intervensi Behavioral Social Skill Training pada satu orang anak perempuan bernisial NEW yang berusia 9 tahun mengalami disabilitas intelektual ringan dengan gelaja permasalahan keterampilan sosial. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah WISC, VSMS, dan Social Skill Improvment System (SSIS) Teacher Form. Prosedur yang dilakukan dalam memberikan intervensi Behavioral Social Skill Training yaitu dengan menggunakan metode, instruksi, modeling, rehearsal, feedback, dan enhancing generalized after BST. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah pemberian intervensi selama 10 sesi, terjadinya peningkatan keterampilan sosial subjek yang ditandai dengan meningkatnya skor hasil pengukuran dari Social Skill Improvment System (SSIS). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Behavioral Social Skill Training dapat meningkatkan keterampilan sosial anak disabilitas intelektual ringan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document