scholarly journals HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BESUK KABUPATEN PROBOLINGGO

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 168-177
Author(s):  
Rizky Hafifatul Umam ◽  
Ahmad Kholid Fauzi ◽  
Handono Fatkhur Rahman ◽  
Husnul Khotimah ◽  
Abdul Hamid Wahid

Background: Klien dengan Diabetes Melitus tipe 2 dilaporkan memiliki berbagai gangguan tidur dibandingkan dengan subyek kontrol yang sehat. Tidur yang efektif untuk klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 diperlukan untuk memperbaiki sel yang rusak, termasuk sel beta yang berfungsi untuk memproduksi insulin. Tujuan: untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 104 responden. Kualitas Tidur klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 diukur menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleeping Quality Index) dengan skor PSQI >5 sebagai kualitas tidur yang buruk dan skor ?5 sebagai kualitas tidur yang baik. Kadar glukosa darah diambil menggunakan Blood Glucose Meter. Uji statistik yang digunakan adalah Rank Spearman. Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan hubungan positif antara kualitas tidur dan kadar glukosa darah (P = 0,000 <0,05). Kesimpulan: Klien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 ditemukan cenderung memiliki kualitas tidur yang buruk seperti durasi tidur yang pendek, kualitas tidur subjektif yang buruk, dan beberapa gangguan tidur yang dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang buruk.    

2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Reny Chaidir ◽  
Ade Sry Wahyuni ◽  
Deni Wahyu Furkhani

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan <em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan </span><em style="font-size: 10px;">cross sectional </em><span style="font-size: 10px;">yang dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik </span><em style="font-size: 10px;">simple random sampling</em><span style="font-size: 10px;">. Pengumpulan data menggunakan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) </em><span style="font-size: 10px;">dan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory</em><span style="font-size: 10px;">. Hasil penelitian ini menggunakan uji </span><em style="font-size: 10px;">product moment </em><span style="font-size: 10px;">(</span><em style="font-size: 10px;">pearson correlation</em><span style="font-size: 10px;">), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.</span>


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Dwi - Kuswanto ◽  
Hari Basuki Notobroto ◽  
Rachmah Indawati

ABSTRAK Latar Belakang : Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia sebagai akibat kelainan sekresi insulin maupun kerja insulin. Diabetes sebagai salah satu penyebab dislipidemia sekunder, sehingga pengelolaan glukosa darah merupakan pencegahan primer timbulnya komplikasi penyakit kardiovaskular. Hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi diabetes melitus yang didiagnosis dokter pada penduduk di semua umur sebesar 3,4% di Kota Surabaya.Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan profil lipid pada level HbA1C normal, prediabetes dan diabetes melitus.Metode : Penelitian cross sectional, teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling dari data rekam medis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Islam Surabaya  dari 1 Januari tahun 2018 sampai dengan 31 Desember 2019 berusia 35-80 tahun dan mendapat pemeriksaan HbA1c, kolesterol, trigliserida dan LDL-kolesterol pada waktu yang sama dan terdokumentasi lengkap pertama sekali sehingga diperoleh besar sampel 73 data pasien. Uji Anova one way digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kolesterol, trigliserida dan LDL-kolesterol berdasarkan HbA1C.Hasil : Hasil penelitian menunjukkantidakada perbedaan yang signifikan rata-rata kolesterol, dan LDL-kolesterol dengan tingkatan HbA1C (p>0,05), ada perbedaan yang signifikan rata-rata trigliserid dengan HbA1C normal, prediabetes, dan diabetes (p=0,01). Hasil multiple comparison dengan metode Tukey HSD menunjukkan perbedaan signifikan rata-rata trigliserid  pada HbA1C normal dengan diabetes (p=0,039) dan prediabetes dengan diabetes (p=0,044).Kesimpulan :Perbedaan rata-rata trigliserida signifikanpada HbA1Ckategorinormal dan prediabetes dengan diabetes, pentingnya mengendalikanglukosa darah untuk mencegahkomplikasi kardiovaskuler pada penderita diabetes melitus yang dapat dilakukan melalui pemantauan mandiri glukosa darah, pola hidup sehat, aktivitas fisik secara teratur, terapi nutrisi medis sesuai kebutuhan, menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas, tidak merokokdan intervensi obat anti hiperglikemia jika dibutuhkan.Kata Kunci : diabetes, HbA1C, kolesterol, trigliserid, LDL-kolesterol. ABSTRACT  Background :Diabetes melitus is a metabolic disease characterized by hyperglicemia as a result of abnormal insulin secretion and insulin action. Diabetes is a cause of secondary dislipidemia, so that diabetes melitus monitoring is a primary deterrent to cardiovascular complication. Riskesdas 2018 said that the prevalence of doctors' diagnosed diabetes in the population at all age 3.4% in Surabaya.Objective : This study is to find out the difference in lipid profiles on normal HbA1Clevels, pre-diabetes and diabetes mellitusMethod: Cross-sectional study, the sampling technique used was simple random sampling fromoutpatient medical recordsthe Surabaya Islamic hospital's from 1st of January 2018 to 31st December 2019 aged 35-80 years and checked for HbA1C, cholesterol, triglyceride and LDL-cholesterol at the same and firsttime documented. Sample sizes of 73 data analized with One Way Anova test was used to identify differences in mean cholesterol, triglyceride and LDL-cholesterol based Hba1C.Results :The results showed that there was no significant difference mean cholesterol and mean LDL-cholesterol with HbA1C levels (p> 0.05), there were significant differences mean the triglyceride with normal HbA1C levels, pre-diabetes, and diabetes (p= 0.01). Multiple comparason results using Tukey HSD methods showed that there was significant differences mean the triglycerid on normal HbA1C levels with diabetes (p= 0.039) and the mean triglyceride ebetween hba1c prediabetesand diabetes (p= 0.044).Conclusions: The mean difference trigliseride signifnificant in normal HbA1C levels and pre-diabetes with diabetes.The importantce of controlling blood glucose to prevent cardiovasculer complication in people with diebetes mellitus can be done through education on independent monitoring of blood glucose, healthy lifestyle, reguler physical activity, medical nutrition therapy according to the needs, lost weight for those who are obese, do not smoke and  anti-hyperglicemia drug intervention if needed.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77-82
Author(s):  
Difran Nobel Bistara ◽  
Chilyatiz Zahroh ◽  
Erika Martining Wardani

P ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama, pembiayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalansi diabetes milletus juga meningkat. Keharusan penderita diabetes mellitus dalam mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam tubuh tetap seimbang dapat mengakibatkan mereka rentan terhadap stress. Stress pada penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan tingkat stress dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 45 responden penderita Diabetes Melitus di wilayah RW 7 Kelurahan Simokerto Kecamatan Simkerto Surabaya yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengukuran tingkat stress menggunakan kuesionar. Kadar gula darah diperoleh dari observasi menggunakan glucometer secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil uji korelasi spearman rank didapatkan nilai p=0,00 dan r=0,909. Hal ini semakin tinggi tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi pula nilai kadar gula darah. Saran untuk peniliti selanjutnya adalah dapat meniliti factor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah, serta untuk melakukan observasi perilaku stress agar hasil lebih valid.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 089-094
Author(s):  
Siti Syarifah ◽  
Setiyo Adi Nugroho ◽  
Ahmad Kholid Fauzi ◽  
Zainal Munir ◽  
Abdul Hamid Wahid

Spiritual merupakan salah satu faktor penting Untuk meningkatkan pemantauan diri bagi pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Tingkat spiritualitas yang tinggi dapat mempengaruhi kognisi manusia untuk berpikir positif. Pasien dengan diabetes dua kali lebih beresiko mengalami status kecemasan, depresi dan masalah psikologis yang serius. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring pada Klien DM tipe 2. Desain dalam penelitian adalah cross sectional, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan dan selanjutnya menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan data pengukuran variabel korelasi yang terjadi pada objek penelitian secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan, dengan jumlah sampel 110 responden, Variabel bebas dalam penelitian ini Spiritual Coping dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Self Monitoring. dengan, Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara Probability Sampling, yaitu dengan cara simple random sampling yang mana jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan (P=0,002<0,05 )  antara hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring. Kesimpulannya: tedapat hubungan Spiritual Coping Dengan Self Monitoring Pada Klien Diabetes Mellitus tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo. Spiritual is one of the important factors to increase self-monitoring for Type 2 Diabetes Mellitus patients. High spiritual level can influence human cognition to think positively. Patients with diabetes are twice as likely to experience anxiety, depression, and serious psychological problems. Objective: this study is to determine the relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on DM type 2 clients. The design in this study is cross sectional, namely research that aims to describe or describe a situation and then explain a situation through collecting data that measures the correlation variable that occurs on the research object simultaneously or simultaneously, with a sample of 110 respondents. The independent variable in this study is Spiritual Coping and the dependent variable in this study is Self Monitoring. with, the sampling technique is done by Probability Sampling, namely by means of simple random sampling which is the simplest type of probability. To achieve this sampling, each element is chosen randomly. The results showed a significant relationship (P = 0.002 <0.05) between the relationship of Spiritual Coping with Self Monitoring. In conclusion: there is a relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on Type 2 Diabetes Mellitus Clients in the Internal Medicine Clinic at Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo Hospital.


2018 ◽  
Vol 10 (24) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Iga Dila Widuri Astuti ◽  
Sugeng Maryanto ◽  
Galeh Septiar Pontang

Latar Belakang : Peningkatan kadar gula darah dikaitkan dengan kejadian diabetes mellitus. Prevalensi DM meningkat dari tahun 2007 sebesar 1,1% menjadi 2,1% di tahun 2013. Faktor penyebab DM yaitu faktor  tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan faktor dapat diubah yaitu konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik.    Tujuan : Mengetahui hubungan asupan konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus pada dewasa usia 30-50 tahun.   Metode : Penelitian korelatif pendekatan cross  sectional. Populasi 272 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel 81orang. Pengambilan data dengan Recall 24 hours, kuosioner GPAQ dan glucometer. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Kolmogorov-Smirnov.   Hasil : Responden dengan konsumsi minuman berpemanis kategori rendah 42,0% (n=32), sedang 51,9% (n=42), kategori tinggi 6,2% (n=5). Responden dengan aktivitas fisik kategori kategori ringan 19,8% (n=16), sedang 60,5% (n=49), kategori berat 19,8% (n=16). Ada hubungan antara konsumsin minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,034 < 0,05) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,958 >0,05).   Simpulan : Ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus dan tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus pada dewasa usia 30-50 tahun di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.  


2013 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
Author(s):  
Natasya Juliani Dodie ◽  
Lydia Tendean ◽  
Benny Wantouw

Abstract: Diabetes mellitus is a condition with excess glucose in the blood which can lead to complications such as chronic diseases, among others cardiovascular disease and sexual dysfunction such as erectile dysfunction. This study aimed to determine the effect of duration of diabetes mellitus on the occurrence of erectile dysfunction. This was an analytic survey with cross sectional study design. Samples were 30 respondents, taken by simple random sampling. Data were collected by using a questionnaire IIEF-5 (International Index of Erectile Function) and the data were univariate analyzed. The results showed that there were 20 people suffered from erectile dysfunction out of 30 respondents. The univariate analysis showed that erectile dysfunction respondents that had diabetes mellitus for 1-4 years were 11 people (36.7%); and that had diabetes mellitus for 5-8 years were 19 people (63.3%). The statistical parametric test T-Test found a significant relationship between the duration of diabetes mellitus and erectile dysfunction with P = 0.025 (a significance level of 0.05). Conclusion: Long duration of diabetes mellitus can lead to erectile dysfunction. Keywords: diabetes mellitus, erectile dysfunction.   Abstrak: Diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana terdapat kadar gula berlebihan dalam darah yang dapat mengakibatkan komplikasi berupa penyakit-penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler dan disfungsi seksual, salah satunya disfungsi ereksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lamanya diabetes melitus terhadap terjadinya disfungsi ereksi. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel berjumlah 30 orang yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner IIEF-5 (International Index of Erectile Function) dan data dianalisis secara univariat. Dari penelitian ini didapatkan 20 orang dengan kejadian disfungsi ereksi pada penderita diabetes melitus dari 30 orang responden. Analisa univariat menunjukkan bahwa responden yang mengalami disfungsi ereksi pada pria dengan diabetes melitus selama 1-4 tahun berjumlah 11 orang (36,7%), dan dengan diabetes melitus selama 5-8 tahun berjumlah 19 orang (63,3%). Uji parametrik T-Test memperlihatkan terdapat hubungan bermakna antara diabetes melitus yang lama dengan terjadinya disfungsi ereksi dengan  nilai P = 0,025 dengan tingkat signifikansi 0,05. Simpulan: Diabetes melitus yang lama bisa mengakibatkan terjadinya disfungsi ereksi. Kata kunci: diabetes melitus, disfungsi ereksi.


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Weny Amelia ◽  
Fitria Alisa ◽  
Lola Despitasari

Pasien Diabetes Mellitus (DM) termasuk kelompok rentan terhadap infeksi bakteri dan virus karena kondisi hiperglimia yang dialaminya. Kondisi pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang mengancam bagi penderita DM sebagai kelompok rentan. Penerapan diet merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena dibutuhkan kepatuhan. Kepatuhan penderita DM terhadap pengaturan dan perencanaan pada pola makan merupakan salah satu kendala yang paling sering terjadi pada pasien DM, Untuk menjalani kepatuhan diet maka banyak sekali penderita mengalami stress akibat dari pembatasan pola makan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Masa Pandemic Di Puskesmas Andalas Padang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi-Square dengan p value 0,67 (p ≥ 0.05.  Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan hubungan stres dengan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus Tipe II pada masa pandemic di Puskesmas Andalas Padang. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan lagi untuk penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus dan dapat melakukan pengelolaan DM di masyarakat dengan berperan sebagai edukator yang dapat mengedukasi pasien DM khususnya dalam manajemen diet terutama pada masa pandemic sekarang ini


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 98-105
Author(s):  
Aulia Rahmwati

Diabetes mellitus gestasional merupakan suatu komplikasi kehamilan yang masih jarang diperhatikan banyak pihak. Rumah sakit kalisat merupakan rumah sakit rujukan daerah jember. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus gestasional diantaranya usia, indeks massa tubuh, riwayat diabetes mellitus pada keluarga, riwayat pernah melahirkan bayi makrosomia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional dan tehnik samplingnya menggunakan simple random sampling dengan pengelolaan datanya mengambil data primer dengan menggunakan cheklist yang sudah dibuat peneliti. Hasil dari pengumpulan data adalah usia < 35 tahun (67,4%), IMT >25 (70,4%), tidak ada riwayat diabetes mellitus gestasional (90,1%), tidak ada riwayat pernah melahirkan bayi makrosomia (95,2%) sebagai faktor resiko diabetes mellitus gestasional. Maka sebagai ibu hamil perlu mengetahui adanya resiko diabetes mellitus gestasional dan perlu dilakukan pemeriksaan kadargula pada ibu hamil.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8-13
Author(s):  
Naysya Vitianoza ◽  
Nurmaini Nurmaini ◽  
Taufik Ashar

Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular (Non Comunicable Disease) yang cukup banyak diderita oleh masyarakat di dunia dan Indonesia. Penderita kasus baru diabetes mellitus di Desa Juhar Ginting Sadanioga pada bulan Februari 2018 adalah 195 kasus. Penggunaan pestisida dengan dosis tinggi dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan lama penyemprotan dengan kejadian diabetes mellitus pada petani. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 60 orang petani penyemprot di Desa Juhar Ginting Sadanioga dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan kadar gula darah, pengukuran berat badan, dan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan IMT dengan Diabetes Mellitus (p=0,024) dan ada hubungan lama penyemprotan dengan diabetes mellitus (p=0,023). Dari dua variabel tersebut, variabel lama penyemprotan merupakan variabel yang paling berhubungan dengan diabetes mellitus yaitu nilai RP sebesar 8,800. Kepada petani diharapkan untuk mengontrol berat badan dan melakukan penyemprotan tidak lebih dari 3 jam per hari untuk meminimalisir risiko diabetes mellitus.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document