scholarly journals Anti Corruption Attitude Of Students As A Corruption Measure Of Criminal Measures

Author(s):  
Yusrianto Kadir

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pembangunan karakter dalam merubah perilaku hukum mahasiswa dan model integratif pembangunan karakter dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi. Pendekatan teori darahkan pada dua pendekatan utama yaitu integrasi nilai anti korupsi dan pembentukan lingkungan yang tidak Permissive to corruption. Hasil pembahasan menunjukan: (1) pendidikan karakter harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). (2) Komponen utama pembentuk intensi perilaku yaitu Attitude toward behavior, Subjective norms, Control belief. Kesimpulan diharapkan perilaku anti-korupsi mahasiswa yang disasar adalah konsistensi anti-korupsi ditengah realitas lingkungan eksternal yang masih sangat korup. Konsistensi ini diharapkan selanjutnya meningkat menjadi keberanian mahasiswa menjadi garda depan dalam mengajak masyarakat untuk melakukan zero-tolerance terhadap tindak korupsi.

2018 ◽  
Author(s):  
Substantive Justice

This Article has been Published at www.substantivejustice.id (July 20, 2018) This study aims to explain the development of character in changing the legal behavior of students and integrative model of character building in the prevention of corruption. The theoretical approach is directed to two main approaches namely the integration of anti-corruption values and the formation of environments that are not permissive to corruption. The method used through the positivist legal approach and sourced from primary, secondary, and tertiary legal materials. The result of the discussion shows character education should involve not only the aspects of good knowledge (moral knowing), but also feel good or loving good (moral feeling), and good behavior (moral action). The main components forming behavioral intentions are Attitude toward behavior, Subjective norms, Control belief. The expected conclusion of student anti-corruption behavior targeted is the consistency of anti-corruption amid the reality of the external environment. Consistency is expected to further increase into the courage of students to be the vanguard in inviting people to do zero-tolerance against acts of corruption.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Endah Imawati
Keyword(s):  

Anak membutuhkan bacaan yang tidak hanya penting, tetapi juga menarik. Peranan bacaan anak dalam pembentukan karakter anak sangat penting. Pendidikan karakter dibutuhkan sebagai dasar pendidikan di Indonesia. Bacaan itu harus menarik tanpa berkesan menggurui. Dongeng klasik yang sering dibaca atau didengar anak kadang-kadang meninggalkan kesan menyedihkan karena sang tokoh tidak berdaya. Dalam cerita “Gadis Pengusaha Korek Api” karya Watiek Ideo, tokohnya justru dibuat berdaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perjuangan tokoh utama dalam meraih yang diinginkannya. Anak memerlukan proses untuk meraih cita-cita. Perjuangan itu membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Yang menjadi penelitian ini adalah cerita “Gadis Pengusaha Korek Api” yang dibuat berdasarkan cerita klasik “Gadis Penjual Korek Api” karya H.C. Andersen, dengan berdasarkan tiga komponen karakter baik, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action yang diprakarsai Thomas Lickona. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan teknik analisis isi. Pendekatan yang digunakan adalah konsep sastra anak dan pendidikan karakter. Pendidikan karakter untuk anak lebih mudah dipahami melalui cerita bergambar. Tiga komponen karakter baik itu ditemukan tokoh melalui proses yang cerdik. Kecerdikan itu yang menjadikan pesan dalam buku dipahami pembaca. Tokoh utama menunjukkan kegigihan mencapai cita-cita dan tidak mau menderita seperti tokoh dalam dongeng klasik. Strategi yang dia lakukan berhasil mendatangkan keuntungan materi dan memiliki banyak teman baru. Dalam perspektif kewirausahaan, itu menjadi contoh sederhana.


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Chastanti Ika ◽  
Indra M Kumalasari

Penyalahgunaan narkotika saat ini telah banyak ditemui di kalangan siswa SMP. Narkotika memberikan dampak buruk bagi tubuh dan kehidupan sosial. Pendidikan karakter merupakan solusi untuk mengajarkan pentingnya pengetahuan moral tentang bahaya narkotika. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui moral knowing siswa tentang narkotika. Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kualuh Hulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aspek moral knowing siswa pada moral awareness, knowing moral values, perspective taking, moral reasoning, decision making dan self knowledge masih tergolong rendah (38,00%) menjawab tidak pernah. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan guru untuk implementasi pendidikan nilai karakter dan kurangnya peranan pemerintah kabupaten untuk melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang narkotika.Kata kunci : Moral Knowing, Narkotika, Pendidikan Karakter


2014 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Nur Asyiah ◽  
Liyana Sunanto
Keyword(s):  

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, dan lembar kerja siswa) untuk pendidikan karakter dengan menggunakan strategi 3M (Knowing Moral, Moral Feeling, and Moral Action) pada kurikulum tahun 2013, dan melihat efektivitas perangkat pembelajaran untuk membentuk karakter peserta didik. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimental grup kontrol pre test-post test. Penelitian ini dilakukan di SDN 3 dan SDN 1 klangenan Sumber untuk siswa kelas IV. Efektivitas perangkat pembelajaran yang dibuat dilihat dari hasil belajar siswa, penilaian<br />karakter, dan respon siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kurikulum 2013 dengan menggunakan strategi 3M efektif untuk meningkatkan karakter siswa.


Author(s):  
Muh Minan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen kepemimpinan transformasional yang dipraktikkan oleh kepala sekolah di SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi sebagai sekolah model SPMI yang meliputi idealized influence, inspirational motivation, intelectual stimulation, individualized consideration, dan initiative of culture. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian field study research atau studi lapangan dengan tehnik pengumpulan data melalui: 1) interview yang mendalam. 2) Observasi partisipatif. 3) catatan lapangan dan 4) Dokumen. Proses analisis data dilakukan mulai dari pengumpulan data, editing (pemilahan) dan pengecekan keabsahan data,untuk pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan metode tringulasi data. Data dianalisis secara kualitatif dengan mengacu model interaktif Miles dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, dewan guru, tenaga kependidikan dan komite sekolah. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: (1) Idealized influence yang dimiliki kepala SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi yaitu kepala sekolah melibatkan guru, karyawan, pengawas pembina, dan komite sekolah baik dalam penyusunan visi, misi, tujuan, dan program kegiatan sekolah, selalu mengadakan rapat rutin terkait dengan kendala yang dihadapi dalam program kegiatan sekolah. (2) Inspirational motivation yang dimiliki kepala SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi yaitu kepala sekolah tidak hanya memakai satu gaya kepemimpinan tapi selalu melihat situasi dan kondisi yang dihadapi. Nilai yang ditanamkan oleh kepala sekolah SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi antara lain saling salam, sapa, senyum. Kepala sekolah  bergabung dengan guru dan karyawan saat jam istirahat, atau saat tidak ada tugas atau kewajiban yang harus diselesaikan. (3) Intellectual stimulation yang dimiliki kepala SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi yaitu kepala sekolah menanamkan penyelesaian kerja secara cekatan, tepat waktu, dan kepala sekolah juga menghindari menggurui para guru dan karyawan tetapi mengajak untuk saling bekerjasama. (4) Individualized consideration yang dimiliki kepala SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi yaitu kepala sekolah selalu menindaklanjuti kebutuhan guru, karyawan maupun siswa, selalu mengadakan workshop, pelatihan seperti MGMP internal maupun MGMP ekternal, dan studi banding. (5) Initiative of culture yang dimiliki kepala SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi yaitu kepala sekolah berusaha bersikap positif, seperti hal kecil misalnya sholat dhuha disela-sela kesibukannya, memecahkan masalah misalnya dalam kedisiplinan guru dengan cara mengamati dan menanyakan alasan kenapa sering datang terlambat. Kepala sekolah bersikap tegas terkait dengan kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan bersikap lembut atau bahkan ngayomi terlepas dari tugas dan tanggungjawabnya sebagai kepala sekolah. Dalam Praktik kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang diterapkan pada SDN Kedaung Kaliangke 03 Pagi persepektif Al-Qur’an adalah dengan melakukan internalisasi nilai-nilai karakter, dengan internalisasi nilai-nilai karakter dan menciptakan budaya relegius sekolah sangat berpengaruh positif dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru. Adapun nilai-nilai karakter yang diinternalisasikan adalah sebagai berikut: (1) kepribadian yang mantap dan stabil. (2) Kepribadian yang dewasa. (3) Kepribadian yang disiplin. (4) Kepribadian yang arif. (5) Kepribadian yang berwibawa. (6) Kepribadian yang teladan bagi peserta didik dan (7) Kepribadian berakhlaq mulia. Proses internalisasi melalui: (1) Pembinaan rutin dan pembiasaan. (2) Reward and Punistment. (3)Aturan-aturan sekolah. (4) Persuasive/ajakan. (5) Penciptaan suasana yang islami/religius dengan pendekatan moral knowing, moral feeling  dan moral action dengan tahapan transformasi, transaksi dan traninternalisasi. Implikasi terhadap peningkatan kompetensi  kepribadian guru yaitu adanya peningkatan: (1) Kepribadian yang mantap dan stabil dengan indikator guru taat pada norma hukum, sosial dan agama, bangga menjadi guru dan bersih aqidahnya. (2) Meningkatnya kepribadian yang dewasa dengan indikator kemandirian, sabar tidak emosi serta memiliki etos kerja. (3) Adanya peningkatan kepribadian  yang arif  yaitu dengan indikator pola berfikir dan bertindak sesuai dengan norma agama dan budaya setempat. (4) Kepribadian yang berwibawa dengan indikator gaya dan prilaku guru yang terbuka ketika di ajak bicara dan berprilaku sopan  serta tidak melakukan hal-hal  yang menghilangkan martabat guru.  (5) Adanya peningkatan keteladanan dengan indikator guru-guru tidak kasar dan sombong  dalam berbicara dan bersikap dan penampilannya rapi, manarik serta terbiasa kerja keras. (6) Meningkatnya  kedisiplinan  para guru indikatornya dari dokumen absensi sembilan puluh sembilan  persen aktif. (7) Kepribadian yang memiliki akhlaq mulia indikatornya tidak adanya guru yang bertindak melanggar norma-norma agama dan hukum, bersikap jujur, ikhlas dan suka menolong.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 32-41
Author(s):  
Melisa Agustrianti ◽  
Feri Wahyudi ◽  
Moh. Masrur

Abstract This study aims to describe: (1) Implementation of Pesantren Based Student Management in Character Formation, (2) Success of Character Building Through Pesantren Based Student Management, And (3) Supporting Factors And Impediments of Pesantren Based Student Management in Character Building in MA Nurul Huda Pringsewu. The result of research shows that pesantren boarding school management in character formation in MA Nurul Huda Pringsewu use three strategy step, that is moral knowing, moral feeling, and moral action. And in its application using four management functions, namely; (2) Organizing: establishing an organizational structure with the Asatidz Council Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu (3) Implementation: launches four programs, namely: (a) formal system, (b) non-formal system, (c) organizational system, (d) vocational system. (4) Supervision: direct supervision and through evaluation of Headmaster along with Nurse and Board of Asatidz Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu. The successful management of pesantren-based learners in the formation of these characters can be seen from the achievement of existing indicators in the field, that is, there are ten values of characters that are formed: religious, honest, tolerance, discipline, self-reliant, friendly / communicative, democratic and respectful. While supporting factors and inhibiting the management of pesantren-based learner in the formation of character in MA Nurul Huda Pringsewu, supporting factors ayaitu: (a) motivation kyai, ustadz / teacher, and students who support, (b) adequate learning media, (c) climate and the tradition of pesantren that supports, (d) the figuration of kyai and ustadz / teacher as concrete examples, (e) vocational programs with adequate media, and (f) intimate communication between institutions and society. The inhibiting factors include: (a) inadequate learning media care standards, (b) pesantren traditions with simplicity, (c) lack of critical culture, (d) uneven activity effectiveness, and (e) negative external cultures. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Penerapan Manajemen Peserta Didik Berbasis Pesantren Dalam Pembentukan Karakter, (2) Keberhasilan Pembentukan Karakter Melalui Manajemen Peserta Didik Berbasis Pesantren, Dan (3) Faktor Pendukung Dan Penghambat Manajemen Peserta Didik Berbasis Pesantren Dalam Pembentukan Karakter di MA Nurul Huda Pringsewu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, manajemen pesertadidik berbasis pesantren dalam pembentukan karakter di MA Nurul Huda Pringsewu menggunakan tiga langkah strategi, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Dan dalam aplikasinya menggunakan empat fungsi manajemen, yaitu; (1) Perencanaan: (a) menentukan nilai-nilai karakter yang diprioritaskan, (b) melakukan sosialisasi, (c) mempersiapkan program harian, dan (d) melaksanakan pembiasaan dalam perilaku keseharian.(2) Pengorganisasian: membentuk struktur organisasi dengan Dewan Asatidz Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu.(3) Pelaksanaan: mencanangkan empat program, yaitu: (a) sistem formal, (b) sistem non formal, (c) system organisasi, (d) system vokasional. (4) Pengawasan: pengawasan langsung dan melalui evaluasi Kepala Sekolah bersama Dengan Pengasuh Dan Dewan Asatidz Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu. Keberhasilan manajemen peserta didik berbasis pesantren dalam pembentukan karakter ini dapat dilihat dari ketercapaian indikator yang ada di lapangan, yaitu ada sepuluh nilai karakter yang terbentuk: religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, kreatif, demokratis dan hormat/menghargai. Sedangkan factor pendukung dan penghambat manajemen peserta didik berbasis pesantren dalam pembentukan karakter di MA Nurul Huda Pringsewu, factor pendukungny ayaitu: (a) motivasi kyai, ustadz/guru, dan siswa yang menunjang, (b) media pembelajaran yang memadai, (c) iklim dan tradisi pesantren yang mendukung, (d) figurisasi kyai dan ustadz/guru sebagai teladan konkrit, (e) program vokasional dengan media yang memadai, dan (f) komunikasi yang akrab antara lembaga dengan masyarakat. Sedang factor penghambat meliputi:(a) standar perawatan media pembelajaran belum memadai, (b) tradisi pesantren dengan corak kesederhanaannya, (c) minimnya budaya kritis, (d) efektivitas kegiatan belum merata, dan (e) budaya negative dari luar. Kata kunci: Manajemen PesertaDidik, Pesantren, Pembentukan Karakter


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 76-100
Author(s):  
Muhammad Idris Maas Zaid ◽  
Fajar Dwi Mukti

Pendidikan merupakan sebuah proses dalam pembentukan unsur-unsur nilai melalui sebuah pendekatan sehingga tertanamnya nilai-nilai kepada siswa-siswa yang diharapkan nilai itu akan tumbuah dalam aktualisasi ibadahnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak semua siswa yang taat dalam melakukan ibadah. Hal ini terbukti hanya beberapa siswa saja yang taat melakuan ibadah baik di sekolah dan di rumah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunkan pendekatan studi kasus terhadap 8 informan di SD AL-ISLAM Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observassi, wawancara, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah beberapa peserta didik kelas V, guru, dan kepala sekolah SD AL-ISLAM Yogyakarta.Hasil penelitian ini adalah; Aktualisasi ketaatan beribadah di SD AL-ISLAM Yogyakarta berjalan dengan baik di lingkungan sekolah. Sedangkan di lingkungan rumah, siswa dalam aktualisasinya belum berjalan sepenuhnya. Aktualisasi ketaatan ibadah yang diterapkan di SD AL-ISLAM Yogyakarta adalah kegiatan shalat dhuha berjamaah, shalat fardhu berjamaah, membaca al-Qur’an, mengahafal al-Qur’an, mabit (Tahajjut-dan membaca Al-Ma’sturat).  Bahwa dalam ranah pendidikan tidak hanya semata belajar mengajar (transfer of knowledge), tetapi bagaimana menanamkan kepada siswa dengan melibatkan aspek pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), yang mengarahkan keinginan atau kecintaan (moral feeling), dari kecintaan itu akan mengarahkan bagaimana berbuat kebaikan atau disebut dengan (moral action).


2018 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 108-135
Author(s):  
Ahmad Sulhan

Pendidikan bermutu dihasilkan oleh proses yang bermutu melalui pembentukan/  pengembangan nilai-nilai karakter yang diinternalisasikan menjadi pribadi yang unggul sebagai mutu lulusan yang berkarakter unggul melalui manajemen pendidikan karakter berbasis budaya santri. Dalam kajian ini, konsep mutu pendidikan yang berkarakter berbasis budaya santri adalah mutu pendidikan berkarakter akademik excellent dan religius awareness, yang menggunakan prinsip keterpaduan moral knowing, moral feeling dan moral action melalui pendekatan keteladanan dan pendekatan sistem. Model perencanaan pendidikan karakter berbasis budaya santri dilandasi model yang sistemik-integratif antara peraturan (nidzām) madrasah dan pondok, model pelaksanaannya menggunakan habitualisasi (pembiasaan), personifikasi, model keteladanan perilaku seseorang (role model), pengintegrasian kegiatan dan program ekstrakurikuler, intra dan ko-kurikuler dan pembentukan lingkungan (bi’ah) yang kondusif. Model pengawasan menggunakan manajemen kontrol internal dan eksternal. Implikasinya bagi kebijakan madrasah berupa kurikulum berbasis karakter, perangkat peraturan proses pembiasaan dan target yang dicapai; sistem manajemen pendidikan karakter yang sistemik-integratif; mutu lulusan yang berkarakter akademik excellent dan religius awareness: memiliki kesadaran mewujudkan nilai-nilai karakter mutu: beriman dan taqwa, mencintai ilmu pengetahuan, beramal shaleh, percaya diri, berbudi pekerti yang luhur, dan berkontribusi bagi masyarakat, sesuai harapan, kepuasan, kebanggaan dan kepercayaan masyarakat.


2019 ◽  
Author(s):  
Maryam Musfiroh

Pendidikan karakter telah menjadi wacana yang hangat dibicarakan oleh para pakar pendidikan. Pasalnya, kasus-kasus moral yang sering terjadi pada beberapa siswa sekolah menengah pertama, khususnya di kota Bandung, disebabkan oleh pendidikan yang hanya menekankan pada aspek kognitif saja dengan mengabaikan penanaman karakter di dalamnya. Penelitian kualitatif dengan metode survey crossectional terhadap 40 siswa SMP kelas 9 di Kota Bandung telah memberikan suatu pola hubungan antara tipe kecerdasan siswa berdasarkan angket identifikasi kecerdasan majemuk yang diadaptasi dari model Howard Gardner dengan karakter siswa yang diukur melalui Tes Dilema Moral pada kasus gunung meletus. Pola tersebut menghasilkan siswa dengan kecerdasan Verbal-Linguistik; Logis-Matematis memiliki karakter tinggi pada Moral-Knowing. Siswa dengan kecerdasan Visual-Spasial; Musikal; dan Intrapersonal memiliki karakter tinggi pada Moral-Feeling. Sedangkan untuk Moral-Action, tingkatan tertinggi dimiliki oleh kelompok siswa dengan kecerdasan Kinestetik; Interpersonal; dan Naturalis.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document