scholarly journals PENGARUH KEBISINGAN MESIN LAS DISEL LISTRIK TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Ivana Angelia Koagouw ◽  
Wenny Supit ◽  
Jimmy F. Rumampuk

Abstrac: Noise is unwanted sound such  as noise that comes from. Noise at high intensity that long exposes to people  can cause interference both on auditory and also on non-auditory functions. The purpose of this study is to determine the effect of noise diesel electric welding machine to the auditory function, both subjective and objective.This research is an analytic survey with a cross-sectional design. The Population samples are from 30 people that wasobtained through questionnaire. Then performedin the examinationofauditory function using audiometer in Prof. dr.R. DKandou General Hospital Manado. Previous measurement of  noise levels welding workshop conducted by measuring the Sound Level Meter. Data were analyzed using the Statistical Product and Service Solution Program (SPSS) and using Fisher's Exact test.The results show that workers with exposure noise  > 90 dB, a total of  27 workers with a percentage (90%) have hearing loss and 3 workers with the percentage (10%) do not hearing loss. Analytical results obtained by Fisher’s Exact show that there is a significant relationship between the effect of noise on hearing function (p = 0,002). Conclusion: Based on these results it can be concluded, that there is a significant relationship between the effect of noise on significan hearing function. Key Words: Noise, Hearing Function   Abstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki seperti  suara yang bersumber dari bising mesin las disel listrik. Kebisingan pada intensitas tinggi dan dipaparkan dengan jangka waktu yang lama pada orang  dapat menimbulkan gangguan fungsi pendengaran dan juga pada fungsi non pendengaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kebisingan mesin las disel listrik terhadap fungsi pendengaran, baik subjektif dan objektif.Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain potong lintang.Populasi sebanyak 30 orang yang di peroleh melalui kuesioner.Kemudian dilakukan fungsi pendengaran di RSUP. Prof. dr. R. D. Kandou Manado yaitu pemeriksaan audiometer. Sebelumnya pengukuran tingkat kebisingan bengkel las dilakukan dengan pengukuran Sound Level Meter. Data dianalisis dengan menggunakan Statistical  Program Product and Service Solution (SPSS) dan menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 pekerja mengalami paparan kebisingan  90 dB, dengan presentrase (90%) mengalami gangguan pendengaran dan 3 pekerja (10%) tidak mengalami gangguan pendengaran. Hasil analisis Fisher Exact menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kebisingan terhadap fungsi pendengaran (p = 0,002). Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh kebisingan terhadap fungsi pendengaran. Kata Kunci : Kebisingan, Fungsi Pendengaran

Author(s):  
Machfudz Eko Arianto ◽  
Julian Dwi Saptadi

ABSTRAKKebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di lingkungan kerja. PT. Adi Satria Abadi merupakan industri di bidang penyamakan kulit yang berlokasi di Yogyakarta memiliki tingkat kebisingan yaitu ruang Spray (89,2 dB), ruang Stacking (87,1 dB), mesin Setter (88,6 dB), mesin milling (90,8 dB), mesin Shaving (86,6 dB), risiko kebisingan yang melebihi NAB dapat berakibat menurunnya tingkat pendengaran. Tujuan dari penelitian ini mengetahui faktor yang berhubungan dengan Hearing Loss pada pekerja di bagian Produksi PT. Adi Satria Abadi Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jumlah sampel sebesar 70 orang. Sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan dasar pertimbangan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini lembar data responden, checklist observasi dan sound level meter untuk mengukur kebisingan. Teknik analisis data ini menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,000 dan rs = 0,531). Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value 0,021 dan rs = 0,221). Kesimpulan terdapat hubungan antara intensitas kebisingan, umur, pemakaian APD dan perilaku merokok dengan kejadian hearing loss pada pekerja di bagian produksi PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Kata-kata kunci: Instensitas kebisingan, Umur, APD, Perilaku merokok, Hearing LossABSTRACTNoise is one of the physical hazard factors that are often encountered in the work environment. PT. Adi Satria Abadi is an industry in the field of leather tanning located in Yogyakarta that has noise levels namely Spray room (89.2 dB), Stacking room (87.1 dB), Setter machine (88.6 dB), milling machine (90.8 dB), Shaving machines (86.6 dB), the risk of noise exceeding the NAB can result in decreased hearing levels. The purpose of this study is to find out the factors associated with Hearing Loss in workers in the Production of PT. Adi Satria Abadi City of Yogyakarta. This study uses a quantitative method with an analytic observational type using a cross sectional design to find the relationship between the independent variable and the dependent variable. The number of samples is 70 people. The sample is done by using a purposive sampling technique on the basis of consideration of fulfilling inclusion and exclusion criteria. The instruments used in this study were respondent data sheets, observation checklist and sound level meter to measure noise. This data analysis technique uses univariate analysis, and bivariate using the Spearman correlation test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between noise intensity and hearing impairment (p = 0,000 and rs = 0,531). There was a significant relationship between age and hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There is a significant relationship between the use of ear protectors with hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There was a significant relationship between smoking behavior and hearing impairment (p = 0.021 and rs = 0.221). Conclusion there is a relationship between noise intensity, age, use of PPE and smoking behavior with the incidence of hearing loss in workers in the production of PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Keywords: noise intensity, age, PPE, smoking behavior, hearing loss


2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Nina P. Lumonang ◽  
Maya Moningka ◽  
Vennetia R. Danes

Abstract: Noise is one of the unavoidable problems as a result of technological development. Hearing loss due to noise is called sensorineural hearing loss, which is oftenly not realized because it does not disturb daily conversation. Risk factors of hearing loss are inter alia noise intensity, length of employment, length of noise exposure in a day, and the usage of Ear Protective Equipment (EPE). This study aimed to determine the relationship between noise and hearing function among ship engine technicians in Bitung Port. This was an analytical study using a cross-sectional design. Samples consisted of 20 respondents. Noise measurement obtained noise intensities of 87 dB and 93 dB. Of 20 respondents, there were 7 exposed to over a predetermined noise. The audiometric examination showed 3 of 20 respondents (15%) with hearing loss. The bivariate analysis showed a significant relationship between hearing loss and noise intensity (p = 0.008). Conclusion: There was a significant relationship between noise and hearing function among ship engine technicians in Bitung port.Keywords: noise, ship engines technician, hearingAbstrak: Kebisingan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dihindari akibat kemajuan teknologi. Gangguan pendengaran akibat bising ialah tuli sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor resiko terjadinya tuli ialah antara lain intensitas bising, lama masa kerja, lama terpajan bising dalam sehari, ketaatan pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya hubungan antara bising dan fungsi pendengaran pada teknisi mesin kapal yang bersandar di Pelabuhan Bitung. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan potong lintang. Sampel berjumlah 20 orang. Hasil pengukuran kebisingan mendapatkan intensitas bising 87 dB dan 93 dB. Dari 20 petugas hanya 7 orang yang bekerja melebihi NAB kebisingan yang telah ditetapkan. Hasil pemeriksaan dengan audiometri mendapatkan 3 orang (15%) yang menderita tuli dan 17 orang (85%) normal. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara gangguan pendengaran dan intensitas bising (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara bising dan fungsi pendengaran pada teknisi mesin kapal di pelabuhan Bitung.Kata kunci: bising, teknisi mesin kapal, fungsi pendengaran


PROMOTOR ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Indri Putri Pratiwi ◽  
Andi Asnifatima ◽  
Rubi Ginanjar

<p>Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (� 10 mmHg). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara paparan<br />kebisingan dengan peningkatan tekanan darah karyawan di Stasiun Bojong Gede. Penelitian menggunakan obsevasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 97<br />dengan menggunakan teknik pengambilan non probability sampling (sampel jenuh) dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di ruang terbuka dan ruang<br />tertutup di Stasiun Bojong Gede, dengan menggunakan sound level meter. Pengumpulan data karakteristik dan kebiasaan karyawan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran tekanan darah di lakukan pada saat sebelum dan sesudah bekerja menggunakan sphygmomanometer.<br />Tingkat bising di ruang terbuka melebihi Nilai Ambang Batas dan tingkat bising di ruang tertutup sesuai NAB. Dari hasil pengukuran 76% responden bekerja dengan kebisingan melebihi NAB dan 72% responden mengalami peningkatan tekanan darah. Karyawan laki-laki 91% perempuan 9%, usia<br />&lt;30 tahun 81%, masa kerja &lt;8 tahun 96%, ruang tertutup 83% dan ruang terbuka 17%, karyawan yang memiliki riwayat hipertensi 4%, yang mengonsumsi kafein 81%, merokok 53%, mengalami<br />gangguan fisiologis 86%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin (p-value=0,998), usia (p-value=0,147), masa kerja (pvalue=1,000), riwayat hipertensi<br />(p-value=1,000) dengan peningkatan tekanan darah). Dantidak ada hubungan antara kebiasaan individu (konsumsi kafein (p-value=0,385), kebiasaan merokok (pvalue= 0,094), pola istirahat (p-value=0,135), gangguan psikologis (p-value=0,798). Serta ada</p><p>hubungan antara lokasi kerja (p-value=0,002), kebisingan (p-value=0,007) dengan peningkatan<br />tekanan darah. Dikarenakan jarak sumber bising dengan karyawan hanya � 2 meter. Kesimpulannya<br />adalah ada hubungan antara kebisingan kereta api terhadap peningkatan tekanan darah karyawan di<br />Stasiun Bojonggede. Disarankan agar dilakukan sosialisasi berupa penyuluhan atau pamflet tentang<br />keselamatan dan kesehatan kerja di area Stasiun Bojong Gede.</p>


Author(s):  
Faradiba Faradiba

<p class="AbstractEnglish"><strong>Abstract:</strong>. Noise is a sound that can cause discomfort. One of them is rail activity. Noise generated enough to bring negative impacts to the surrounding environment, especially in the school environment.. This research uses descriptive analysis method with cross sectional approach. The location of this research is the school that is right next to the railway crossing i.e. SMA Negeri 37 Jakarta. Noise level data retrieval is performed using a sound level meter applications android-based. The data measured by the instantaneous sound pressure level for 5 minutes, or Leq (5 minutes) for each measurement point. There are 5 point measurements. From the results of measurements at SMA Negeri 37 Jakarta gained an average noise level for 5 measurement point is 70.50 dB. The figure exceeds the threshold if refers to the Kep-48 MNLH/11/1996 to 55,00 dB maximum school environment. Necessary noise control efforts at that school to minimise the negative impact caused. Because of the higher the intensity of noise, the more negative impact, especially for students in the school.<strong></strong></p><p class="KeywordsEngish"> </p><p class="AbstrakIndonesia"><strong>Abstrak:</strong> Bising merpukan sebuah bunyi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Salah satu yang mengakibatkan timbulnya suara bising yang cukup tinggi adalah aktivitas kereta api. Kebisingan yang dihasilkan cukup membawa dampak negatif bagi lingkungan disekitarnya, khususnya di lingkungan sekolah. penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan <em>cross sectional. </em>Lokasi penelitian ini adalah sekolah yang berada tepat di samping perlintasan rel kereta api yaitu SMA Negeri 37 Jakarta.<em> </em>Pengambilan data tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan aplikasi <em>sound level meter</em><em> </em>berbasis android. Data diukur dengan tingkat tekanan bunyi sesaat selama 5 menit, atau Leq (5 menit) untuk setiap titik pengukuran. Terdapat 5 titik pengukuran. Dari hasil pengukuran pada SMA Negeri 37 Jakarta diperoleh rata-rata tingkat kebisingan untuk 5 titik pengukuran adalah 70,50 dB. Angka tersebut melebihi ambang batas jika merujuk pada Kep-48 MNLH/11/1996 untuk lingkungan sekolah maksimum 55 dB. Diperlukan upaya-upaya pengendalian kebisingan pada sekolah tersebut untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Karena semakin tinggi instensitas kebisingan semakin memberikan dampak negatif khususnya bagi siswa di sekolah  tersebut.</p>


2005 ◽  
Vol 36 (2) ◽  
pp. 17-20 ◽  
Author(s):  
Foluwasayo E. Ologe ◽  
Emmanuel O. Okoro ◽  
Tanimola M. Akande

We studied the level of music loudness to which operators of music recording/retail centre were exposed in order to determine their risk of work-related hearing loss. A survey of consenting operators of music recording centres on six main streets selected by simple random sampling at different locations of the town was carried out using a structured questionnaire. The sound level of the music from the music player speakers in each centre was measured using a sound level meter (Testo 815) duly calibrated with a sound level meter calibrator (Testo 0554.0009). Results were analyzed by simple descriptive statistics. The study involved 79 mainly male young adults aged 27.7 ± 6.8 years (SD). The measured sound levels in the centres ranged from 86-104dBA; with a mean of 96 ± 2.5dBA(SD). Exposure to this music loudness was for an average of 9 hours daily for an employment period averaging about 5 years. Thirty percent of the study population reduced music loudness by turning down the volume; 6.3% sat at six or more metres from the speakers; 10% used ear plugs occasionally and 7.6% had hearing assessment at some stage prior to the present study. The level of noise exposure of this population of young males is in excess of the threshold associated with irreversible hearing loss, and protection measures were less than optimal.


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Dewi Arumsari

<p>Tingginya intensitas kebisingan di ruang produksi PT.Centralpertiwi Bahari Fish Feedmill akan memberikan dampak terhadap kesehatan pekerja, baik gangguan fisiologis maupun psikologis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kebisingan dengan gangguan kesehatan, meliputi intensitas kebisingan, sumber kebisingan, pengendalian transmisi kebisingan, dan penggunaan APD.</p><p>Penelitian bersifat analitik dengan rancangan <em>cross sectional,</em> dilakukan pada bulan Juni 2017 di ruang produksi PT. Centralpertiwi Bahari Fish Feedmill. Variabel penelitian yaitu intensitas kebisingan, sumber kebisingan, pengendalian transmisi kebisingan, dan penggunaan APD dan gangguan kesehatan akibat kebisingan berupa gangguan fisologis dan psikologis. Pengukuran kebisingan dengan <em>Sound Level Meter</em> pada 10 titik pengukuran. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan karakteristik, serta keluhan fisologis dan psikologis pekerja.</p>Hasil penelitian mendapatkan bahwa tingkat kebisingan berkisar antara 79,87-92,86 dB. Sebanyak 32,5% pekerja mengalami gangguan fisiologis dan 47,5% gangguan psikologis, akibat paparan kebisingan. Namun, keseluruhan variabel tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan gangguan kesehatan pekerja.


2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ramdan P. I. Timang ◽  
Vennetia R. Danes ◽  
Fransiska Lintong

Abstract: Noise is unwanted sound heard by ears. Damages of ears usually take place on the tympanic membrane or on the ossicles. Initially, there will be loss of hearing to high frequency noises, and it will gradually decrease to the lowest frequency noise. This study aimed to obtain the relationship of noise and hearing function among diesel power plant workers at PLTD Suluttenggo Manado. This was an analitycal study using a cross sectional design. Samples were 20 workers at PLTD Suluttenggo in Manado. Data were obtained by using questionnaires and examintaion of hearing function with an audiometry. The data were analyzed by using SPSS and the Spearmen test. The results showed that there were hearing impairment in 30% of the workers. According to the bivariate analysis, there was a significant relationship between the level of noise and the hearing impairment among the workers with a p value = 0.015 (p < 0.05). The most frequent hearing impairment among the workers was mixed hearing loss. Conclusion: Workers who worked in a place with high intensity noise had higher risk to develop hearing impairment.Keywords: diesel power plant machine, noise, hearingAbstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh telinga. Kerusakan telinga biasanya terjadi pada gendang telinga atau ossicles. Awalnya akan terjadi kehilangan pendengaran terhadap frekuensi tinggi, namun perlahan pada frekuensi yang semakin menurun sampai kepada frekuensi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap fungsi pendengaran pada pekerja mesin pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Suluttenggo Kota Manado. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan menggunakan rancangan potong lintang. Sampel berjumlah 20 orang yang diambil dari pekerja mesin pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Suluttenggo Kota Manado. Data diperoleh melalui kuisioner dan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan menggunakan audiometri. Data dianalisis dengan menggunakan Statistical Program Product and Service Solution (SPSS) dan menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan pendengaran sebesar 30% pada seluruh pekerja. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran dengan nilai p = 0,015 ( p < 0,05). Gangguan pendengaran yang paling banyak diderita oleh pekerja ialah tuli campuran (Mixed Hearing Loss). Simpulan: Pekerja yang bekerja pada intensitas bising yang tinggi memiliki resiko lebih besar menderita gangguan pendengaran.Kata kunci: mesin PLTD, bising, pendengaran


2022 ◽  
pp. 1384-1394
Author(s):  
Vita Sari ◽  
Yuliati ◽  
Nurgahayu

Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain berdampak pada gangguan pendengaran. intensitas bising yang tinggi juga dapat mengakibatkan hilangnnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelakasaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek visceral, seperti perubahaan frekuensi jantung atau peningkatan denyut nadi, perubahaan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran, gangguan psikologis dan gangguan komunikasi pada pekerja di PT. Maruki International Indonesia Makassar tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional study, dengan sampel 32 pekerja secara sampling jenuh dari pekerja Factory 1 dan 2 di PT. Maruki International Indonesia Makassar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, alat sound level meter untuk pengukuran intensitas kebisingan. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05). Hasil penelitian yang diperoleh adalah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran dengan nilai p = 0.022, ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan psikologis dengan nilai p = 0.017, dan tidak ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan komunikasi dengan nilai p = 0.474. Disarankan kepada pimpinan untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja dengan lebih meningkatkan upaya pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan dan menambah preventif lainnya seperti pelatihan mengenai penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga) pada saat bekerja di lingkungan yang bising.


2016 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 229
Author(s):  
Rindy Astike Dewanty ◽  
Sudarmaji Sudarmaji

Abstract: Laundry unit at a hospital can be a source of noise. The impact was very dangerous for workers, especially against hearing. From the results of a preliminary survey of the noise intensity measurements obtained intensity noise of 81.2 dB (A). The purpose of this study was to analyze the effects of noise on hearing loss intensity laundry attendant. This study was an observational with cross sectional design. The instrument used was a questionnaire to see the characteristics of the respondent, sound level meter to measure the intensity of noise and audiometry test to measure the threshold of hearing respondents. The research subject as many as 16 workers of laundry. Based on the results of the study states that 75% of the existing work in the laundry unit has a noise intensity exceeds the required value and 12 officers were on the section. The measurement results with minimum of 65.4 dB (A), to a maximum of 84.0 dB( A) andthe average intensity of noise by 79.04 dB (A). Obtained eight workers (50%) had hearing loss right ear and 6 offi cers (37.5%) had hearing loss left ear. There was a relationship between impaired right ear with noise intensity (Spearman; r = 0.577). The need hearing health for periodic examination least once a year, reducing device noise to keep the noise source, and personal protective equipment (PPE).Keywords: hearing loss, intensity noise, laundry


e-CliniC ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Marlisha C. B. Liono ◽  
Olivia C. P. Pelealu ◽  
Steward K. Mengko

Abstract: Noise is all unwanted sounds that can cause discomfort feeling or hearing disturb-ance if be exposed for long enough. Moreover, it can disturb the surrounding environment due to the generated noise. In Manado, many public transportation have audio system to play high volume music, therefore, causing noise. This study was aimed to determine the level of noise in public transportation of Teling to Manado downtown track. This was a descriptive and observational study with a cross sectional design. Samples were 100 vehicles of Teling to Manado downtown track. Noise measurement was performed by using a sound level meter. Data were analyzed by using Microsoft Office Excel. The results obtained 56 vehicles with audio systems and 44 vehicles without audio systems. Among 56 vehicles with audio systems, there were 47 vehicles that had noise levels above the noise threshold value which was 86.05-114.15 dB with exposure time about 8-16 hours. Meanwhile, among 44 vehicles without audio system, there were only 2 vehicles that had noise levels above threshold value which was 88.05-91.8 dB with exposure time about 10-12 hours. In conclusion, there were 49% of public vehicles had noise level above the threshold value.Keywords: noise; public transportation Abstrak: Kebisingan adalah semua bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau gangguan pendengaran jika terpapar lama. Selain itu kebisingan dapat juga mengganggu lingkungan sekitar. Di Kota Manado, banyak angkutan umum yang menggunakan sistem audio untuk memutar musik dengan volume yang tinggi sehingga menimbulkan kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan pada angkutan umum jalur Teling-Pusat Kota Manado. Jenis penelitian ialah observasional deskrip-tif dengan desain potong lintang. Sampel berjumlah 100 kendaraan pada jalur Teling-Pusat Kota Manado. Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter. Data diolah dengan Microsoft Office Excel. Hasil penelitian mendapatkan 56 kendaraan yang menggunakan sistem audio dan 44 kendaraan tidak menggunakan sistem audio. Pada 56 kendaraan yang menggunakan sistem audio terdapat 47 kendaraan dengan tingkat kebisingan di atas nilai ambang batas kebisingan yaitu 86,05-114,15 dB dengan waktu terpapar selama 8-16 jam sedangkan pada 44 kendaraan yang tidak menggunakan sistem audio terdapat 2 kendaraan yang memiliki tingkat kebisingan di atas nilai ambang batas kebisingan yaitu 88,05-91,8 dB dengan waktu terpapar selama 10-12 jam. Simpulan penelitian ini ialah terdapat 49% kendaraan umum memiliki kebisingan di atas nilai ambang batas.Kata kunci: kebisingan, angkutan umum


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document